Dialek Arekan, dikenal juga sebagai bahasa Arekan atau bahasa Suroboyoan, adalah sebuah dialek bahasa Jawa yang diucapkan di Surabaya dan sekitarnya (Gresik, Sidoarjo, hingga Malang). Dialek ini berkembang dan digunakan oleh sebagian masyarakat Surabaya dan sekitarnya.
Secara tingkatan, bahasa Suroboyoan bisa dikatakan sebagai bahasa Jawa yang paling kasar. Namun, banyak di antara masyarakat Surabaya yang mencampurkannya dengan bahasa Jawa halus (madya sampai krama) ketika berbicara dengan orang yang lebih tua. Hal ini dilakukan sebagai bentuk penghormatan mereka.
Pada artikel sebelumnya, kita telah membahas soal daerah yang menggunakan Basa Suroboyoan dan partikel khususnya. Kali ini, kita akan belajar sedikit tentang kosakata khas suroboyoan.
Hal ini terkadang terjadi kesalahpahaman bahwa kosakata bahasa Jawa sama dengan boso Suroboyoan. Sebagai contoh, kata wenehi dalam bahasa Jawa berarti 'memberi', tetapi, untuk kosakata khas suroboyoan, menjadi kek atau dikek'i (diberi).
Untuk selengkapnya, simak kumpulan kosakata khas bahasa Suroboyoan di bagian berikut ini.
Baca Juga: 100+ Kosakata Bahasa Ngapak dan Contoh Kalimat dalam Penggunaan Sehari-Hari
Daftar Kosakata Khas Bahasa Surabaya (Boso Suroboyoan)
- Pongor, gibeng, santap, jotos, tempeleng, waso (istilah untuk pukul atau hantam)
- Kathuken berarti 'kedinginan' (bahasa Jawa standar: kademen)
- Gurung berarti 'belum' (bahasa Jawa standar: durung)
- Gudhuk berarti 'bukan' (bahasa Jawa standar: dudu)
- Deleh berarti 'taruh/letak' (delehen=letakkan) (bahasa Jawa standar: dekek)
- Kek berarti 'beri' (dikek'i=diberi, kek'ono=berilah) (bahasa Jawa standar: wenehi)
- Ae berarti 'saja' (bahasa Jawa standar: wae)
- Gak/ogak berarti 'tidak' (bahasa Jawa standar: ora)
- Arek berarti 'anak' (bahasa Jawa standar: bocah)
- Cak berarti 'mas' atau 'kakak laki-laki' (bahasa Jawa standar: mas)
- Kate/kape berarti 'akan' (bahasa Jawa standar: arep)
- Laopo/lapo berarti 'sedang apa' atau 'ngapain' (bahasa Jawa standar: ngopo)
- Opo'o berarti 'mengapa' (bahasa Jawa standar: kenopo)
- Soale berarti 'karena' (bahasa Jawa standar: kerono);
- Atik (diucapkan "atek") berarti 'pakai' atau 'boleh' (khusus dalam kalimat "gak atik!" yang artinya 'tidak boleh')
- Cek ("e" diucapkan seperti kata "sore") berarti 'agar/supaya' (bahasa Jawa standar: ben/supados)
- "gocik" berarti "takut/pengecut" (bahasa Jawa standar: jireh);
- "rusuh" berarti "kotor" (bahasa Jawa standar: reged);
- Gae berarti 'pakai/untuk/buat' (bahasa Jawa standar: pakai/untuk=kanggo, buat=gawe);
- Andhok berarti 'makan di tempat selain rumah', misalnya warung
- Cangkruk berarti 'nongkrong'
- Babah berarti 'biar/masa bodoh'
- Sampek/sampik berarti 'sampai/hingga' (bahasa Jawa standar: nganti)
- Barekan berarti 'lagipula'
- Masiyo berarti 'walaupun'
- Nang/nak berarti 'ke' atau terkadang juga 'di' (bahasa Jawa standar: menyang);
- Mari berarti 'selesai' (bahasa Jawa standar: rampung); acap kali dituturkan sebagai kesatuan dalam pertanyaan "wis mari tah?" yang berarti 'sudah selesai, kah?' Pengertian ini sangat berbeda dengan "mari" dalam bahasa Jawa Standar. Selain penutur Dialek Suroboyoan, mari berarti 'sembuh'
- Mene berarti 'besok' (bahasa Jawa standar: sesuk)
- Maeng/mau berarti 'tadi'
- Koen (diucapkan "kon") berarti 'kamu' (bahasa Jawa standar: kowe); terkadang, untuk mengganti koen, kata awakmu juga digunakan. Misalnya "Awakmu wis mangan ta?" ('Kamu sudah makan, kah?') Dalam bahasa Jawa standar, awakmu berarti 'badanmu' (awak=badan)
- Ladhing berarti 'pisau' (bahasa Jawa standar: peso)
- Lugur/ceblok berarti 'jatuh' (bahasa Jawa standar: tiba)
- Dhukur berarti 'tinggi' (bahasa Jawa standar: dhuwur)
- Thithik berarti 'sedikit' (bahasa Jawa standar: sithik)
- Temen berarti 'sangat' (bahasa Jawa standar: banget)
- Pancet berarti 'tetap sama' (bahasa Jawa standar: tetep)
- Sembarang berarti 'terserah' (bahasa Jawa standar: sekarep)
- Iwak berarti 'lauk' (bahasa Jawa standar: lawuh, iwak yang dimaksud di sini adalah lauk-pauk pendamping nasi ketika makan, "mangan karo iwak tempe", artinya 'makan dengan lauk tempe', dan bukanlah ikan (iwak) yang berbentuk seperti tempe)
- Engkuk (u diucapkan o) berarti 'nanti' (bahasa Jawa standar: mengko)
- Ndhek berarti 'di' (bahasa Jawa standar: ing atau ning; dalam bahasa Jawa standar, kata ndhek digunakan untuk makna "pada waktu tadi", seperti dalam kata "ndhek esuk" (=tadi pagi), "ndhek wingi" (=kemarin));
- Nontok lebih banyak dipakai daripada "nonton"
- Yok opo (diucapkan /y@?@p@/) berarti 'bagaimana' (bahasa Jawa standar: piye atau kepiye; sebenarnya, yokopo berasal dari kata kayak apa yang dalam bahasa Jawa standar berarti 'seperti apa')
- Peno/sampeyan (diucapkan pe n@; samp[e]yan dengan huruf e seperti pengucapan kata "meja" artinya 'kamu')
- Waras ialah 'sembuh dari sakit' (di Jawa Tengah, waras berarti sembuh dari penyakit jiwa)
- Embong ialah 'jalan besar' atau 'jalan raya' (bahasa Jawa standar: ratan/dalan gedhe)
- Nyelang artinya 'pinjam sesuatu'
- Cidek artinya 'dekat'
- Ndingkik artinya 'mengintip'
Demikianlah kumpulan kosakata khas arek Suroboyo yang bisa Kawan GNFI pelajari untuk membuat teman-temanmu yang berasal dari Surabaya terkesan. Semoga bermanfaat!
Baca Juga: Kamus Bahasa Makassar : Panduan Menggunakan Imbuhan "Ji, Ki, Mi, Mo"
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News