pura agung besakih - News | Good News From Indonesia 2025

Pura Agung Besakih: Ungkap Keagungan Pura Terbesar dan Tersuci di Bali

Pura Agung Besakih: Ungkap Keagungan Pura Terbesar dan Tersuci di Bali
images info

Pura Agung Besakih adalah pura terbesar dan paling suci bagi umat Hindu di Bali. Terletak di kaki Gunung Agung, pura ini kerap disebut sebagai Mother Temple of Bali karena kedudukannya sebagai pusat spiritualitas dan budaya masyarakat Hindu Bali.

Lebih dari sekadar tempat ibadah, Besakih merupakan warisan leluhur yang sarat dengan nilai sejarah, filosofi hidup, dan keindahan arsitektur, sehingga menjadi destinasi religi sekaligus budaya yang mendunia.

Mengenal Pura Agung Besakih

Pura Agung Besakih berada di Desa Besakih, Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem, tepat di lereng Gunung Agung yang merupakan gunung tertinggi sekaligus paling sakral di Bali.

Berada di ketinggian sekitar 1.000 meter di atas permukaan laut, pura ini menawarkan suasana sejuk dengan panorama alam yang menakjubkan.

Gunung Agung sendiri diyakini sebagai tempat bersemayam para dewa, sehingga keberadaan pura di lerengnya memiliki makna spiritual yang begitu mendalam bagi umat Hindu Bali.

Karena kedudukannya yang istimewa, Besakih mendapat julukan Mother Temple of Bali. Julukan ini mencerminkan perannya sebagai pusat dari seluruh pura di Bali, tempat umat Hindu dari berbagai daerah berkumpul untuk melaksanakan upacara besar yang lebih utama dibandingkan ritual di pura lain.

Kompleksnya yang menaungi lebih dari 80 pura kecil menegaskan posisi Besakih sebagai pusat kesatuan spiritual masyarakat Hindu di Pulau Dewata.

Baca juga: Merawat Pura Besakih, Menjaga Tempat Suci yang Bersejarah

Sejarah dan Legenda Pura Agung Besakih

Sejarah Pura Agung Besakih diyakini bermula pada abad ke-8, ketika seorang resi suci bernama Rsi Markandeya melakukan perjalanan spiritual ke Bali.

Beliau mendapat wangsit untuk mendirikan tempat pemujaan di lereng Gunung Agung sebagai pusat persembahan kepada Sang Hyang Widhi. Dari sinilah, kemudian dibangun sebuah pura sederhana yang kelak berkembang menjadi kompleks besar yang kita kenal sekarang.

Kisah ini tidak hanya menjadi legenda, tetapi juga menegaskan keterkaitan erat Pura Besakih dengan perjalanan panjang peradaban Hindu di Bali yang berakar kuat pada ajaran leluhur.

Keberadaannya sejak masa kuno mencerminkan betapa pentingnya gunung dan pura sebagai simbol spiritual serta pusat kosmologi dalam kehidupan masyarakat Bali.

Seiring berjalannya waktu, Pura Agung Besakih berkembang menjadi pusat persembahyangan terbesar dan paling suci bagi umat Hindu Bali.

Di tempat inilah berbagai upacara besar, mulai dari odalan hingga ritual berskala nasional, dilaksanakan secara rutin dengan melibatkan ribuan umat.

Kedudukan Besakih tidak hanya sebatas sebagai tempat ibadah, melainkan juga simbol identitas, kebersamaan, serta keteguhan iman umat Hindu dalam menjaga keseimbangan hidup.

Harmoni yang ditekankan dalam setiap ritual mencerminkan hubungan yang selaras antara manusia, alam, dan Sang Hyang Widhi Wasa. Dengan demikian, Pura Besakih tetap menjadi pusat spiritualitas yang hidup dan berpengaruh hingga masa kini.

Baca juga: Mengenal Kemegahan Gunung Agung di Bali Yang Kamu Perlu Tahu

Struktur Kompleks dan Fungsi Pura Agung Besakih

Dari lebih 80 pura yang terdapat di kompleks Besakih, Pura Penataran Agung menjadi pusat utama yang paling disakralkan. Pura ini dipersembahkan kepada Sang Hyang Widhi dalam wujudnya sebagai Dewa Siwa, sang pemelihara sekaligus pemberi kehidupan.

Di dalamnya berdiri megah bangunan meru atau menara bertingkat, yang menjadi simbol kosmis hubungan manusia dengan alam semesta dan Sang Pencipta. Arsitekturnya yang agung menegaskan kedudukan Besakih sebagai pusat spiritual tertinggi di Bali.

