gen z indonesia bersinar di sea games thailand 2025 mematahkan stereotip - News | Good News From Indonesia 2025

Gen Z Indonesia Bersinar di SEA Games Thailand 2025: Mematahkan Stereotip?

Gen Z Indonesia Bersinar di SEA Games Thailand 2025: Mematahkan Stereotip?
images info

Gen Z Indonesia Bersinar di SEA Games Thailand 2025: Mematahkan Stereotip?


Sorotan lampu stadion dan kamera televisi menyambut perkenalan atlet di Gymnasium 5 Universitas Thammasat Rangsit, Pathum Thani. Di tengah suasana resmi dan penuh protokol itu, dua pesenam Indonesia tampil dengan gaya santai dan percaya diri. Alarice Prakoso yang berusia 17 tahun berdiri berdampingan dengan Salsabilla Hadi yang berusia 20 tahun sebagai wakil generasi Z Indonesia di senam artistik putri SEA Games Thailand 2025.

Alih-alih berdiri kaku, keduanya berpose ala film Petualangan Sherina, melakukan tos, lalu saling membelakangi dengan tangan terlipat. Aksi singkat itu langsung mengundang tawa dan tepuk tangan penonton. Sejak momen itu, pesan tersirat muncul jelas bahwa generasi muda Indonesia datang tanpa rasa gentar.

Aksi Alarice dan Salsabilla bukan sekadar hiburan pembuka sebelum pertandingan dimulai. Gestur ringan tersebut mencerminkan karakter generasi Z yang ekspresif, terbuka, dan nyaman menjadi diri sendiri. Salsabilla yang dikenal introver tampak tenang dan luwes di hadapan kamera internasional. Alarice, sebaliknya, memancarkan energi khas remaja ekstrovert yang penuh antusiasme.

Sebelum bertanding, keduanya bahkan sempat mengunggah tarian ringan ala TikTok. Psikolog Jean Twenge menjelaskan bahwa generasi Z tumbuh dengan budaya ekspresi publik yang membentuk keberanian tampil dan rasa percaya diri. Karakter inilah yang kemudian terbawa hingga ke arena pertandingan resmi.

SEA Games Thailand 2025 memang menjadi ajang penting bagi unjuk kemampuan generasi Z Indonesia. Indonesia mengirim 1.021 atlet, dengan mayoritas berusia di bawah 23 tahun. Komposisi ini menunjukkan keberanian federasi dan pemerintah memberi panggung besar kepada atlet muda.

Menteri Pemuda dan Olahraga Erick Thohir menyebut regenerasi sebagai fondasi prestasi jangka panjang olahraga nasional. Pendekatan ini sejalan dengan teori Long-Term Athlete Development: Trainability in Childhood and Adolescence (2001) yang dikembangkan Istvan Balyi.

Teori tersebut menekankan pentingnya kompetisi berjenjang untuk membangun kualitas atlet secara berkelanjutan. Dalam kerangka ini, SEA Games ditempatkan sebagai ruang belajar, bukan sekadar perburuan peringkat.

Cabang panjat tebing menjadi ilustrasi paling jelas dari keberhasilan pendekatan regenerasi tersebut. Seluruh 18 atlet panjat tebing Indonesia lahir antara 1997 hingga 2012, dengan rata-rata usia hanya 19 tahun. Meski begitu, mereka tampil matang secara mental dan teknis. Alma Ariella Tsany dan Ardana Cikal Damarwulan langsung mempersembahkan emas disiplin lead.

Alma bahkan menjadi satu-satunya finalis yang mencapai puncak dinding panjat. Fakta ini tercatat resmi dalam laporan SEA Games Federation Thailand 2025. Prestasi tersebut menegaskan bahwa usia muda bukan penghalang pencapaian maksimal di level regional.

Keberhasilan panjat tebing Indonesia tidak berhenti pada satu nomor perlombaan. Pada disiplin speed, Antasyafi Robby Al Hilmi dan Puja Lestari kembali menyumbang medali emas. Secara keseluruhan, panjat tebing menghasilkan empat emas, tiga perak, dan satu perunggu.

Pelatih nasional Hendra Basir menyebut SEA Games sebagai batu loncatan strategis bagi atlet muda. Pernyataan itu ia sampaikan kepada media nasional di Bangkok. Menurut Hendra, jam terbang internasional sangat penting untuk membentuk kepercayaan diri atlet. Dalam beberapa tahun ke depan, para pemanjat muda ini diproyeksikan menjadi tulang punggung tim nasional Indonesia.

