Yogyakarta dikenal sebagai daerah bersejarah yang memiliki peran penting dalam perjalanan bangsa Indonesia. Kota ini bukan hanya terkenal karena warisan budayanya yang kaya, tetapi juga karena peran strategisnya dalam perjuangan merebut dan mempertahankan kemerdekaan.
Sebagai pusat pemerintahan sementara Republik Indonesia pada masa agresi militer Belanda, Yogyakarta menjadi saksi berbagai peristiwa besar yang meneguhkan semangat nasionalisme. Hingga kini, kota ini tetap dijuluki sebagai “Kota Perjuangan” sekaligus “Kota Budaya,” tempat di mana nilai-nilai sejarah dan semangat kebangsaan terus hidup berdampingan dalam kehidupan masyarakatnya.
Dalam upaya memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, tentu ada deretan pahlawan di baliknya. Berikut merupakan daftar pahlawan nasional dari Yogyakarta yang berperan dalam sejarah Indonesia.
1. Sultan Hamengkubuwono IX
Bernama asli Bendoro Raden Mas Dorojatun, ia lahir di Ngasem, Yogyakarta pada 12 April 1912 dan meninggal dunia di Amerika Serikat pada 2 Oktober 1988. Ia merupakan putra Sultan Hamengkubuwono VIII dan Raden Ayu Kustilah.
Semasa muda, ia menempuh pendidikan di HIS dan MULO Yogyakarta. Setelah proklamasi kemerdekaan, ia menjabat sebagai Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta sejak 17 Agustus 1945 hingga akhir hayatnya.
Selain itu, ia juga pernah menduduki sejumlah posisi penting dalam pemerintahan, di antaranya sebagai Menteri Negara dalam Kabinet Syahrir III (1946–1947), serta anggota kabinet Amir Syarifuddin I dan II (1947–1948), dan beberapa jabatan menteri lainnya. Atas jasa dan pengabdiannya, ia dianugerahi gelar Pahlawan Nasional pada 30 Juli 1990. Saat ibu kota Indonesia dipindahkan ke Yogyakarta pada 1946, beliau juga menyediakan istana dan berbagai fasilitas bagi pemerintah. Perannya juga sangat besar dalam menjaga stabilitas dan membantu rakyat di masa revolusi.
2. Pangeran Diponegoro
Memiliki nama kecil Bendoro Raden Mas Ontowiryo, ia lahir di Yogyakarta pada 11 November 1785 dan meninggal dunia di Makassar pada 18 Januari 1855. Ia merupakan putra sulung Sultan Hamengkubuwono III, raja Mataram, dari seorang selir bernama Raden Ayu Mangkarawati yang berasal dari Pacitan. Dalam sejarah perjuangan bangsa, ia dikenal sebagai pemimpin Perang Sabil yang berjuang melawan penjajahan Belanda bersama Kyai Maja, seorang tokoh agama terkemuka dari Surakarta.
3. Nyai Ahmad Dahlan
Nama aslinya Siti Walidah, yang dikenal sebagai istri dari K.H. Ahmad Dahlan. Ia lahir di Kauman, Yogyakarta pada tahun 1872 dan meninggal dunia pada 31 Mei 1946. Sejak muda, ia aktif dalam organisasi Muhammadiyah dan Aisyiyah, serta dikenal sebagai tokoh pergerakan perempuan Muslim Indonesia.
Siti Walidah berjuang memperjuangkan kesetaraan hak antara perempuan dan laki-laki, mendirikan asrama bagi pelajar putri, serta menanamkan semangat kebangsaan dan peran aktif perempuan dalam perjuangan nasional. Selain itu, ia turut memperluas dakwah dan pengaruh Muhammadiyah ke berbagai daerah. Atas dedikasinya, ia dianugerahi gelar Pahlawan Nasional pada 22 September 1971.
4. K.H. Ahmad Dahlan
Ia dikenal sebagai pemimpin umat Islam di Jawa sekaligus pendiri organisasi Muhammadiyah pada 18 November 1912. Lahir di Yogyakarta pada tahun 1868 dengan nama kecil Muhammad Darwis, ia wafat pada tahun 1923. K.H. Ahmad Dahlan merupakan keturunan ke-12 dari Maulana Malik Ibrahim, salah satu tokoh Wali Songo yang berperan penting dalam penyebaran Islam di tanah Jawa.
Melalui pemikiran dan gerakannya, ia membawa pembaharuan dalam pendidikan dan kehidupan keagamaan masyarakat. Atas jasa-jasanya, ia dianugerahi gelar Pahlawan Nasional dari Yogyakarta pada 27 Desember 1961.
5. Agustinus Adisutjipto
Ia lahir pada tahun 1909 dan meninggal dunia pada tahun 1947. Berasal dari Yogyakarta, beliau dikenal sebagai tokoh perintis Angkatan Udara Republik Indonesia yang gugur saat menjalankan tugas kemanusiaan. Dalam sebuah misi membawa perlengkapan medis untuk para pejuang, pesawat yang diterbangkannya ditembak oleh pasukan Belanda, hingga menewaskannya. Tokoh ini dikenal sebagai Agustinus Adisutjipto, sosok penting dalam sejarah penerbangan Indonesia yang kemudian namanya diabadikan sebagai Bandar Udara Adisutjipto di Yogyakarta.
