kumpulan puisi hari sumpah pemuda 28 oktober - News | Good News From Indonesia 2025

12 Puisi Hari Sumpah Pemuda, Potret Perjuangan Para Pemuda dengan Aksara!

12 Puisi Hari Sumpah Pemuda, Potret Perjuangan Para Pemuda dengan Aksara!
images info

12 Puisi Hari Sumpah Pemuda, Potret Perjuangan Para Pemuda dengan Aksara!


Hari Sumpah Pemuda diperingati setiap tanggal 28 Oktober. Salah satu momen bersejarah Indonesia ini kerap dikenang salah satunya dengan penyelenggaraan lomba baca puisi bertema perjuangan pemuda.

Nah, bagi Kawan GNFI yang akan mengikuti lomba baca puisi dalam rangka peringatan Hari Sumpah Pemuda, berikut Good News From Indonesia himpun 12 puisi bertema pemuda dari buku antologi puisi “Aku Pemuda”. Simak sampai habis, ya!

Kumpulan Puisi Hari Sumpah Pemuda, Cocok untuk Lomba 28 Oktober!

 

Puisi 1

Aku Pemuda Peraih Indonesia Emas 2025

Oleh: Nada Fikriyah Atifah

Angin berhembus menyeringai daun kelapa
Membawa kenangan lama tentang perjuangan dan pertumpahan darah
Imaji lembaran teriakan para penjajah
Yang memang belum selesai kubaca

Sore ini, di tepi pantai aku kembali membuka lembaran lama
Diiringi hemburan ombak imajinasi menyerta
Tak kurasa hatiku senang nan pilu dibawanya

Di sana berdiri tiga orang membawa senjata di tangan kanan
Wajah yang kusam dan tampak tak tenang.
Dalam imajinasi remaja putri menyerang

Jantungku melejit diambil setiap imajinya
Di bawah naungan hembusan angin menyerta
Ditemani hewan kecil pelantun lagu setia
Tak kusangka imajinasiku bubar dibawanya

Kumenoleh dan melihat para pemuda tertawa
Wajah berseri dengan tangan penuh goresan pena
Di seberang kulihat wajah amis golongan tua
Sehabis disentuh hembusan lautan senja
Mesin waktu kali ini serasa menunjukkan dua kepribadian dalam sehelai lantunan

Tak lama kurenungkan
Angin diam-diam mendingin membawa hambatan
Jaket yang semula kutaruh, kucengkeram erat menutup tubuhku
Tak kusadari langkah kakiku sampai di rumah dekat trotoar milikku

Dari selatan lonceng gereja bergeming menyentuh telingaku
Di sisi lain uap wangi dupa melewati ciumanku
Di seberang jalan, kulihat remaja laki-laki dengan peci berjalan
Menyeberangkan anak perempuan menuju gereja.
Dengan tawa seringai ketulusan di wajahnya

Kata-kata surat itu bukan tipun
Dalam maknanya kuharap kau faham
Indonesia bagai perahu yang berlayar

Tak ada ratap kesedihan berguguran
Hanya suara teriakan emas para pemuda
Menuju dermaga teduh, di Indonesia 2025

Puisi 2

Senandung Tuk Mimpi yang Padam

Oleh: Nur Nindya Kirana

Sering ku bertanya pada langit malam kelam
Tentang waktu-waktu yang hilang terbuang
Tentang garis kehidupan jika segalanya gagal
Tak ada jawabnya

Aku berdarah, merintih, menangis
Aku menjerit, meredam, terlupakan
Aku ini hanya manusia kecil
yang dada membara dibakar mimpi

Bukan ruh yang mengembara tak bertujuan
Bukan juga raga yang masih kokoh bertahan
Hanya pecinta, pengembara, pemimpi
Yang mencoba bertahan dari masa ke masa

Aku boleh dikhianati mimpi, ditertawakan semesta
Dan biar berat sekalipun langkah, takkan ku menyerah
Karena aku lah pemuda, penentu jalan hidupku
Aku lah tuan atas diriku, pahlawan diriku sendiri

Puisi 3

Mencabik Cakrawala

Oleh: Rodliyah Nikmah

Gemerlap lentera berjejer indah
Menyingkap semua yang bertakhta
Penuh tipu daya, fatamorgana
Berselimut mimpi tanpa asa
Akankah Tuhan memberi dengan percuma?
Rahasia dalam rahasia, hati berbicara

Akulah pemuda, penuh asa dalam juang
Tak gentar menegakkan panji-panji yang hilang
Bermartabat dengan selubung usang
Tak risau akan cemooh orang, bersapak terjang
Sekali tangan mengadah, dua tiga darma tak jadi penghalang
Tuk samudra harapan yang telah terbentang

“Selamat pagi, filantropi kehidupan!”

