Sungai Mekong adalah salah sungai terpanjang di Asia Tenggara. Panjangnya mencapai 4.909 km dan masuk ke dalam daftar sungai terpanjang di dunia.
Saking panjangnya, sungai ini mengaliri enam negara sekaligus, yakni Tiongkok, Myanmar, Laos, Thailand, Kamboja, dan Vietnam. Aliran sungainya berawal dari Dataran Tinggi Tibet, Tiongkok, dan bermuara di Vietnam yang berbatasan dengan Laut China Selatan.
Sungai Mekong punya peran yang amat penting untuk mendukung sumber kehidupan masyarakat di negara-negara yang dialiri, utamanya bagi mereka yang ‘menggantungkan’ hidupnya lewat perikanan, seperti Kamboja dan Vietnam. Tak hanya itu, aliran sungai ini juga menjadi lumbung air yang dapat mendukung pertanian masyarakat sekitar.
Negara-negara Mekong ini disatukan dalam sebuah organisasi yang bernama Mekong River Commission (MRC). MRC menjadi platform dialog antarnegara hilir untuk sama-sama mengelola sumber daya air secara berkelanjutan.
Apa Itu Mekong River Commission?
Kerja sama Mekong ini mulai dibentuk sejak tahun 1957. Saat itu, Kamboja, Laos, Thailand, dan Vietnam membentuk Komite Mekong yang dibawahi oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
PBB mengemban tanggung jawab dalam hal pembiayaan, pengelolaan, dan pemeliharaan sumber daya air di Sungai Mekong. Sungai tersebut dieksplorasi dan dimanfaatkan keberadaannya untuk pengembangan pembangkit listrik, irigasi, sampai pengendalian banjir. Menariknya, proyek ini dulunya adalah proyek pembangunan tunggal terbesar yang dilakukan oleh PBB.
Namun, karena kondisi dalam negeri yang bergejolak, Kamboja memutuskan untuk keluar di tahun 1977. Hal ini mendorong tiga negara lainnya membentuk Komite Mekong Sementara di tahun berikutnya.
Kemudian, pada 5 April 1995, keempat negara tadi menandatangani Perjanjian Mekong yang mendorong terbentuknya Mekong River Commission (MRC). Berbeda dengan komite awal yang masih dibawahi PBB, MRC resmi diatur oleh empat negara anggotanya.
Kawan, seluruh negara aggota sepakat untuk bekerja sama dalam pengelolaan Sungai Mekong. Keempatnya juga setuju untuk saling mengembangkan, memanfaatkan, melestarikan, dan mengelola sumber daya Sungai Mekong.
Pada 1996, Myanmar dan Tiongkok resmi menjadi Dialogue Patners atau Patner Dialog MRC. Selain itu, MRC juga meneken perjanjian dengan Indonesia, menjadikan Indonesia sebagai salah satu mitra strategis penting negara-negara Mekong.
Meskipun Indonesia tidak dialiri Sungai Mekong, tetapi sebagai negara yang sama-sama banyak dialiri sungai, kerja sama tersebut diharapkan dapat saling bermanfaat bagi seluruh negara yang terkait.
Kerja Sama MRC dan Indonesia
Menyadur dari MRC Mekong, Indonesia dan MRC resmi mendantangani Nota Kesepahaman (MoU) dalam pembangunan berkelanjutan, adaptasi perubahan iklim, manajemen risiko bencana, dan pengelolaan sumber daya air pada 27 Januari 2024. Indonesia juga menjadi negara non-Mekong di ASEAN pertama yang bekerja sama secara resmi dengan MRC.
Kerja sama antara MRC dengan Indonesia juga langgeng hingga saat ini, di mana Indonesia juga ikut mendorong kolaborasi ketahanan energi regional dengan negara-negara di kawasan Mekong. Indonesia melihat adanya peluang besar untuk saling bertukar pengalaman, teknologi, dan investasi dengan MRC.
Melansir dari Balai Teknik Irigasi Kementerian Pekerjaan Umum (PU), Indonesia dan MRC saling berbagi pengetahuan lewat teknologi irigasi, seperti gun sprinkler, jaringan irigasi air tanah, dan irigasi ramah ikan. Indonesia juga memperkenalkan beberapa teknologi moncer yang diproduksi dari produsen dalam negeri yang dapat membantu pemanfaatan sumber air.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News