Udara sejuk dan pemandangan hamparan sawah yang indah terlihat ketika memasuki Desa Wisata Pekunden. Desa yang memiliki slogan Guyub, Urup, Ngangeni ini diresmikan oleh Bupati Banyumas pada 19 Desember 2021. Paket wisata yang ditawarkan tidak hanya berkontribusi pada melestarikan tradisi tapi juga membangun kesejahteraan desa. Berikut apa saja tradisi yang dilestarikan di Desa Wisata Pekunden yang patut disimak!
1. Tari Pekuncara
Nama Pekuncara diambil dari dua kata, Pekunden Kuncara yang artinya Pekunden Tarian yang diprakarsai Sanggar Tari Pokdarwis Wisanggeni ini menceritakan sejarah berdirinya Desa Pekunden sebagai desa pertama setelah berdirinya Kadipaten Banyumas hingga kini berkembang menjadi Desa Wisata. Saat ini Tari Pekuncara digunakan untuk menyambut tamu penting yang datang ke Desa Wisata Pekunden.
2. Oemah Gamelan
Ciri khas suara gamelan Banyumas yang cenderung lebih rancak, enerjik, dan kadang janaka terdengar ketika memasuki tempat ini. Oemah Gamelan adalah tempat di Desa Wisata Pekunden yang didekasikan untuk pelestarian, pengembangan, dan edukasi tentang seni gamelan khas Banyumas. Koleksi Gamelan yang ada pun cukup lengkap seperti Kendang Banyumas, calung (bambu), gong, saron, demung, bonang, dan masih banyak lagi.
Oemah ini juga bukan hanya menjadi tempat penyimpanan alat-alat gamelan tapi juga berfungsi sebagai ruang berkumpulnya para seniman, pelajar, dan masyarakat yang ingin belajar serta menikmati kekayaan budaya lokal. Kegiatan di Oemah Gamelan ini juga cukup banyak seperti latihan rutin kelompok seni, pementasan wayang kulit, lengger, ebeg, dan pelatihan memainkan gamelan untuk siswa, masyarakat, dan turis. Oemah Gamelan juga menerima pesanan pembuatan gamelan untuk berbagai kebutuhan.
3. Kampoeng Nopia Mino
Bila mendengar nama makanan khas Banyumas ini benak Kawan pasti akan teringat dengan bakpia, bedanya nopia bertekstur kering terbuat dari tepung terigu dan berisi gula merah. Mino sendiri adalah nama untuk nopia berukuran kecil atau mini. Sejarah Kampoeng Nopia Mino sendiri berawal dari ketidaksengajaan, ada warga yang ingin memanfaatkan kawasan pengrajin menjadi tempat wisata. Di sini Kawan bisa melihat bahwa dalam hidup untuk mendapat hasil yang baik harus ada proses yang dijalani, sama seperti pembuatan Nopia Mino yang membutuhkan waktu lama.
4. Oemah Manggleng
Makanan tradisional lain yang ada di Desa Wisata Pekunden adalah Manggleng. Manggleng sendiri kripik tradisional yang terbuat dari singkong. Proses pembuatan manggleng dimulai dari singkong yang diiris tipis, dikukus, dijemur lalu digoreng hingga renyah dan ditambah dengan beragam rasa. Di tempat ini Kawan tidak hanya bisa merasakan gurihnya manggleng tapi juga mencoba langsung proses pembuatannya dari awal.
5. Oemah Batik
Di sini Kawan bisa merasakan langsung sensasi memegang canting dan menorehkan tinta di kain mori polos dalam pembuatan batik tulis. Jika ingin yang lebih sederhana Kawan bisa mencoba batik cap. Ada juga ecoprint yang dalam pembuatannya menggunakan bahan-bahan alami seperti dedaunan.
Selain ragam tempat di atas, Desa Wisata Pekunden juga masih melestarikan atraksi budaya tradisional. Setiap tahunnya, di desa ini diselenggarakan Gebyar Suran dengan rangkaian kegiatan Bersih Kubur, Kirab Ziarah makam para leluhur, Ratiban, Festival Takir, Pawai dan Atraksi Obor, Ruwat Bumi dan Pagelaran Wayang Kulit selama semalam suntuk. Tahun kemarin, Desa Wisata Pekunden juga digunakan sebagai salah satu lokasi untuk Layar Tanjleb yaitu pemutaran film sebagai rangkaian acara Festival Film Purbalingga.
Dari Desa Wisata Pekunden kita bisa sama-sama belajar bahwa melestarikan tradisi bisa berjalan beriringan dengan mensejahterakan desa. Beragam tradisi yang ditampilkan selain menambah pendapatan desa juga bisa mengajak turis untuk mempelajari hal baru.
#kabarbaiksatuindonesia
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News