Pura Ulun Danu Beratan yang terletak di Bedugul, Bali, bukan hanya sekadar tempat ibadah bagi umat Hindu, tetapi juga merupakan salah satu ikon wisata yang menarik perhatian pengunjung mancanegara.
Berada di tepi Danau Beratan dengan latar belakang pegunungan yang sejuk dan berkabut, pura ini menawarkan keindahan alam dan spiritualitas. Pemandangan pura yang seolah mengapung di atas air menjadi daya tarik utama yang dapat memikat siapa pun pada pandangan pertama.
Pura yang dibangun pada 1926 ini merupakan salah satu kompleks pura yang paling penting di Bali. Nama "Ulun Danu" sendiri berarti "kepala danau" atau lokasi pemujaan untuk Dewi Batari Ulun Danu yaitu dewi danau dan sungai yang diyakini sebagai pelindung sumber kehidupan.
Mengutip dari kompas.com, Pura Ulun Danu dipelihara oleh empat satakan dari desa-desa di sekitarnya, yaitu satakan Candi Kuning, satakan Bangah mewilayahi 3 bendesa adat, santakan Antapan mewilayahi 4 bendesa adat, dan satakan Baturiti mewilayahi 6 bendesa adat.
Keindahan Alam di Sekitar Pura Ulun Danu Beratan
Pura Ulun Danu Beratan terletak di kawasan pegunungan Bedugul dengan ketinggian sekitar 1.200 meter di atas permukaan laut. Suhu yang sejuk dan pemandangan hijau yang indah membuat pura ini menjadi salah satu tempat paling menenangkan di Pulau Bali.
Terletak di sekitar Danau Beratan yang luas, pura ini terlihat seperti mengapung di atas air saat permukaan danau naik. Keindahan inilah yang menjadikan Pura Ulun Danu sangat ikonik dan sering dijadikan latar belakang foto oleh wisatawan dari berbagai belahan dunia.
Keindahan alam di sekitar pura semakin menawan dengan latar belakang Gunung Catur yang menjulang tinggi di kejauhan. Kabut tipis yang menyelimuti area pura di pagi hari menciptakan atmosfer mistis yang seakan mengajak pengunjung memasuki dunia spiritual yang damai.
Arsitektur Pura yang Sarat Simbol dan Filosofi
Selain pesona alamnya, arsitektur Pura Ulun Danu juga memiliki keunikan yang khas. Pura ini terdiri dari beberapa pura kecil yang digunakan untuk menyembah dewa-dewi Hindu. Struktur utama pura ini memiliki meru bertingkat sebelas yang disebut Pelinggih Telengin Segara, yang melambangkan tingkat kesucian tertinggi dalam ajaran Hindu di Bali.
Setiap elemen arsitektur, mulai dari gerbang candi bentar hingga ukiran batu, mencerminkan keseimbangan antara manusia, alam, dan Tuhan. Prinsip Tri Hita Karana, yang mengedepankan harmoni antara ketiga aspek tersebut, terlihat jelas dalam pengaturan ruang dan fungsi masing-masing bangunan di kompleks pura ini.
Dilansir dari indonsiakaya.com, fungsi Pura Ulun Danu sebagai tempat pemujaan diwujudkan dengan keberadaan beberapa bangunan pemujaan atau pelinggih. Di antara pelinggih tersebut, terdapat dua bangunan yaitu Palebahan Pura Tengahing Segara dan Palebahan Palinggih Lingga Petak/Ulun Danu yang posisinya menjorok ke tengah danau.
Posisi yang unik dari kedua bangunan suci ini jarang ditemui di pura ulun danu yang didirikan di danau-danau lainnya di Bali. Hal ini membuat kedua bangunan suci di tengah Danau Beratan ini tidak saja memiliki nilai secara spiritual, tetapi juga nilai keindahan yang tinggi.
Mitos yang Hidup di Tengah Masyarakat
Pura Ulun Danu bukan hanya sekadar objek wisata, tetapi juga berfungsi sebagai pusat spiritual bagi masyarakat di sekitarnya. Masyarakat percaya bahwa Dewi Batari Ulun Danu berperan dalam menjaga keseimbangan sumber air yang mendukung lahan pertanian di Bali. Setiap ritual dan persembahan yang dilakukan di pura ini bertujuan untuk memohon kesuburan, kemakmuran, dan ketentraman dalam hidup.
Mengutip detikbali.com, warga yang tinggal di sekitar Danau Beratan, terutama para nelayan, meyakini bahwa terdapat makhluk yang mendiami danau tersebut. Beberapa nelayan dilaporkan pernah menyaksikan cahaya misterius yang muncul pada malam hari dari dalam Danau Beratan
Peristiwa ini kemudian dianggap sebagai tanda kehadiran penunggu gaib yang menjaga danau suci tersebut. Mereka meyakini bahwa penunggu yang melindungi danau ini memiliki niat baik untuk menjaga ekosistem Danau Beratan dan area sekitarnya. Berbagai upacara dan persembahan masih dilaksanakan sebagai bentuk penghormatan kepada penunggu danau demi menjaga keseimbangan ekosistem.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News