Puisi 4

Seorang Pemuda Optimis

Oleh: Prasetyan Ramadhan

Semangat sungguh aku semangat
Berpacu sungguh aku berpacu
Berjuang aku sungguh berjuang

Demi cita-citaku yang tak akan kusia-siakan
Aku seorang pemuda…
Dengan semangatku yang membara
Dan tak ingin membuat kecewa kedua orang tua
Semoga dengan usaha yang diiringi doa semua tak akan sia-sia

Puisi 5

Jujur

Oleh: Alfa Amorrista

Bukan si tikus rakus,
Bukan harta haram yang siap diurus.
Kejahilan tangan di tengah jalan lurus,
Akankah hatimu siap melihat kejujuran menjadi kurus?

Tak ada hasratku berubah menjadi hangus,
Tak ada inginku menjelma menjadi tikus rakus,
Yang hadir serius di rapat, tapi nurani bergegas menuju uang halus,
Yang hadir bertopeng di masyarakat dan bermuslihat dengan tulus.

Mudaku bukan untuk melahapnya secara rakus,
Mudaku bukan perkara lancarkan tipu daya yang telah dikukus,
Yang telah matang dan siap meniarapkan orang dengan akal bulus,
Mudaku adalah kejujuran yang siap terbingkai dalam rumus.

Goda mengintip penuh daya,
Melumpuhkan roda kejujuran di antara kebaikan manusia.
Goda merayu dengan sekuat tenaga,
Kebimbangan karsa dan rasa meraba.
Akankah kita mudah terbuai karenanya?

Uang bukan segala,
Uang siap meminangmu dalam kejahatan,
Yang dengan penuh kuasa meniadakan belas kasihan,
Meremukkan tindak nurani dalam suatu kekelaman.

Puisi 6

Pemuda Tempat Bersandar

Oleh: Arora Yumna

Kilau mentari remaja menggetar semesta

Alun rayuan pesisir tenggara bernada

Negeri kaya ini repas tiada kuasa

Para pemuka jadikan rakyat tak bermuka

Di sini, di atas tanah rempah ini

Kulihat air mata orang buta

Kudengar suara hati orang tuli

dan kurasakan harapan wanita tanpa tangan

Kita putra ibu pertiwi

Lahir dan tumbuh dalam buainya

Hidup menikmati hasil buminya

Tapi budi balasan tak pernah ada

Hanya perdebatan keruh antara salah atau benar

Sebagai hiasan hari-hari anak negeri

Tanpa sadar merekalah tempat bersandar

Di atas kertas ini aku berpuisi

Sebagai putra asuhan sang ibu pertiwi

Kita tak terlalu muda untuk membangun bangsa

Maka berdirilah di muka jadikan negeri kita perkasa

Puisi 7

Diam atau Mengubah

Oleh: Dasma Yuliana Hamzah

Jangan menoleh ke belakang,
jika tak ingin melihat lautan darah
Jangan berhenti melangkah ke depan,
jika tak ingin melihat lautan kepalsuan

Mulut, mata dan telinga adalah alat
Kaki dan tangan adalah penggerah
Perubahan tak mungkin menghampiri
Jika kita masih duduk santai menikmati derita

Teguhkan hati jika ingin damai
Keluarkan upaya jika ingin berubah
Walau kita adalah berlian usang yang tak bersinar
Walau kita adalah emas yang kerap kali berpindah tangan

Meski begitu,
Kita adalah matahari pengubah sejarah
Kita adalah air pengusir haus
Kita adalah jembatan penghubung perdamaian

Sekarang dan hari ini,
bukan masa lalu kelam bukan masa depan buram
Jangan runtuhkan semua usaha
Jangan pula khianat yang kau banggakan
Bersama bukankah kita pendobrak perubahan?

