Potensi lokal dari suatu daerah bisa dari berbagai jenis. Ada yang murni dari alam atau tangan terampil warganya. Potensi dari alam pun juga membutuhkan tangan-tangan manusia untuk menghasilkan suatu produk yang berkualitas baik.
Di Nusa Tenggara Timur, potensi sumber daya alamnya sangat melimpah, salah satunya adalah tanaman vanili. Tanaman ini memanfaatkan bagian polongnya untuk penambahan aroma yang harum dan rasanya yang khas.
Vanili ini menjadi bahan baku penting untuk memasak, khususnya pada pembuatan makanan penutup. Jika pernah mendengar dan mencoba es krim vanilla, dari tanaman inilah rasa dan aroma tersebut berasal. Permintaan vanili yang banyak di pasar membuatnya menjadi komoditas yang memiliki harga jual tinggi.
Vanili Desa Loha
Desa Loha, terletak di Kecamatan Pacar, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur. Dari Labuan Bajo berjarak 63,4 kilometer dan membutuhkan waktu tempuh sekitar 1,5 jam untuk mencapai desa ini.
Di desa ini, sektor pertanian cukup besar sehingga budi daya tanaman banyak dilakukan di daerah ini, contohnya vanili. Vanili sendiri merupakan tumbuhan yang hidup di iklim tropis, sehingga wilayah Manggarai Barat dapat dikatakan cocok untuk tanaman yang masih satu kerabat dengan anggrek ini.
Besarnya potensi vanili ini mengakibatkan banyaknya warga desa yang membudidayakannya. Di Desa Loha sendiri ada tiga jenis vanili, yaitu Bali, Alor, dan Lokal. Tanaman ini termasuk salah satu peluang untuk menggerakkan perekonomian desa.
Pembinaan Petani Vanili dari Astra
Besarnya potensi suatu daerah apabila tidak dikembangkan juga akan sia-sia. Itulah yang memotivasi PT Astra International Tbk untuk menyejahterakan masyarakat lokal dengan program Desa Sejahtera Astra. Program ini dibuat dengan misi untuk menggunakan potensi lokal sebagai sarana meningkatkan perekonomian warga.
Melalui Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA), Desa Loha masuk dalam daftar desa binaan sejak tahun 2021. Pembinaan ini dilakukan dengan mengadakan pelatihan-pelatihan dan pembentukan mentalitas petani untuk lebih siap dalam membudidayakan vanili. Selai itu, pelatihan dalam hal pemasaran juga dilakukan untuk bekal para pelaku UMKM vanili dalam menjual produknya.
Pelatihan-pelatihan ini ada banyak bentuknya, yaitu Pelatihan Mentalitas Dasar dan Pembukuan Usaha Tani, Manajemen SOP dan Teknik Budidaya, Benchmark Budidaya & Pasca Panen di Bali, Perizinan Usaha, Intensifikasi Budidaya Vanili, Pemupukan Berimbang, hingga Pengendalian Hama Terpadu dan Agenda Hayati.
Sebanyak 54 petani mengikuti program pembinaan ini. Diharapkan para petani bisa menjadi lebih mandiri dan produktivitasnya meningkat.
Berdayakan Petani Vanili Desa Loha
Melalui pembinaan dari YDBA, perubahan mentalitas petani juga digalakkan. Pada awalnya, harga vanili ditetapkan berdasarkan tengkulak. Namun kali ini, para petani bisa menjual vanili kering dengan harga jual yang lebih tinggi.
Pada hal ini, produk vanili kering mampu mendukung peningkatan produktivitas usaha sebesar 151% dengan omzet yang tumbuh mencapai 200%.
Saat ini, petani vanili dapat meningkatkan harga jual produknya. Yang semula penjualan vanili basah ke tengkulak dengan harga Rp100 ribu per kilogram, saat ini berhasil menjual produk vanili kering dengan harga jual Rp400 ribu–Rp1,3 juta per kilogram.
Perubahan pola pikir dan mentalitas petani yang awalnya hanya sekadar bertani, pada saat ini beralih menjadi pengusaha. Hal ini menghadirkan adanya keinginan dan motivasi yang kuat untuk menciptakan produk yang berkualitas tinggi untuk bersaing di pasar.
Pembinaan menjadi metode yang tepat untuk meningkatkan produktivitas dan harga jual dari produk lokal. Walaupun tidak bisa berhasil secara instan, dari Desa Loha dapat dipelajari bahwa sedikit demi sedikit mentalitas petani dapat berubah dalam hal bisnis. Mentalitas yang berubah ini dapat memotivasi diri sendiri untuk meningkatkan produk yang berkualitas dan dapat bersaing di pasaran, baik lokal maupun global.
#kabarbaiksatuindonesia
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News