Di kolam renang, generasi Z Indonesia juga tampil sebagai aktor utama. Seluruh emas renang Indonesia disumbangkan oleh Masniari Wolf dan Jason Donovan Yusuf. Jason bahkan meraih dua emas sekaligus dalam debut pertamanya di SEA Games.

Pelatih kepala renang Indonesia, Albert C Sutanto, menyebut keduanya sebagai tulang punggung tim masa depan. Pernyataan tersebut disampaikan kepada Kantor Berita Antara pada Desember 2025. Albert menilai proses transisi generasi berjalan lebih mulus dari perkiraan. Atlet muda mampu menggantikan peran senior tanpa penurunan kualitas performa.

Lintasan atletik juga menghadirkan kisah sukses generasi Z Indonesia. Diva Renatta Jayadi memecahkan rekor SEA Games lompat galah putri dan mengakhiri penantian emas Indonesia selama 22 tahun.

Tak lama berselang, Dina Aulia meraih emas lari gawang 100 meter. Catatan waktunya 13,21 detik, unggul dari atlet Vietnam dan rekan-rekan Asia Tenggara lainnya. Prestasi ini tercatat resmi dalam laporan teknis SEA Games. Usia muda Diva dan Dina tidak menghalangi konsistensi teknik dan fokus lomba. Mereka membuktikan kesiapan bersaing di tingkat regional.

Di cabang bola voli putri, Indonesia menerapkan strategi kombinasi lintas generasi. Megawati Hangestri Pertiwi menjadi jembatan antara pengalaman dan energi pemain muda. Ia memimpin rekan setim yang memiliki selisih usia hingga sembilan tahun. Pelatih Marcos mengakui adaptasi awal sempat berjalan lambat karena perbedaan karakter.

Pemain senior cenderung serius, sementara pemain muda lebih santai. Namun seiring waktu, koneksi tim terbentuk dengan baik. Hasilnya, Indonesia berhasil mempertahankan tradisi podium dengan meraih medali perunggu.

Secara keseluruhan, Indonesia sukses mengumpulkan 91 medali emas di SEA Games Thailand 2025. Medali emas terakhir disumbangkan tim putri kabaddi setelah mengalahkan Malaysia pada nomor women three stars finals.

Menteri Pemuda dan Olahraga Erick Thohir menyampaikan apresiasi resmi melalui rilis NOC Indonesia. Indonesia menempati peringkat kedua klasemen akhir SEA Games. Capaian ini menjadi catatan sejarah baru sejak SEA Games 1995. Prestasi dan regenerasi terbukti dapat berjalan beriringan.

Keberhasilan generasi Z di SEA Games ini sekaligus mematahkan stereotip negatif yang kerap dilekatkan kepada mereka. Generasi ini sering dianggap kurang disiplin dan terlalu bergantung pada teknologi. Data Talentics Talent Data Lab 2024 menunjukkan gambaran berbeda.

Tingkat conscientiousness generasi Z lulusan perguruan tinggi tergolong kompetitif. Selisihnya hanya satu hingga dua poin dibanding generasi sebelumnya. Sementara itu, skor openness to experience mereka justru lebih tinggi. Karakter ini berkaitan erat dengan kreativitas, keberanian mencoba, dan adaptasi cepat.

Psikolog industri menilai openness to experience menjadi faktor penting dalam dunia olahraga modern. Cabang olahraga kini menuntut pembaruan teknik, strategi, dan pendekatan latihan secara berkelanjutan. Teknologi bagi generasi Z bukan bentuk ketergantungan, melainkan alat peningkatan performa.

Di SEA Games Thailand, atlet muda Indonesia terlihat cepat beradaptasi dengan tekanan lomba. Mereka terbuka terhadap evaluasi pelatih dan pendekatan ilmiah berbasis data. Pola ini sejalan dengan tren pembinaan olahraga global. Generasi Z menunjukkan kesiapan mental menghadapi level kompetisi lebih tinggi.

SEA Games Thailand 2025 akhirnya menjadi etalase perubahan paradigma olahraga Indonesia. Prestasi tinggi tidak harus mengorbankan proses regenerasi atlet. Generasi Z membuktikan diri melalui kerja keras, disiplin, dan kreativitas. Mereka tampil ekspresif di luar arena, tetapi tetap fokus pada hasil pertandingan.

Alarice Prakoso dan Salsabilla Hadi menjadi simbol awal perubahan tersebut. Dari Thailand, olahraga Indonesia menemukan wajah masa depannya. Wajah yang muda, berani, adaptif, dan siap bersaing di level Asia berikutnya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

MM
KG
Tim Editorarrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.