Indonesia punya posisi strategis dalam perdagangan minyak nilam dunia. Posisi itu pun harus dijaga dan diperkuat. Itulah yang disampaikan oleh Kepala Organisasi Riset Pertanian dan Pangan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Puji Lestari, saat berbicara di Webinar EstCrops_Corner #18 pada Kamis, (28/8/2025).
Puji menegaskan bahwa Indonesia harus bisa memberi jaminan keberlanjutan produksi minyak nilam. Sebab, minyak nilam sangat dibutuhkan oleh berbagai industri.
"Industri parfum, kosmetik, aromaterapi, dan farmasi mengandalkan pasokan ini," ujarnya.
Puji mengidentifikasi tiga tantangan utama yang harus diatasi untuk memaksimalkan potensi nilam: produktivitas yang belum optimal, variasi mutu minyak, serta rantai pasok yang rapuh.
"Dampaknya terasa pada nilai jual di pasar internasional," katanya, seraya menekankan pentingnya riset pemuliaan dan teknik budidaya.
Menurutnya, upaya ini memerlukan kolaborasi lintas disiplin dan lembaga. Untuk menjawab tantangan tersebut, BRIN fokus pada riset minyak atsiri guna meningkatkan daya saing global. Kolaborasi erat dengan berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah, perguruan tinggi, industri, dan komunitas petani, terus didorong. Tujuannya adalah membangun model produksi berkelanjutan yang berstandar internasional dan mampu memperluas pasar.
Lebih dari sekadar teknologi, Puji mengingatkan bahwa keberlanjutan produksi juga bergantung pada ekosistem sosial.
"Transfer pengetahuan, peningkatan kapasitas petani, serta penguatan kelembagaan sangat penting," katanya.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News
