penemuan indonesian wild shiitake bukti jutaan spesies jamur di ri belum terungkap - News | Good News From Indonesia 2025

Penemuan Indonesian Wild Shiitake Bukti Jutaan Spesies Jamur di RI Belum Terungkap

Penemuan Indonesian Wild Shiitake Bukti Jutaan Spesies Jamur di RI Belum Terungkap
images info

Penemuan Indonesian Wild Shiitake Bukti Jutaan Spesies Jamur di RI Belum Terungkap


  • Jamur shiitake liar (Lentinula lateritia) di hutan Kerinci, Jambi, membuktikan kekayaan hayati Indonesia yang belum terungkap, dengan karakteristik unik berbeda dari shiitake budi daya (L. edodes).
  • Shiitake liar mengandung senyawa bioaktif seperti polisakarida dan antioksidan yang berpotensi untuk pangan fungsional dan farmasi.
  • Kendala utama meliputi minimnya protokol budi daya, ahli taksonomi, dan sertifikasi keamanan, sehingga kolaborasi dengan masyarakat lokal dan riset lanjutan menjadi kunci untuk pemanfaatan berkelanjutan.

Jamur shiitake liar Indonesia (Lentinula lateritia), yang ditemukan di hutan Kerinci, Jambi, merupakan salah satu kekayaan hayati yang belum banyak dieksplorasi.

Berbeda dengan shiitake budi daya (Lentinula edodes) yang telah dikenal luas, spesies liar ini memiliki karakteristik unik baik secara morfologi maupun genetik.

Secara taksonomi, jamur ini termasuk dalam famili Omphalotaceae, ordo Agaricales, dan merupakan kerabat dekat shiitake Asia Timur. 

Ciri Khas Shiitake Liar Indonesia

Jamur Lentinula lateritia memiliki tampilan fisik yang khas dengan tudung berwarna merah kecokelatan dan permukaan bersisik jelas, berbeda dengan shiitake budi daya yang cenderung cokelat gelap dengan tekstur lebih halus. 

Ukurannya bervariasi, dengan diameter tudung mencapai 5–12 cm dan tangkai yang relatif pendek. Habitat alaminya adalah batang kayu lapuk di hutan tropis dataran tinggi, menunjukkan adaptasi unik terhadap ekosistem Indonesia. 

Analisis DNA mengungkap perbedaan signifikan dengan isolat shiitake dari negara lain, mengindikasikan keunikan genetik yang berpotensi menghasilkan senyawa bioaktif spesifik.

Apakah Jamur Shiitake Bisa Dikonsumsi?

Shiitake yang dibudidayakan telah lama dikonsumsi baik sebagai bahan pangan maupun obat tradisional di Asia Timur. Di Jepang, jamur ini menjadi bahan wajib dalam hidangan seperti miso soup, sukiyaki, dan berbagai tumisan.

Teksturnya yang kenyal dan rasa umami yang kaya membuatnya populer di kalangan vegetarian sebagai pengganti daging. Selain dikonsumsi segar, shiitake juga dipasarkan dalam bentuk kering, yang justru meningkatkan kadar senyawa bioaktif seperti eritadenine dan lentinan.

Di pasar internasional, harga shiitake bervariasi tergantung kualitas dan bentuk olahannya. Shiitake segar berkualitas premium dijual sekitar Rp 150.000–Rp 300.000 per kilogram di pasar swalcan Indonesia, sementara versi keringnya bisa mencapai Rp 500.000–Rp 800.000 per kilogram karena proses pengeringan mengurangi berat hingga 90%.

Harga di pasar ekspor seperti Amerika Serikat bahkan lebih tinggi, dengan kisaran US$10–US$20 (Rp 150.000–Rp 300.000) per 200 gram untuk produk organik.

baca juga

Potensi Shiitake Liar Indonesia di Pasar Domestik

Temuan Lentinula lateritia di Jambi menawarkan peluang untuk mengurangi ketergantungan pada impor shiitake.

Dr. Ivan Permana Putra, dosen IPB University dari Departemen Biologi FMIPA, menjelaskan bahwa jamur lokal ini memiliki keunggulan adaptasi iklim tropis, sehingga biaya produksinya bisa lebih efisien dibandingkan L. edodes yang memerlukan kontrol suhu ketat.

"Jika berhasil dibudidayakan, harga shiitake lokal bisa bersaing dengan produk impor," ujarnya. Namun, tantangan utama adalah belum adanya protokol budi daya yang matang dan sertifikasi keamanan pangan.

Di tingkat komunitas, beberapa petani jamur di Jawa Barat sudah mulai mencoba membudidayakan shiitake dengan bibit impor, tetapi hasilnya belum optimal.

Kehadiran L. lateritia bisa menjadi alternatif, meskipun riset lebih lanjut diperlukan untuk memastikan produktivitas dan cita rasanya. Jika berhasil, Indonesia tidak hanya bisa memenuhi kebutuhan dalam negeri tetapi juga berpotensi mengekspor jamur tropis ini ke pasar global.

Jutaan Spesies Jamur Belum Terungkap

Dr. Ivan Permana Putra, dosen IPB University dari Departemen Biologi FMIPA, menegaskan bahwa penemuan ini adalah kontribusi penting bagi katalog biodiversitas Indonesia.

"Kita sering menyebut diri sebagai negara megabiodiversitas, tetapi data jamur kita sangat minim. Hanya 2.273 spesies yang tercatat hingga 2017, padahal potensinya jauh lebih besar," ujarnya.

Menurutnya, Lentinula lateritia bukan sekadar tambahan daftar spesies, melainkan pintu masuk untuk memahami evolusi dan potensi fungsional jamur tropis. Tim IPB saat ini fokus pada studi taksonomi mendalam sebelum melangkah ke budi daya dan uji bioaktivitas.

Peluang Pengembangan Komersial

Keunikan genetik Lentinula lateritia membuka peluang pengembangan industri berbasis jamur lokal. Dr. Ivan menjelaskan bahwa jamur ini mengandung senyawa fenolik dan polisakarida dengan aktivitas antioksidan tinggi, yang berpotensi diaplikasikan dalam pangan fungsional atau suplemen kesehatan.

"Jika berhasil dibudidayakan, kita bisa mengurangi ketergantungan pada impor bibit shiitake yang selama ini mahal," tambahnya.

Namun, ia menekankan pentingnya riset lanjutan untuk memastikan keamanan dan stabilitas produksi. Uji toksisitas dan optimasi media tumbuh menjadi tahap kritis sebelum komersialisasi.

Eksplorasi jamur liar di Indonesia menghadapi tantangan besar akibat keterbatasan ahli taksonomi. Untuk mengatasinya, Dr. Ivan mengadopsi pendekatan partisipatif dengan melibatkan masyarakat adat dan komunitas pecinta jamur.

"Mereka dilatih untuk mendokumentasikan temuan secara sederhana, seperti foto dan pengawetan sampel dasar," jelasnya.

Penemuan Lentinula lateritia di Jambi sendiri berawal dari laporan pemandu wisata setempat. Kolaborasi serupa diperluas melalui grup Facebook "Komunitas Pemburu Jamur Indonesia" yang beranggotakan 200 ribu orang, menjadi jaringan survei biodiversitas yang efisien.

baca juga

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Firdarainy Nuril Izzah lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Firdarainy Nuril Izzah.

FN
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.