fenomena fatherless di indonesia bagaimana penanganannya - News | Good News From Indonesia 2025

Fenomena Fatherless di Indonesia, Bagaimana Penanganannya?

Fenomena Fatherless di Indonesia, Bagaimana Penanganannya?
images info

Fenomena Fatherless di Indonesia, Bagaimana Penanganannya?


Dalam beberapa tahun terakhir, semakin banyak anak Indonesia yang tumbuh tanpa kehadiran sosok ayah. Hal ini dapat terjadi karena berbagai alasan, mulai dari perceraian, ayah yang sibuk bekerja sehingga jarang ada di rumah, atau kehadiran ayah yang hanya terlihat secara fisik, tetapi tidak hadir secara emosional.

Kondisi ini dikenal dengan istilah ''fatherless''. Ketiadaan peran ayah bukan lagi kasus yang jarang, tetapi telah menjadi fenomena sosial yang luas sehingga memengaruhi dalam hal berperilaku dan pembentukan karakter anak.

Berdasarkan hasil data dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susernas) 2024 menunjukan bahwa 20,1% atau sekitar 15,9 juta anak Indonesia tumbuh tanpa sosok ayah.

Sebagian besar ayah hanya hadir secara fisik tanpa turut terlibat secara aktif dalam pengasuhan anak (Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia, 2020).

Menurut psikolog UGM, Diana Setiyawati, anak yang tumbuh tanpa sosok ayah cenderung kurang mampu mengontrol diri sehingga mendorong perilaku yang agresif, memiliki rasa percaya diri yang rendah. Mereka juga menjadi bingung soal identitas dirinya atau kesulitan memahami peran sebagai laki-laki atau perempuan.

baca juga

Hilangnya salah satu figur penting dalam pengasuhan dapat menciptakan ketimpangan dalam perkembangan psikologis anak. Mirisnya, Indonesia dinyatakan masuk dalam 10 besar negara dengan kasus fatherless dalam pengasuhan anak oleh Kementerian PPPA.

Selain itu, Kementerian PPPA juga menyebutkan bahwa keterlibatan ayah berdampak positif bagi anak. Sebab, mereka akan tumbuh dengan kematangan psikologis yang sesuai dengan usia biologisnya. Hal ini sangat dibutuhkan dalam penyelesaian masalah yang dihadapi anak di masa depan.

Bagaimana Cara Atasi Fatherless?

Lalu, apakah fenomena fatherless ini bisa diatasi? Ya, tentu saja bisa, dengan cara membangun kesadaran bahwa pengasuhan bukan hanya tanggung jawab ibu, tetapi juga tanggung jawab bersama antara ayah dan ibu.

Kesadaran ini penting karena akan membuat hubungan yang hangat dan seimbang dalam keluarga, di mana anak merasa diperhatikan dan didukung oleh kedua orang tuanya.

Ayah juga perlu meluangkan waktu yang berkualitas bersama anak, baik dengan bermain, melakukan aktivitas yang disukai anak, maupun sekadar berbincang tentang keseharian mereka.

Perhatian dan kasih sayang yang diberikan secara konsisten akan memperkuat ikatan emosional antara ayah dan anak. Selain itu, keterlibatan ayah dalam pengambilan keputusan penting seperti pendidikan, kesehatan, dan masa depan anak.

baca juga

Dengan begitu, buah hati akan merasa bahwa ayah benar-benar hadir dalam hidupnya, bukan hanya secara fisik, tetapi juga secara emosional dan psikologis.

Fenomena fatherless tidak hanya berkaitan dengan absennya sosok ayah dalam keluarga, tetapi juga menyangkut kurangnya peran dan kedekatan emosional anak dalam proses tumbuh kembangnya.

Data menunjukkan bahwa kondisi ini dialami oleh jutaan anak di Indonesia dan membawa berbagai dampak pada aspek emosional, sosial, hingga psikologis. Karena itu, fatherless tidak bisa dianggap sebagai persoalan individu semata, melainkan sebagai isu sosial yang perlu mendapatkan perhatian bersama.

Kehadiran ayah yang terlibat secara penuh, baik secara fisik maupun emosional, memiliki peran penting dalam membentuk generasi yang sehat dan kuat.

Dengan meningkatnya kesadaran akan pentingnya keterlibatan ayah, dukungan dari keluarga dan lingkungan, serta kebijakan yang berpihak pada penguatan peran orang tua, fenomena fatherless dapat ditekan.

Pada akhirnya, yang dibutuhkan anak bukan sekadar figur ayah yang ada di rumah, tetapi ayah yang benar-benar hadir dan terlibat dalam kehidupan mereka.

 

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

HK
KG
Tim Editorarrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.