journaling islami cara mendekat ke allah - News | Good News From Indonesia 2025

Curhat ke Kertas, Dekat ke Allah: Manfaat Journaling dalam Islam

Curhat ke Kertas, Dekat ke Allah: Manfaat Journaling dalam Islam
images info

Di era serba cepat seperti sekarang, beban hidup terasa makin kompleks. Tugas akademik yang menumpuk, target pekerjaan yang terus dikejar, tekanan dari media sosial, hingga urusan hati yang tidak jarang membingungkan.

Semua itu berputar dalam kepala, menumpuk dalam hati, dan tanpa disadari bisa memicu stres berkepanjangan.

Namun, tahukah Kawan GNFI bahwa ada cara sederhana, murah, dan Islami untuk membantu mengurai benang kusut dalam pikiran? Jawabannya adalah journaling. Bukan sekadar menulis bebas, jurnaling dalam perspektif Islam juga bisa menjadi sarana mendekatkan diri kepada Allah.

Journaling Bukan Sekadar Tren

Di media sosial, istilah journaling atau self-healing dengan tulisan sudah bukan hal asing. Banyak orang mulai menyadari manfaat menulis untuk menjaga kesehatan mental. Mereka menulis unek-unek, rasa syukur, resolusi hidup, hingga doa-doa personal.

Namun, lebih dari itu, dalam Islam, menulis memiliki nilai yang jauh lebih dalam. Sejak wahyu pertama yang turun kepada Nabi Muhammad saw, Allah telah mengangkat aktivitas membaca dan menulis sebagai hal mulia. "Iqra'" (bacalah) bukan hanya ajakan untuk membaca, tetapi juga refleksi akan pentingnya ilmu, pengamatan, dan pencatatan.

Santri Pilihan Bunda Season 2, Tontonan Ramadan yang Lebih dari Sekedar Drama Religi

Kawan GNFI, journaling sejatinya adalah bagian dari budaya literasi yang telah lama diajarkan dalam Islam, hanya saja kini dibalut dengan istilah modern.

Menulis sebagai Bentuk Muhasabah

Salah satu manfaat utama dari journaling dalam Islam adalah sebagai sarana muhasabah, yakni introspeksi diri. Dalam Al-Qur’an dan hadis, umat Islam dianjurkan untuk sering mengevaluasi amal, memperbaiki niat, dan mengingat akhirat.

Dengan menulis, kita diajak berhenti sejenak dari hiruk-pikuk dunia untuk melihat ke dalam hati. Lewat tulisan, kita bisa mengevaluasi: Sudah seberapa jauh kita ikhlas? Apakah kita sudah jujur dalam beramal? Apa saja dosa yang belum ditobati?

Journaling bukan hanya media curhat, tetapi juga alat untuk mendeteksi titik lemah dalam iman dan memperbaiki diri secara bertahap. Menulis menjadi jembatan antara lisan yang tak sanggup berkata dan hati yang ingin berbicara.

Membangun Kedekatan dengan Allah

Kawan GNFI mungkin pernah merasa sulit berdoa dengan lisan. Kalimat-kalimat doa terasa kaku atau tidak lancar. Di saat seperti itu, menulis bisa menjadi alternatif yang luar biasa. Dengan jurnaling, kita bisa menuliskan doa-doa yang paling personal, paling jujur, dan paling dalam.

Contohnya, "Ya Allah, aku lelah tapi aku tahu Engkau tidak pernah meninggalkanku. Tolong bantu aku bertahan hari ini."

Kalimat ini sederhana, tetapi mengandung permohonan tulus yang lahir dari hati.

Aktivitas ini mengajarkan kita untuk lebih jujur dalam berdoa dan membiasakan diri mengingat Allah dalam setiap kondisi. Dalam QS. Ar-Ra’d:28 Allah Berfirman:

الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَتَطْمَىِٕنُّ قُلُوْبُهُمْ بِذِكْرِ اللّٰهِۗ اَلَا بِذِكْرِ اللّٰهِ تَطْمَىِٕنُّ الْقُلُوْبُۗ۝٢٨

Artinya: (Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, bahwa hanya dengan mengingat Allah hati akan selalu tenteram.

Menulis adalah zikir yang tidak bersuara. Ia menjadi bentuk komunikasi langsung dengan Sang Pencipta dalam bahasa kita sendiri.

