Selain kerajaan Demak, terdapat kerajaan lainnya di Jawa yang juga berperan dalam sejarah Islam di Indonesia, yakni kerajaan Pajang yang merupakan kelanjutan dari kerajaan sebelumnya. Untuk lebih lanjutnya mengenai penjelasan singkat mengenai kerajaan Pajang ini. Yuk, simak penjelasannya dibawah ini!
Baca Juga: Puncak Kejayaan Kerajaan-Kerajaan di Indonesia dari Tarumanegara hingga Mataram Islam
Sejarah Awal
Berawal dari adanya salah satu yang masih keturunan sultan Pajang berasal dari Pengging, sebuah kerajaan kuno di Boyolali, yang bernama Andayaningrat atau biasa disebut sebagai Jaka Sanagara atau Jaka Bodo masih memiliki hubungan kekerabatan dengan raja Majapahit.
Saat Ki Anggeng Pengging wafat karena dibunuh oleh Sunan Kudus. Ki Anggeng Pengging memiliki seorang putra dengan nama Mas Karebet yang lebih dikenal dengan nama Jaka Tingkir memutuskan untuk mengabdi kepada Kesultanan Demak.
Lalu Kesultanan Demak meminta Jaka Tingkir untuk mendirikan kerajaan Pajang dan sekaligus menjadi raja pertama dengan gelar Sultan Hadiwijaya. Saat kesultanan Demak mengalami kemunduran dan pemberontakan Arya Penangsang, Jaka Tingkir yang maju memimpin dan melakukan perang dengan membunuh Arya Penangsang yang membuatnya menjadi pewaris tahta Kesultanan Demak serta memindahkan ibu kota Demak ke Pajang. Selepas itu, Pajang resmi menjadi kerajaan pada 1568 M.
Kepimpinan Jaka Tingkir
Disaat kepemimpinan Jaka Tingkir membawa sejumlah pengaruh terhadap ajaran seperti Islam yang semula berpusat di pesisir utara Jawa (Demak) dipindahkan ke pedalaman membawa pengaruh yang besar dalam penyebarannya. Selain Islam yang mengalami perkembangan, politik juga mengalami perkembangan. Pada masanya, Jaka Tingkir memperluas kekuasaannya ke arah timur hingga Madiun di area pedalaman tepi aliran sungai Bengaawan Solo. Pada tahun 1554 Jaka Tingkir mampu menduduki Blora dan Kediri pada 1577. Karena Kerajaan Pajang dengan raja-raja di Jawa Timur sudah bersahabat, pada tahun 1581 Jaka Tingkir mendapat pengakuan sebagai sultan Islam oleh raja-raja penting di Jawa Timur.
Pada masa kepemimpinan Sultan Hadiwijaya, kejayaan yang sudah dikembangkan pada masa Kerajaan Demak dapat dikenal di pedalaman dan berkembang pesat di dalamnya seperti kesenian, kesusastraan dan penyebaran agama Islam. Jaka Tingkir memimpin hingga tahun 1587 dan meninggal pada tahun yang sama. Pasca meninggalnya sultan Pajang tersebut, estafet kekuasaan jatuh pada Aria Pengiri yakni menantunya yang juga adalah anak dari Sultan Prawoto.
Akhir Kerajaan Pajang
Kemunduran kerajaan Pajang ditandai dengan adanya perang antara kerajaan Pajang dengan kerajaan Mataram yang terjadi pada tahun 1582 M. Hal tersebut membuat Sultan Hadiwijaya sakit dan akhirnya tutup usia.
Setelah itu terjadinya perebutan tahta diantara putra Sultan Hadiwijaya, pangeran Benawa dan menantunya Arya Pangiri. Karena Arya Pangiri berhasil mengambil tahta raja kerajaan Pajang pada 1583, sehingga membuat Pangeran Benawa tersingkir ke wilayah Jipang. Pada masa pemerintahan Arya Pangiri, justru lebih sibuk dengan usaha balas dendam kepada Mataram, sampai mengabaikan rakyatnya sendiri. Hal ini membuat pangeran Benawa prihatin dan melancarkan serangan pada 1586 yang dibantu oleh Sutawijaya dari Mataram.
Saat serangan ke Pajang tersebut, Arya Pangiri kalah dan lalu dikembalikan ke Demak. Pangeran Benawa dijadikan sebagai raja ketiga dari kerajaan Pajang. Masa pemerintahan pangeran Benawa memang singkat karena memilih untuk menjadi penyebar agama Islam dibandingkan untuk menjalankan kekuasaannya.
Tahun 1587, pemerintahannya berakhir dan digantikan putranya, bernama Sutawijaya dibawah kendali kerajaan Mataram hingga berakhir pada 1618 setelah dihancurkan oleh pasukan Sultan Agung dari Mataram.
Baca Juga: Kerajaan-Kerajaan Islam yang Pernah Berkuasa di Indonesia
Nah, itulah tadi penjelasan singkat mengenai sejarah Kerajaan Pajang mulai dari awal berdirinya hingga berakhirnya. Sekiranya, artikel ini bisa menambah wawasan khususnya literasi seputar sejarah Islam di Indonesia.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News