KBRT - Di tengah sorotan lampu panggung dan alunan gamelan yang mulai jarang terdengar, sinden-sinden Trenggalek terus menjaga napas tradisi. Pergeseran tren hiburan modern menjadi tantangan tersendiri bagi mereka yang selama ini menjadi penjaga suasana dan emosi dalam pertunjukan wayang kulit.Salah satu yang masih setia menjaga tradisi itu adalah Mamik Handayani (44), sinden sekaligus Ketua Perkumpulan Sinden Trenggalek (Persintren). Ia mengaku, keberadaan sinden muda kini mulai terlihat, namun belum banyak yang benar-benar menekuni dunia pedalangan.“Di Trenggalek banyak sinden yang masih usia sekolah dan punya niat ikut lomba atau kompetisi. Tapi kalau dihitung, mungkin baru sekitar 40 persen dari jumlah...
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News
Baca Selengkapnya