super riset ungkap jamur bisa serap logam berat berbahaya - News | Good News From Indonesia 2025

Super! Riset Ungkap Jamur Bisa Serap Logam Berat Berbahaya

Super! Riset Ungkap Jamur Bisa Serap Logam Berat Berbahaya
images info

Super! Riset Ungkap Jamur Bisa Serap Logam Berat Berbahaya


Kelompok fungi atau jamur-jamuran ternyata mampu menyerap logam berat. Kemampuan ‘super’ ini secara sains dikenal dengan istilah bioremediasi. 

Berbeda dengan tumbuhan yang menghasilkan makanannya sendiri melalui fotosintesis, jamur adalah organisme heterotrof yang menyerap nutrisi dari lingkungan sekitarnya. Struktur tubuh jamur terdiri dari jaringan hifa, yaitu benang-benang halus yang bercabang-cabang membentuk miselium. 

Jika tumbuhan memiliki akar yang menyerap air dan mineral, jamur memiliki miselium yang berfungsi sebagai organ penyerap nutrisi dengan area permukaan yang sangat luas.

Ciri-ciri lain yang membedakan jamur dengan tumbuhan adalah komposisi dinding selnya. Dinding sel tumbuhan tersusun dari selulosa, sedangkan dinding sel jamur tersusun dari kitin—zat yang sama penyusun cangkang serangga. 

Ini membuat struktur jamur lebih kuat dan lentur. Mekanisme reproduksinya juga unik, melalui spora yang dapat tersebar oleh angin atau air. Beberapa jenis jamur yang populer dan telah dibudidayakan secara luas antara lain jamur tiram (Pleurotus ostreatus), jamur merang (Volvariella volvacea), dan jamur shitake (Lentinula edodes).

Bagaimana Jamur Menyerap Logam Berat?

Kemampuan jamur dalam mengakumulasi logam berat, sebuah proses yang disebut bioakumulasi, terletak pada struktur miseliumnya yang luas dan biokimia dinding selnya. Proses ini dapat terjadi melalui dua mekanisme utama: bioakumulasi pasif (biosorpsi) dan akumulasi aktif.

Biosorpsi adalah proses pasif di mana ion logam diikat oleh komponen-komponen pada dinding sel jamur. Dinding sel jamur kaya akan gugus fungsi seperti karboksil, fosfat, amino, dan sulfhidril, yang dapat mengikat ion logam layaknya magnet mikroskopis. Miselium yang sangat luas berperan seperti jaring raksasa yang menyaring dan menahan logam-logam dari tanah atau air yang tercemar.

Sementara itu, akumulasi aktif adalah proses yang melibatkan metabolisme hidup jamur. Di dalam sel jamur, logam berat yang telah diserap kemudian diolah melalui berbagai mekanisme detoksifikasi. Jamur dapat memproduksi senyawa tertentu seperti fitochelatins dan metallothioneins yang secara khusus mengikat logam, membuatnya menjadi tidak reaktif dan kurang beracun. 

Beberapa jenis jamur bahkan mampu "mengurung" logam berat dalam vakuola khusus atau mengubahnya menjadi bentuk yang lebih mudah menguap (volatilisasi), sehingga logam tersebut dapat dilepaskan ke atmosfer dalam bentuk yang kurang berbahaya.

baca juga

Temuan Peneliti IPB University

Potensi nyata jamur liar Indonesia sebagai agen remediasi logam berat berhasil diungkap dalam sebuah penelitian yang dilakukan di kampus IPB University. Penelitian ini berangkat dari keprihatinan akan keberadaan logam berat seperti Timbal (Pb), Kadmium (Cd), dan Tembaga (Cu) di tanah akibat aktivitas pertambangan dan industri, yang sangat berdampak negatif bagi ekosistem dan kesehatan manusia.

Tujuan penelitian adalah mengeksplorasi secara langsung kemampuan jamur liar yang tumbuh di lingkungan kampus IPB dalam merediasi ketiga logam berat tersebut. Dari 20 sampel jamur yang dikoleksi, sembilan di antaranya berhasil diisolasi dan dikultur. 

Tahap selanjutnya adalah pengujian remediasi terhadap tiga jenis jamur yang paling menjanjikan, yaitu Pycnoporus sp., Favolus sp., dan Lentinus sp. Metodenya adalah dengan menambahkan senyawa logam Pb, Cd, dan Cu dengan konsentrasi tertentu ke dalam media pertumbuhan jamur, kemudian mengukur pertumbuhan koloni dan yang terpenting, menghitung penyerapan logam menggunakan alat Analisis Penyerapan Atom (AAS).

Hasilnya mencengangkan. Dari segi pertumbuhan, Lentinus sp. menunjukkan ketahanan yang baik pada media yang mengandung Pb dan Cu, sementara Favolus sp. tumbuh optimal pada media yang mengandung Cd. Namun, bintang utama penelitian ini adalah Favolus sp., yang menunjukkan nilai penyerapan (akumulasi) logam yang sangat tinggi. 

Pada konsentrasi logam 50 mg/L, Favolus sp. mampu menyerap Pb hingga 4464.87 mg/kg, Cd hingga 1252.03 mg/kg, dan Cu hingga 436.315 mg/kg. Angka-angka ini membuktikan bahwa jamur-jamur liar tersebut tidak hanya mampu bertahan di lingkungan tercemar, tetapi juga aktif membersihkannya dengan mengakumulasi logam berat ke dalam biomassa mereka.

Masa Depan Hijau dengan Bantuan Jamur

Temuan dari IPB University dan berbagai penelitian serupa merupakan terobosan dalam pengelolaan lingkungan. Pemanfaatan jamur untuk bioremediasi, atau sering disebut mikoremediasi, menawarkan solusi yang murah, efisien, dan ramah lingkungan dibandingkan metode konvensional seperti penggalian dan pembuangan tanah tercemar ke landfill (TPA) yang berbiaya tinggi dan berisiko.

Ke depan, penelitian perlu difokuskan pada optimalisasi proses ini. Skala percobaan perlu ditingkatkan dari laboratorium ke lapangan yang sesungguhnya, mengingat kondisi di lapangan jauh lebih kompleks. Identifikasi jenis jamur lain dengan kemampuan hiperakumulasi juga perlu terus digalakkan, mengingat keanekaragaman hayati Indonesia yang sangat kaya. 

Dengan memanfaatkan "kecerdasan" alam yang telah ada, dalam hal ini jaringan miselium jamur, adalah kelompok organisme yang penting dalam upaya memulihkan kesehatan planet ini. Jamur, yang sering dianggap remeh, ternyata menyimpan kekuatan super untuk mengurangi pencemaran di Bumi.

baca juga

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Firdarainy Nuril Izzah lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Firdarainy Nuril Izzah.

FN
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.