Jelajahi Kelenteng Hwie Ing Kiong Madiun, Wisata Sejarah dan Religi Berusia Lebih dari 100 Tahun!

Sarana Mencatat Perjalanan Hijrah Diri

Dalam proses menjadi pribadi yang lebih baik, tentu ada pasang surut. Kadang semangat menggebu, kadang iman menurun. Dengan mencatat perjalanan diri secara konsisten, kita bisa melihat perkembangan yang terjadi baik secara mental, emosional, maupun spiritual.

Misalnya, Kawan GNFI bisa menuliskan bagaimana perasaan saat pertama kali memulai hijrah, momen ketika hampir menyerah, hingga doa-doa yang dulu hanya ditulis kini sudah menjadi nyata. Semua itu akan menjadi penguat saat iman sedang lemah.

Jurnal pribadi bisa menjadi bukti bahwa kita pernah bangkit, pernah semangat, dan pasti bisa bangkit lagi.

Melatih Syukur dan Kesadaran

Sering kali kita hanya fokus pada masalah dan melupakan nikmat yang kita punya. Padahal, Allah menjanjikan dalam QS. Ibrahim:7

 وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِى لَشَدِيدٌ۝٧

Artinya: Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".

Dengan menulis, kita dilatih untuk menyadari hal-hal kecil yang patut disyukuri. Misalnya: “Hari ini hujan turun tepat saat aku sampai di rumah,” atau “Alhamdulillah, hatiku tenang setelah salat malam.”

Menuliskan rasa syukur secara rutin akan membentuk pola pikir positif dan memperkuat keimanan.

Meningkatkan Disiplin dan Konsistensi

Salah satu kunci kesuksesan dalam hidup dan ibadah adalah konsistensi. Rasulullah saw bersabda, “Amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah yang dilakukan secara terus-menerus meskipun sedikit.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dengan menjadikan jurnaling sebagai rutinitas harian, Kawan GNFI sedang melatih disiplin. Tidak hanya untuk menulis, tetapi juga melatih konsistensi berpikir, merasakan, dan mendekatkan diri kepada Allah setiap harinya.

Berpotensi Jadi Amal Jariyah

Siapa sangka tulisan yang kita anggap biasa bisa menjadi manfaat untuk orang lain? Jurnal yang awalnya ditulis untuk diri sendiri bisa menjadi sumber inspirasi, refleksi, atau bahkan motivasi bagi orang lain jika suatu hari dibagikan.

Wisata Religi di Mataram: Mengunjungi Masjid Hubbul Wathan yang Megah

Selama isinya membawa kebaikan, semoga itu menjadi ladang pahala. Kawan GNFI bisa menjadikan beberapa bagian dari jurnal sebagai bahan konten dakwah, caption inspiratif, atau bahkan buku renungan yang lebih luas manfaatnya.

Jurnaling di Zaman Digital

Kawan GNFI tak perlu bingung harus menulis di mana. Journaling bisa dilakukan di buku tulis, aplikasi catatan, atau bahkan lewat media sosial pribadi dengan batasan tertentu.

Yang penting, niatnya tetap sama: ingin menyembuhkan, ingin memperbaiki diri, dan ingin lebih dekat dengan Tuhan.

Di tengah gempuran informasi yang cepat dan tak jarang menguras emosi, menulis adalah bentuk perlawanan paling damai. Ia tidak berisik, tidak menghakimi, tetapi punya daya sembuh yang luar biasa.

Karena Tuhan Tidak Pernah Jauh

Menulis bukan sekadar aktivitas menuangkan pikiran. Ia adalah ruang rahasia antara kita dan Allah. Tempat kita curhat tanpa takut diabaikan, tempat kita menangis tanpa harus dilihat, dan tempat kita belajar untuk ikhlas dengan cara paling sederhana: menulis.

Kawan GNFI, jika hari ini hatimu sedang lelah, bingung harus cerita ke siapa, atau sedang butuh pegangan untuk kembali kuat, ambillah pena atau buka aplikasi catatan. Tulis. Biarkan semua rasa mengalir.

Karena bisa jadi, di balik kata-kata yang kamu tulis, ada doa yang Tuhan kabulkan. Ada luka yang disembuhkan. Dan ada jalan pulang yang Allah tunjukkan.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

ZR
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.