Indonesia dan Palestina punya hubungan erat. Bahkan sejak Indonesia masih memperjuangkan kemerdekaan, Palestina sudah memberi dukungan.
Pada 4 September 1944, Palestina mendukung kedaulatan Indonesia. Kemudian pada 15 November 1988, giliran Indonesia yang mengakui kemerdekaan Palestina setelah deklarasi negara mereka di Aljazair.
Pada era kepemimpinan Presiden Soekarno, Indonesia dengan tegas menyatakan penolakan terhadap negara Israel untuk berpartisipasi dalam Konferensi Asia Afrika (KAA) pada 1953. Dalam ajang olahraga, Indonesia juga pernah menolak bertanding melawan Israel pada 1957, serta tak memberikan visa kepada kontingen Israel di Asian Games IV 1962.
Kemudian pada era Presiden Soeharto, sang kepala negara mendukung pendiri Palestinian Liberation Organization, Yasser Arafat. Lalu saat B.J. Habibie wafat, warga Palestina melaksanakan salat gaib Masjid Raya Umar, Gaza Utara.
Dukungan Indonesia untuk Palestina terus berlanjut pad era kepemimpinan Abdurrahman Wahid dan Megawati Soekarnoputri. Kala itu, Menteri Luar Negeri, Hassan Wirajuda, sempat bertandang ke Palestina. Saat Susilo Banbang Yudhoyono jadi presiden, Palestina juga jadi non-member state berkat peran Indonesia sebagai co-sponsor.
Pada April 2015 lalu, Indonesia yang dipimpin Presiden Joko Widodo menggelar peringata 60 tahun KAA. Di sana, terciptalah Delaration on Palestine. Sempat pula Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi, melakukan walk out dalam Debat Umum PBB kala Perdana Menteri Israel berpidato.
Kini, bersama Presiden Prabowo Subianto, Indonesia terus berkomitmen mendukung perjuangan Palestina. Indonesia siap menyalurkan tambahan bantuan, evakuasi korban, serta menyiapkan rumah sakit tentara.