Selain Pura Penataran Agung, terdapat pula pura-pura pendukung yang masing-masing memiliki fungsi religius dan makna simbolik tersendiri.

Beberapa di antaranya adalah Pura Basukian, yang diyakini sebagai tempat awal pendirian pura oleh Resi Markandeya, Pura Kiduling Kreteg yang berfungsi sebagai tempat pemujaan bagi dewa-dewa penguasa arah selatan, hingga Pura Batu Madeg yang dipersembahkan kepada Dewa Wisnu.

Keseluruhan struktur kompleks ini mencerminkan kosmologi Hindu Bali yang menekankan keseimbangan dan keharmonisan antara manusia, alam, dan kekuatan spiritual.

Upacara Keagamaan dan Filosofi Tri Hita Karana

1. Panca Wali Krama dan Upacara Besar Lainnya

Salah satu upacara terbesar di Pura Agung Besakih adalah Panca Wali Krama, yang digelar setiap 100 tahun sekali berdasarkan kalender Bali. Ribuan umat Hindu datang untuk memohon keseimbangan jagat raya dan keselamatan umat manusia.

Suasana khidmat tercipta melalui persembahan, tarian suci, dan tabuhan gamelan tradisional. Selain itu, ada pula upacara besar lain seperti Eka Dasa Rudra serta Odalan Pura Penataran Agung, yang menegaskan peran Besakih sebagai pusat ritual Hindu terbesar di Bali.

Filosofi Kehidupan dalam Tri Hita Karana

2. Filosofi Kehidupan dalam Tri Hita Karana

Filosofi Tri Hita Karana, yang berarti “tiga penyebab kebahagiaan hidup”, sangat erat dengan Pura Agung Besakih. Ajaran ini menekankan harmoni manusia dengan Tuhan (parhyangan), sesama (pawongan), dan alam (palemahan).

Nilai tersebut tercermin dalam arsitektur pura, tata upacara, hingga perilaku religius masyarakat Bali. Dengan demikian, Besakih menjadi simbol nyata penerapan Tri Hita Karana sebagai panduan hidup yang selaras dan penuh makna.

Baca juga: Fakta Unik Pura Shanta Citta Bhuwana, Pura Hindu Bali Pertama di Belanda

Pura Agung Besakih sebagai Destinasi Wisata dan Warisan Budaya

Sebagai destinasi wisata spiritual, Pura Agung Besakih memberikan pengalaman yang jauh lebih mendalam dibandingkan kunjungan ke tempat wisata biasa.

Wisatawan tidak hanya dapat menikmati keindahan arsitektur khas Bali yang penuh dengan simbolisme, tetapi juga berkesempatan menyaksikan langsung aktivitas religius masyarakat setempat.

Keheningan, aroma dupa, dan nuansa sakral yang menyelimuti pura menjadikannya tempat yang ideal untuk merenung, berdoa, atau sekadar merasakan ketenangan batin di tengah megahnya panorama Gunung Agung.

Bagi wisatawan yang berencana berkunjung, penting untuk mematuhi aturan dan etika yang berlaku demi menghormati kesucian pura. Setiap pengunjung diwajibkan mengenakan kain dan selendangsebagai tanda penghormatan sebelum memasuki area utama.

Selain itu, sebaiknya hindari berbicara keras, mengganggu jalannya upacara, atau mengambil foto tanpa izin. Waktu terbaik untuk menikmati suasana Besakih biasanya pada pagi hari, saat udara masih sejuk dan suasana pura terasa lebih hening, sehingga pengunjung bisa lebih khusyuk dalam menikmati aura spiritual yang khas.

Saatnya Menyelami Spiritualitas Pura Agung Besakih

Pura Agung Besakih adalah pusat spiritual, budaya, dan filosofi kehidupan masyarakat Hindu Bali. Keberadaannya di kaki Gunung Agung menjadikannya sebagai simbol kesucian dan keseimbangan hidup yang diwariskan turun-temurun.

Dengan sejarah panjang, arsitektur megah, serta ritual yang penuh makna, Besakih tidak hanya menjadi pura terbesar di Bali, tetapi juga jantung kehidupan religius masyarakat Pulau Dewata.

Jika Kawan mencari pengalaman wisata yang lebih dari sekadar hiburan, kunjungan ke Pura Agung Besakih adalah pilihan tepat. Selami makna spiritual yang ada di balik setiap upacara dan bangunan pura, lalu dukung pelestarian warisan budaya ini agar tetap lestari.

Jangan lupa persiapkan perlengkapan perjalanan Kawan, termasuk pakaian sopan dan kain sembahyang, agar kunjungan menjadi lebih nyaman, penuh rasa hormat, serta memberi pengalaman tak terlupakan.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

MF
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.