Volume sampah dipengaruhi oleh jumlah penduduk, aktivitas, dan gaya hidup. Pemerintah daerah memberlakukan berbagai kebijakan untuk mengatasi permasalahan sampah sebagai bentuk tanggung jawab pelayanan publik.
Oleh karena itu, di tengah isu perubahan iklim dan meningkatnya volume sampah harian, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) kembali mencuatkan kabar baik, membuktikan bahwa solusi cerdas lahir dari kolaborasi erat antar daerah yakni menunjukkan langkah nyata melalui Program Pengolahan Sampah menjadi Energi Listrik (PSEL).
Daya kolaborasi antardaerah di DIY sudah tercipta yaitu “Kartamantul” (Yoyakarta, Sleman, Bantul) yang mengurusi tentang lingkungan. Program ini bukan sekadar solusi lingkungan, tapi juga menjadi perintis penggerak ekonomi hijau di wilayah tersebut.
Melalui proyek yang berpusat di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST), Pemerintah DIY menargetkan pengolahan lebih dari 1.000 ton sampah per hari untuk diubah menjadi energi listrik ramah lingkungan.
Kolaborasi lintas daerah ini diinisiasi sebagai bentuk sinergi berkelanjutan dalam mengatasi masalah persampahan yang selama ini menjadi beban kota dan kabupaten di sekitarnya. Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan DIY menyebut bahwa program ini tidak hanya berorientasi pada pengurangan timbunan sampah, tetapi juga mendorong efisiensi ekonomi.
Teknologi PSEL, yang umumnya menggunakan metode insinerasi (pembakaran pada suhu tinggi), tidak hanya secara drastis mengurangi volume sampah yang harus ditimbun di TPA, tetapi juga menghasilkan uap panas yang menggerakkan turbin untuk memproduksi listrik.
Listrik yang dihasilkan nantinya akan dibeli oleh PT PLN (Persero) sesuai dengan regulasi harga beli energi terbarukan yang ditetapkan pemerintah pusat. Dengan kapasitas pengolahan lebih dari 1.000 ton per hari, PSEL Piyungan tidak hanya menyelesaikan masalah darurat sampah, tetapi juga berkontribusi nyata pada energi bersih nasional.
Hal ini juga menunjukkan bahwa pengelolaan sampah berkelanjutan dapat memengaruhi tercapainya target SDGs, terutama SDGs ke 3, 7, 13, 14, dan 15.
Dampak Ekonomi dan Harapan ke Depan
PSEL bukan hanya menyelesaikan persoalan sampah tetapi juga membuka peluang ekonomi baru: energi listrik terbarukan, lapangan kerja hijau, dan pengembangan ekonomi sirkular berbasis limbah. Proyek ini bisa menjadi model bagi daerah lain di Indonesia dalam menggabungkan aspek ekonomi, lingkungan dan kolaborasi antardaerah. Kuncinya bukan hanya pada investasi fisik, melainkan konsistensi pasokan, koordinasi daerah, dan pemenuhan standar lingkungan.
Sebagaimana salah satu jurnal menyoroti bahwa tantangan pengelolaan sampah di DIY diantaranya meliputi konflik antar pelaksana, kurang sinkronisasi antar pemerintah, keterbatasan anggaran, teknologi dan fasilitas.
Oleh karena itu, dengan komitmen dan kerjasama yang solid, DIY bisa mengubah beban pengelolaan sampah menjadi penguatan ekonomi hijau dan sekaligus menjadi inspirasi bahwa pembangunan ekonomi lokal dapat dilakukan lewat kolaborasi cerdas dan keberlanjutan.
Selain itu, keberadaan proyek ini memperkuat komitmen Yogyakarta dalam membangun ekonomi hijau berbasis kolaborasi. Pemerintah daerah menegaskan bahwa keberhasilan pembangunan tidak lagi diukur dari daya saing antarwilayah, tetapi dari kemampuan untuk berkolaborasi demi keberlanjutan bersama. Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X, dalam berbagai kesempatan, menegaskan bahwa filosofi inti dari proyek ini adalah penekanan pada "daya kolaborasi lebih diutamakan daripada daya saing".
Meskipun proyek ini masih mendapat beberapa kritik terkait potensi isu lingkungan (seperti isu air dan udara yang perlu dimitigasi ketat), Pemerintah DIY menjamin bahwa pembangunan fasilitas baru ini akan mempertimbangkan keberlanjutan fungsi infrastruktur pengelolaan sampah yang sudah ada, serta mematuhi standar lingkungan tertinggi.
Proyek PSEL Piyungan adalah bukti bahwa dengan kolaborasi yang tulus dan visi jangka panjang, masalah terbesar pun dapat diubah menjadi berkah dan pertumbuhan ekonomi dapat meningkat bagi masyarakat.
Dengan semangat “dari sampah jadi berkah,”Yogyakarta mengajarkan bahwa keberlanjutan dan ekonomi bisa berjalan beriringan dan kerja sama antardaerah adalah kunci untuk menciptakan masa depan yang lebih bersih, mandiri, dan sejahtera bagi seluruh warga.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News


