Timnas U-23 Indonesia gagal melanjutkan langkah ke Piala Asia U-23. Hasil ini didapatkan usai Garuda Muda kalah dari Korea Selatan di pertandingan penentuan, Selasa (9/9).
Garuda Muda sebenarnya tampil dominan dengan penguasaan bola mencapai 59 persen. Anak asuh Gerald Vanenbrug ini mencatatkan enam tembakan, tapi tak bisa mencatatkan shot on target.
Sedangkan Tim lawan mampu menorehkan sembilan shot on target, delapan mentah di tangan kiper Indonesia, Cahya Supriyadi. Hingga bisa mencetak satu gol yang dilesatkan oleh Hwang Do-yoon dan menjadi penentu kemenangan Taeguk Warriors.
Pengamat sepak bola Haris Pardede atau akrab disapa Bung Harpa mengakui bahwa Korsel memang ada dua level di atas Indonesia. Karena itu kekalahan atas Korsel tidak lah mengejutkan.
“Kedua kita lihat dari permainan. Ketika lawan Korsel okeh lah. Mereka ada dua tingkat di atas kita,” ucapnya saat dihubungi oleh Good News Form Indonesia.
Namun, dia mengakui heran Garuda Muda gagal mencetak gol saat melawan Laos. Padahal itu adalah kesempatan Indonesia mendulang banyak gol.
“Tapi kalau lawan Laos itu hasil yang tidak bisa kita terima. Kita gagal mengalahkan mereka. Sedangkan Korsel menang 6-0,” ucapnya.
Hanya menguasai permainan tanpa mencetak gol
Bung Harpa lantas menyoroti taktik yang diusung oleh Gerald Vanenbrug. Baginya taktik penguasaan bola pada zaman sepak bola modern ini sudah usang.
Dia menilai tim yang hanya bisa menguasai bola sudah tidak terlalu efektif lagi diterapkan. Bahkan di negeri Belanda yang terkenal dengan Total Footbal, taktik penguasaan bola sudah ditinggalkan.
“Kita mau cari tiket lolos apa menguasai pertandingan. Even di Belanda pun sudah tidak menganggungkan ball posision,” jelasnya.
“Strategi ini sudah usang sebenarnya. Yang penting adalah kita bisa mendapatkan hasil. Kalau lawan kita berat kita bertahan. Misal contoh Kroasia itu di Piala Dunia 2022, kalau lawan lemah dia menyerang, saat unggul bertahan lagi,” ucapnya.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News