- Ki Hajar Dewantoro
Bernama kecil Raden Mas Soewardi Soeryaningrat, ia lahir di Yogyakarta pada 2 Mei 1889 dan wafat pada 28 April 1959. Dikenal sebagai Ki Hajar Dewantara, ia pendiri Taman Siswa (1922) dan pelopor pendidikan bagi rakyat Indonesia. Aktif di Budi Utomo dan Indische Partij, ia juga pernah menjabat sebagai Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan. Atas jasanya, ia dianugerahi gelar Pahlawan Nasional pada 28 November 1959 dan dikenang sebagai Bapak Pendidikan Nasional.
7. Surjopranoto
Beliau merupakan kakak dari Ki Hajar Dewantara, putra tertua KPA Suryaningrat serta cucu dari Paku Alam III. Lahir di Yogyakarta pada 11 Januari 1871 dengan nama kecil Iskandar, dan wafat di Cimahi pada 15 Oktober 1959. Sebagai anak sulung dari putra mahkota yang gagal naik tahta karena masalah kesehatan mata, beliau kemudian dikenal sebagai tokoh penting dari Yogyakarta yang dianugerahi gelar Pahlawan Nasional pada 30 November 1959.
8. Abdul Rahman Saleh
Beliau lahir pada tahun 1909 dan meninggal pada 1947. Asal beliau dari Yogyakarta dan dikenal sebagai salah satu perintis Angkatan Udara Indonesia. Ia gugur saat menjalankan tugas membawa perlengkapan medis setelah pesawatnya ditembak oleh pasukan Belanda.
9. Fachruddin
Beliau lahir di Yogyakarta pada tahun 1890 dan meninggal pada 1929. Dikenal juga dengan nama Muhammad Jazuli, ia merupakan pejuang kemerdekaan sekaligus tokoh penting dalam Muhammadiyah. Pada tahun 1921, ia dikirim selama delapan tahun untuk meneliti kondisi jemaah haji Indonesia yang sering diperlakukan tidak layak oleh pejabat di Mekah, serta menjadi pelopor berdirinya Badan Penolong Haji. Ia diangkat sebagai pahlawan nasional dari Yogyakarta pada 26 Juni 1964.
10. Brigjen TNI Anm. Katamso
Beliau lahir di Sragen pada 5 Februari 1923 dan meninggal di Yogyakarta pada 1 Oktober 1965. Sebagai anggota PETA, ia berperan aktif dalam menumpas berbagai pemberontakan, termasuk peristiwa Batalyon 426 di Jawa Tengah dan PRRI di Sumatera Barat. Ia gugur dalam peristiwa G30S/PKI dan dianugerahi gelar Pahlawan Revolusi pada 19 Oktober 1965.
11. Wahidin Sudirohusodo
Beliau lahir di Mlati, Yogyakarta, pada 7 Januari 1852 dan meninggal pada 26 Mei 1917. Ia merupakan tokoh pelopor berdirinya organisasi yang digagas oleh para pelajar School tot Opleiding van Inlandsche Artsen (STOVIA) Jakarta serta seorang dokter lulusan sekolah tersebut. Ia meyakini bahwa kemerdekaan dapat dicapai melalui kecerdasan, sehingga rakyat harus diberi kesempatan memperoleh pendidikan. Gagasannya untuk membentuk organisasi yang berfokus pada kemajuan pendidikan dan martabat bangsa akhirnya melahirkan Budi Utomo.
12. Sultan Agung Anyokrokusumo
Ia lahir di Kesultanan Mataram, tepatnya di Kotagede, pada tahun 1593. Sebagai Sultan Mataram ketiga yang memerintah dari 1613 hingga 1645, ia berhasil membawa Mataram mencapai masa kejayaan dan menjadi kerajaan terbesar di Jawa bahkan di seluruh Nusantara. Menjelang akhir hayatnya pada tahun 1645, ia membangun Astana Imogiri sebagai kompleks pemakaman raja-raja Mataram serta menulis Serat Sastra Gending sebagai pedoman hidup bagi keturunannya.
13. Ki Bagus Hadikusumo
Lahir di Kampung Kauman, Yogyakarta, pada tahun 1890 dan wafat pada 1954. Ia menjabat sebagai Ketua Pengurus Besar Muhammadiyah dari 1942 hingga 1953, menjadi anggota PPKI, serta mewakili Muhammadiyah dalam perumusan Mukadimah UUD 1945. Selain itu, ia juga turut menyusun Mukadimah Anggaran Dasar Muhammadiyah dan menjadi anggota DPR dari partai Masyumi. Ia resmi dianugerahi gelar Pahlawan Nasional dari Yogyakarta pada 4 November 2015.
14. Sri Sultan Hamengkubuwono I
Lahir di Kartasura pada 6 Agustus 1717 dan wafat di Yogyakarta pada 24 Maret 1792, ia bernama asli Raden Mas Sujana dan bergelar Pangeran Mangkubumi. Melalui Perjanjian Giyanti tahun 1755, Mangkubumi diakui sebagai Sultan Hamengkubuwana I, sekaligus menandai pembagian Kerajaan Mataram menjadi Surakarta dan Yogyakarta. Pada bulan April tahun yang sama, ia membuka Hutan Pabringan sebagai pusat pemerintahan yang kemudian dikenal sebagai Kesultanan Yogyakarta, di mana ia menjadi raja pertamanya. Ia ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional pada 3 November 2006.
15. Kol. Inf. Anm Sugiono
Ia menjadi salah satu korban dalam peristiwa G30S/PKI. Lahir di Gedaren, Gunung Kidul pada 12 Agustus 1926, ia gugur di Kentungan, Yogyakarta pada 1 Oktober 1965 saat berusia 39 tahun. Atas jasanya, ia dianugerahi gelar Pahlawan Revolusi pada 19 Oktober 1965.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News