Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) mendorong para alumni Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) non-ASN untuk menjadi motor penggerak inovasi dalam pengembangan desa wisata.
Hal ini disampaikan melalui program Pengabdian Alumni Non-ASN LPDP (PANA-LPDP) yang berfokus pada pembangunan pariwisata berbasis ekosistem di daerah tertinggal.
Dirjen Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal, Samsul Widodo, menekankan bahwa pendekatan ekosistem sangat penting. “Pendekatan yang harus teman-teman lakukan harus ekosistem. Jangan hanya di situ orang jual pemandangan,” tegas Samsul, dikutip dari Antara.
Konsep ini menolak pembangunan yang parsial dan justru menitikberatkan pada keterhubungan lintas sektor. Artinya, pengembangan tidak hanya berfokus pada pemandangan alam, tetapi juga mencakup pengelolaan sumber daya, pemanfaatan kelembagaan desa, dan keterlibatan masyarakat secara langsung.
Baca juga Beasiswa LPDP Afirmasi: Pemerataan Kesempatan Pendidikan Tinggi di Indonesia
“Duduk-duduk, kan bisa menyediakan paket makan siang, bisa menyediakan produk-produk yang ada di desa itu,” tambahnya.
Dengan demikian, desa wisata dapat memberikan nilai tambah ekonomi yang lebih besar bagi warganya sekaligus menjaga keberlanjutan lingkungan.
Program yang diikuti oleh 24 alumni LPDP ini akan berlangsung selama enam bulan, mulai September 2025 hingga Februari 2026. Para peserta akan diterjunkan langsung ke empat desa di Kabupaten Sumba Barat Daya, Nusa Tenggara Timur, yang merupakan salah satu daerah tertinggal.
Melalui pendampingan masyarakat, program ini tidak hanya bertujuan untuk membangun desa wisata berkelanjutan, tetapi juga untuk memperkuat kapasitas sosial budaya dan kelembagaan di desa, sekaligus memberikan pengalaman langsung bagi para alumni tentang kondisi riil daerah tertinggal.
Baca juga Kisah Janu, Lulusan Inggris Lewat LPDP yang Milih Bermanfaat dengan Jualan Sayur di Yogyakarta
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News
