anjani batik banteng agung dari kota batu - News | Good News From Indonesia 2025

Anjani Sekar Arum, Pelopor Batik Banteng Agung dari Kota Batu yang Mendunia

Anjani Sekar Arum, Pelopor Batik Banteng Agung dari Kota Batu yang Mendunia
images info

Anjani Sekar Arum, Pelopor Batik Banteng Agung dari Kota Batu yang Mendunia


Bila ada yang membahas Bantengan, kesenian ini sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat Malang pun masyarakat Jawa Timur. Kesenian yang berakar dari silat ini melibatkan dua orang berkostum banteng, serta kelompok berkostum macan dan monyet dengan iringan musik tradisional. Kesenian yang konon telah hadir sejak masa Kerajaan Singasari tersebut menjadi inspirasi Anjani membuat batik ciamik sebagai ikon Kota Batu.

Batik bantengan agung namanya. Batik yang memadukan kepala banteng dengan corak warna memesona sebab kekagumannya melihat kesenian bantengan. Atas inovasinya yang cemerlang, Anjani meraih penghargaan apresiasi SATU Indonesia Award 2017 dan membuka peluang masyarakat Kota Batu melestarikan Batik Banteng Agung melalui wisata edukasi. 

baca juga

Rasa Penasaran Menumbuhkan Tekad Anjani Menciptakan Batik Banteng Agung 

Anjani Sekar Arum tumbuh besar dalam keluarga seniman. Ayahnya, Agus Riyanto, seorang pelukis yang telah menggeluti kesenian bantengan sejak tahun 2005. Dulu, kesenian ini memang hanya terdengar di beberapa kalangan saja. Kesenian bantengan dapat ditemui di lereng Gunung Arjuno dan beberapa daerah di Jawa Timur. Saat tahun 2008, kesenian bantengan mulai bangkit, perlahan-lahan terdengar dari ujung ke ujung Kabupaten Malang.

Anjani telah mengamati kesenian bantengan sejak duduk di bangku SMA. Berdasarkan penuturan Anjani dalam wawancara media Tugu Malang, kesenian bantengan selain dikenal kalangan lokal sudah didengar internasional. Ketika resmi menjadi mahasiswa Seni Rupa di Universitas Negeri Malang, Anjani melakukan penelitian atas minat pribadinya terhadap Bantengan. Bisa dikatakan setiap ada tugas yang diberikan dosen, Anjani selalu menyelipkan tentang Bantengan untuk diulik bagaimana makna dan filosofinya kesenian Jawa Timur ini. 

Kesenian bantengan semakin hidup saat tahun berganti 2014. Saat masanya Wali Kota Batu, Eddy Rumpoko, pagelaran “Festival 1000 Banteng Nuswantara” tercantum dalam rekor muri Indonesia. Tercatat sebanyak 1.698 orang berpartisipasi dalam melestarikan kebudayaan yang sempat redup ini, termasuk ayah Anjani yang cukup aktif memulai kesenian Bantengan sejak 20 tahun yang lalu.

Melihat momen mengagumkan yang berhasil mengharumkan nama Kota Batu sebagai penggiat bantengan terbesar di Jawa Timur, Anjani mengambil kesempatan emas. Inovasi menuang kesenian bantengan dalam batik adalah jalan yang dipilih Anjani.

Terciptanya Batik Banteng Agung di Tangan Anjani

Anjani tidak pernah membayangkan bahwa batik Banteng Agung membawa perubahan terbesar dalam hidupnya. Pada tanggal 29 Agustus 2014, Anjani berinisiatif menggelar pameran tunggal batik Banteng Agung. Pameran yang telah direncanakan saat dirinya masih berstatus mahasiswa Seni Rupa semester 8. Sebanyak 54 desain batik yang diramu Anjani antara tahun 2008 dan 2014 tersebut diperkenalkan khalayak masyarakat di Galeri Raos, Kota Batu.

Upayanya meluncurkan pameran tunggal batik Banteng Agung berbuah hasil. Dua bulan kemudian, Walikota Batu mengabari Anjani untuk mengikuti pameran di Ceko, Praha, Eropa Timur. Pameran yang membuka jalan Anjani begitu lebar hingga dapat mengiringi kesenian bantengan dengan pameran batiknya di panggung internasional.

Ketika tahun 2015 tiba, Anjani mendirikan Sanggar Batik Andana. Sanggar yang didirikan atas keinginan seorang anak 9 tahun yang ingin belajar membatik bersama Anjani. Sebanyak 58 anak telah belajar membatik dari Anjani. Setiap bulan diperkirakan dapat menghasilkan 45 lembar batik yang dijual Rp300.000 hingga Rp750.000.

Atas upayanya peraihan prestasi dan menggerakkan ekonomi masyarakat melalui usaha batik, Anjani meraih penghargaan SATU Indonesia Award 2017 di bidang Kewirausahaan.

Langkah Anjani Menjadikan Batik Banteng Agung Sebagai Ikon Wisata Kota Batu

Anjani menyadari wisatawan yang datang ke Kota Batu memiliki latar belakang yang berbeda-beda. Sehingga, batik banteng Agung tidak hanya dihasilkan melalui batik tulis melainkan menambah variasi dalam batik cap. Adapun jenis motif batik yang dihasilkan Anjani meliputi motif Banteng Klasik, Banteng Merak, Banteng Bersayap, Banteng Kera dan Kendang Kontemporer. Berbagai macam produk turunan batik yang saat ini telah diminati pasar diantaranya produk sepatu, tas, hingga pakaian.

Tidak hanya membuat produk batik, pada tahun 2020 ketika pandemi COVID-19 melumpuhkan aktivitas masyarakat, Anjani mengambil peluang guna meningkatkan daya tarik Kota Batu, khususnya Bumiaji yang telah dikenal sebagai Kota Wisata. Alhasil, Anjani memiliki hak paten untuk mendirikan wisata edukasi batik Kota Batu. Para wisatawan dapat belajar membatik dari awal sampai akhir proses. Hingga saat ini, Anjani menjadi fasilitator untuk memberdaya masyarakat membumikan batik Banteng Agung melalui DSA Batu.

Kawan GNFI, inovasi Anjani sebagai peraih SATU Indonesia Awards 2017 adalah bukti dari kreativitas tanpa batas dapat menjembatani peluang lain. Perjalanan panjang dari keinginannya mengenal kesenian bantengan yang hampir terlupakan kini juga terabadikan dalam batik Banteng Agung khas Kota Batu. Batik yang tak hanya mengharumkan namanya di kancah nasional, hingga dikenal ke kancah dunia.

#kabarbaiksatuindonesia

baca juga

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

AW
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.