kartun nonverbal bukan faktor utama penghambat perkembangan bahasa anak - News | Good News From Indonesia 2025

Kartun Nonverbal Bukan Faktor Utama Penghambat Perkembangan Bahasa Anak

Kartun Nonverbal Bukan Faktor Utama Penghambat Perkembangan Bahasa Anak
images info

Kartun Nonverbal Bukan Faktor Utama Penghambat Perkembangan Bahasa Anak


“Aduh.. hati-hati deh, sama tontonan anak zaman sekarang. Kita harus super teliti! Lengah dikit, baik-buruknya langsung diserap dan ngaruh ke perkembangan anak.”

Pernahkah Kawan GNFI mendengar ucapan tersebut dari orang tua zaman sekarang? Di tengah maraknya pemberian gawai pada anak, tayangan kartun tentu sudah akrab di telinga semua kalangan usia, khususnya pada mereka yang di bawah umur.

Berhubungan dengan hal ini, banyak orang tua bahkan mengatakan kartun tertentu berpengaruh dalam tumbuh kembang anak, termasuk pemerolehan bahasa pertama. Salah satu kartun yang dampaknya seringkali diperbincangkan adalah kartun nonverbal.

Tidak sedikit orang tua khawatir bahwa anaknya yang terlambat bicara disebabkan oleh tontonan kartun jenis ini. Judulnya beragam, mulai dari Tom and Jerry, Shaun the Sheep, Minions, Oscar’s Oasis, dan masih banyak lagi.

Kekhawatiran yang diutarakan biasanya mencakup kemungkinan bahwa kartun nonverbal tidak “mengajarkan” anak untuk berbicara dengan bahasa normal.

Padahal, kualitas waktu yang dihabiskan orang tua dengan anak periode emas (0–2 tahun) juga memiliki peran krusial dalam perkembangan bahasa anak. Jadi, apakah benar kartun nonverbal buruk bagi perkembangan bahasa anak?

Faktor Pemerolehan Bahasa Pertama Anak

Dalam psikologi, topik ini sudah akrab diperbincangkan. Menurut Argasiam (2024), anak usia sekitar 18–24 bulan mulai memasuki fase penting dalam perkembangan bahasanya. Pada tahap ini, anak mulai menggabungkan dua kata sederhana seperti “mau susu” atau “ambil bola”.

Fase ini dikenal sebagai telegraphic speech, yaitu kondisi ketika anak menyampaikan pesan menggunakan kata-kata inti, meskipun susunan bahasanya masih sederhana.

Pada periode yang sama, peran orang tua menjadi sangat krusial. Pola interaksi sehari-hari antara orang tua dan anak, mulai dari cara berbicara, merespons ocehan, hingga memberikan dukungan emosional, berkontribusi besar terhadap perkembangan bahasa, kemampuan berpikir, serta emosi dan sosial anak.

Dalam psikologi perkembangan ditegaskan pula bahwa anak belajar bahasa bukan hanya dari apa yang ia dengar. Namun, terutama dari interaksi dua arah yang ia alami bersama orang-orang terdekatnya.

Kartun Nonverbal Bukan Penentu

Biasanya, orang tua memberikan paparan kartun nonverbal agar dapat melatih visual anak, atau sekadar meredakan rewel anak menjelang usia toddler.

Tujuan ini tentu tidak salah untuk dilakukan, tetapi sayangnya, orang tua terkadang lupa bahwa interaksi langsung dengan anak mereka sangat penting bagi anak usia ini.

Bagaimanapun, kartun yang ditonton anak tetap tidak dapat menggantikan peran orang tua sebagai teman bicaranya, apapun jenis tontonan yang diberikan.

Terlebih pada kartun nonverbal, tontonan jenis ini tidak menampilkan dialog sehingga anak tidak mendapatkan pengetahuan kosakata baru. Kekhawatiran orang tua valid. Namun, permasalahan utama sesungguhnya berada pada satu hal: apakah orang tua dan pengasuh sudah cukup sering melakukan interaksi dua arah dengan anak?

Si Kecil Rewel, HP Tidak Selalu menjadi Solusinya

Adakah rasanya orang tua mengalami kewalahan mengontrol screen time anak usia toddler? Jika diberikan gawai anak berhenti rewel, tetapi saat diambil gawainya anak langsung meraung tidak terima. Sebelum membahas solusinya, yuk bayangkan situasi berikut.

Hari itu akhir pekan, keluarga besar berkumpul di rumah untuk silaturahmi dan berbincang. Namun, anak mulai merasa bosan dan uring-uringan.

Ia menghampiri orang tuanya, “Ma, Pa, aku mau main HP!” Ayah atau Ibunya menjawab,“Nak, tadi kan kamu janji, kalau sudah pakai HP 30 menit, mainnya nanti lagi. Sekarang, kamu main dulu, ya, sama sepupumu.”

Mendengar keinginannya tidak dituruti, anak makin rewel, meraung, bahkan menangis. Di situasi seperti ini, apa yang sebaiknya orang tua maupun pengasuh lakukan?

Solusinya, kita harus memperbanyak obrolan dua arah dengan anak. Berikan pemahaman mengenai batasan penggunaan gawai dan mengapa kita peduli tentang hal ini untuk kebaikan mereka.

Meskipun sedang menonton gawai, penting untuk menyisipkan percakapan langsung seperti, “Wah, lihat Nak, kenapa bisa begitu, ya? Bagus, kan, ceritanya? Kamu suka ceritanya, Nak?”

Pola Asuh Sehat dan Seimbang adalah Kuncinya

Pada akhirnya, kartun nonverbal dapat menjadi media yang membantu perkembangan kemampuan visual anak. Tontonan ini boleh dikonsumsi anak, asalkan diimbangi dengan pola asuh yang bijak.

Orang tua ataupun pengasuh anak tetap harus rutin melakukan interaksi dua arah agar anak terus mempelajari kosakata baru.

Ajak anak mengobrol, berikan mereka penjelasan bahwa batasan dilakukan karena kita menyayangi mereka, dan ingin mereka tumbuh menjadi generasi cerdas yang tangguh menghadapi tantangan. Tetap ingat, teknologi itu alat, bukan pengasuh anak di era modern.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

KA
KG
Tim Editorarrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.