Puisi 8

Hai Pemuda, Tidak Boleh Titik

Oleh: Gangsar Lintas Damai

Hai kau!
Iya kau pemuda!
Mengapa kau terhempas dalam singularitas
Berhenti berjuang bungkam teredam
Terpaku nyaman mati diikat gravitasi

Tak malukah kau meneropong sejarah?
Kala ladang perjuangan adalah hidup dan mati
Darah tertumpah menyuburkan derita
Deretan kejadian tersusun dalam dan mengakar
Menguatkan batang-batang persatuan
Menahan angin yang menghempas tangkai harapan
Hingga terbenamlah badai penjajahan dan terbitlah bunga kemerdekaan

Mungkin perang telah usai, tapi perjuangan tak pernah selesai
Biarkan senjata menjadi pena
Biarkan bising amunisi jadi riuh orasi
Biarkan dentuman menjadi kemarahan
Pemuda tak boleh lelah melanjutkan deretan huruf sejarah
Penuhi lembaran dengan perjuangan dan cinta
Goreskan kisah menghias prestasi bangsa
Tetaplah bertahan hingga tak mampu lagi menyerah
Pemuda boleh menulis koma
Pemuda boleh menulis tanda tanya
Dan pemuda boleh menuliskan tanda seru
Tetapi…
Tangan pemuda tak pernah boleh menulis tanda titik

Puisi 9

Membara

Oleh: Georgiana L Karma

Muda parasku elok rupaku

Keras terasa pemikiranku

Tajam belati lidahku

Lantang siar suaraku

Membawa… membara…

Perangaiku pembangkit semangat,

Pihakan masa depan yang kokoh

Teladanku bertemankan kemakmuran

Langkah pengubah sejarah

Membara… membara…

Satu pemikiranku sebanding seribu petuah,

Menjadi mata dan telinga bagi yang tertinggal

Hati nurani junjunganku yang teguh,

Harapan dan doa tujuan yang tunggal

Membara… membara…

Tak ada pandangan rendah meski aku muda,

Segenap bakti kujalani dalam kesetiaan

Wahai sang saka lihatlah tunasmu telah siap,

Di sini, hari ini, dan esok

Membara… membara…

Puisi 10

Gelora Pemuda

Oleh: Siti Arma

Sejumput asa kugenggam di tanganku

Menjemput cita-cita yang mulia

Harapanku hanya satu berbakti pada negeriku

Mudaku tak akan aku sia-siakan agar kelak tuaku tak sia-sia

Tiang bendera dengan kibar sang merah putih

Kutengadahkan dan selalu kuhormati demi bakti pada bunda pertiwi

Aku pemuda yang memiliki sumpah pemuda

Sumpahku terpatri dalam dadaku merajut menjadi satu keutuhan demi merangkul kaum yang lemah

Tuaku bercerita, saat mudaku menjunjung tinggi keadilan

Hingga sang garuda membawanya terbang bersama sayap-sayap yang tak akan patah

Aku pemuda, aku bertanggung jawab atas negeriku

Puisi 11

Harapan Sang Pemuda

Oleh: Tita Andriani

Akulah sang pemuda…
Berdiri kokoh tuk membela bangsa
Tak peduli perbedaan antar lainnya
Semangat membawa itu yang aku punya

Akulah sang pemuda…
Bersatu jiwa tuk satukan bangsa
Satu cita demi bangsa tercinta
Tepiskan ego demi persatuan bangsa

Harapanku demi negara
Jangan terpecah hanya karena beda
Kita tetap Bhineka Tunggal Ika
Agar Indonesia tetap jaya

Puisi 12

Harapan Baru

Oleh: Wahyuningtyas TU

Wahai kau pemuda bangsa
Perjalanmu masih panjang
Masa depanmu perlu diperjuangkan
Pantaskah kau diam seribu bahasa
Melamun yang tiada berguna

Kita buka pematah mimpi
Bukan pula pencaci bangsa sendiri
Apalagi perusak negeri
Kita pemuda masa kini
Yang selalu berjuang tiada henti

Marilah kawan
Mari ambil peranan
Untuk masa depan
Demi meneruskan perjuangan
Yang telah kita rasakan

Sekian artikel seputar kumpulan puisi Hari Sumpah Pemuda, semoga apa yang disajikan dalam artikel ini bisa membantu dan turut menyemangati Kawan sekalian yang akan berkompetisi!

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Allicia Dhea lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Allicia Dhea.

AD
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.