Pendidikan menjadi salah satu topik bahasan yang tidak ada habisnya hingga saat ini. Isu-isu soal permasalahan terkait pendidikan bagi anak-anak Indonesia masih sering berseliweran di berbagai media berbeda.
Pemerataan soal pendidikan bagi setiap daerah menjadi salah satu hal yang sering kali dibahas. Belum lagi tentang kualitas pendidikan yang diberikan bagi anak-anak bangsa yang belum sama dan merata dari satu daerah ke daerah lainnya.
Permasalahan lain juga muncul tentang anggapan masyarakat terhadap pendidikan seorang anak. Di sebagian kalangan, masih ada anggapan bahwa pendidikan hanya dibutuhkan bagi anak laki-laki saja.
Pendidikan bagi anak laki-laki dianggap akan menjadi bekal bagi mereka kelak untuk bekerja. Apalagi laki-laki dewasa memiliki tanggung jawab penuh untuk menghidupi keluarganya kelak.
Hal ini membuat pendidikan seakan menjadi barang yang tidak diperlukan oleh anak-anak perempuan. Para wanita yang dianggap hanya perlu mengerjakan pekerjaan domestik saja membuat mereka sering kali dirasa tidak perlu menempuh pendidikan yang layak.
Realita yang terjadi inilah yang dirasakan oleh Risna Hasanudin, salah satu tokoh inspiratif kelahiran Banda Neira, Maluku. Hal ini dia rasakan ketika datang dan tinggal di Kampung Kobrey, Manokwari, Papua.
Namun Risna tidak tinggal diam melihat realita tersebut. Dirinya hadir memberikan secercah cahaya bagi anak-anak perempuan yang ada di sana.
Bagaimana kontribusi yang Risna berikan untuk anak-anak perempuan yang ada di Kampung Kobrey, Manokwari, Papua Barat tersebut?
Anggapan di Tengah Masyarakat
Dikutip dari E-Booklet SATU Indonesia Awards 2023, Kampung Kobrey menjadi salah satu daerah yang masyarakatnya masih mempercayai stigma yang dijelaskan pada bagian sebelumnya beberapa tahun silam. Hal ini membuat anak-anak perempuan yang putus sekolah menjadi hal yang lumrah di sana.
Kampung Kobrey yang berada di Kabupaten Manokwari, Papua Barat tersebut dihuni oleh masyarakat yang mayoritas berasal dari Suku Arfak. Kebanyakan anak-anak perempuan yang ada di sana hanya bersekolah hingga kelas 3 saja.
Tradisi yang berkembang di tengah masyarakat Suku Arfak menjadi sebab mengapa hal ini bisa terjadi pada waktu itu. Menurut kepercayaan masyarakat, perempuan dianggap tidak perlu bersekolah tinggi.
Namun permasalahan muncul bagi anak-anak perempuan yang terpaksa putus sekolah begitu saja. Selain tidak mendapatkan pendidikan yang layak, mereka juga tidak bisa baca dan tulis.
Rumah Cerdas Perempuan Arfak, Harapan untuk Anak Perempuan Papua
Melihat realita ini, Risna Hasanudin bertekad untuk membantu anak-anak perempuan yang ada di Kampung Kobrey. Dia tidak ingin anak-anak perempuan yang ada di sana menjadi generasi tertinggal yang tidak bisa apa-apa.
Lulusan Universitas Pattimura Maluku ini kemudian mendirikan sebuah rumah belajar bagi anak-anak perempuan Suku Arfak pada 2014 silam. Rumah belajar yang dibentuk oleh Risna ini dia beri nama Rumah Cerdas Perempuan Arfak.
Lewat rumah belajar yang dia dirikan, Risna memberikan pelajaran serta pelatihan bagi anak-anak perempuan yang ada di sana. Anak-anak yang ikut dalam Rumah Cerdas Perempuan arfak diajarkan membaca, menulis, dan berhitung.
Selain itu, mereka juga diberi wawasan dan pelatihan agar bisa memulai sebuah usaha kecil.
Salah Satu Peraih Apresiasi SATU Indonesia Awards 2015
Kepekaan Risna terhadap situasi yang terjadi di Kampung Kobrey membuat dirinya tergerak untuk mendirikan Rumah Cerdas Perempuan Arfak di sana. Berkat kontribusinya ini pula, Risna terpilih menjadi salah satu penerima Apresiasi SATU Indonesia Awards pada 2015 silam.
#kabarbaiksatuindonesia
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News


