menyalakan kembali api cinta budaya di era digital - News | Good News From Indonesia 2025

Menyalakan Kembali Api Cinta Budaya di Era Digital

Menyalakan Kembali Api Cinta Budaya di Era Digital
images info

Menyalakan Kembali Api Cinta Budaya di Era Digital


Pernahkah Kawan GNFI menyadari bahwa di balik kemajuan teknologi dan derasnya arus globalisasi, kebanggaan terhadap budaya sendiri perlahan memudar? Di tengah gempuran budaya populer luar negeri yang semakin mendominasi media sosial dan kehidupan sehari-hari, banyak dari kita yang mulai melupakan akar budaya yang membentuk identitas bangsa.

Lagu daerah tergantikan playlist internasional, busana tradisional jarang tersentuh—kecuali di acara formal, dan filosofi luhur mulai terdengar asing di telinga generasi muda. Padahal, budaya lokal bukan sekadar peninggalan masa lalu, melainkan sumber nilai dan kebijaksanaan yang menuntun arah kehidupan bangsa.

Budaya Minangkabau, misalnya, menyimpan falsafah “Adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah,” yang menegaskan bahwa adat dan agama harus berjalan selaras. Nilai-nilai tersebut mengajarkan keseimbangan hidup, sopan santun, dan tanggung jawab sosial, hal-hal yang tetap relevan bahkan di tengah era digital yang serba cepat.

Namun, perubahan zaman tak harus menjadi alasan untuk melupakan warisan budaya. Justru sebaliknya, teknologi bisa menjadi jembatan untuk menghidupkan kembali nilai-nilai tersebut.

baca juga

Banyak komunitas muda kini mulai mengemas budaya tradisional dalam bentuk modern, seperti musik etnis dikolaborasikan dengan genrepop; batik dan songket ditampilkan lewat fashion show kontemporer; hingga kesenian daerah diperkenalkan lewat video pendek di media sosial. Inilah bukti bahwa pelestarian budaya bisa dilakukan dengan cara yang kreatif, kekinian, dan tetap bermakna.

Pemerintah pun turut mendorong upaya ini melalui berbagai program dan dukungan konkret. Selain mencatat ribuan Warisan Budaya Takbenda (WBTb) agar terlindungi secara hukum, pemerintah juga mengembangkan kebijakan pendidikan berbasis budaya lokal di sekolah-sekolah agar generasi muda tumbuh dengan rasa bangga terhadap identitas daerahnya.

Melalui kerja sama dengan komunitas dan pelaku kreatif, pemerintah mengadakan festival budaya, pameran UMKM lokal, hingga pelatihan digitalisasi bagi pelaku seni dan pengrajin. Tak hanya itu, beberapa daerah bahkan membentuk Creative Hub—ruang kolaborasi antara seniman, pelajar, dan pelaku industri kreatif—untuk mengembangkan inovasi berbasis budaya.

Namun, peran terbesar justru ada pada masyarakat, terutama generasi muda. Melalui kreativitas, semangat, dan media digital, mereka dapat menjadi penggerak utama dalam melestarikan budaya lokal.

Contohnya dapat dilihat dari gerakan “Bangga Basamo: Cinto Budayo Minang” di akun Instagram @bangmo_cinbunang, yang perlahan membangun ruang digital untuk menumbuhkan kecintaan terhadap budaya Minang. Dengan pendekatan kreatif dan gaya yang dekat dengan generasi muda, mereka berupaya menanamkan rasa bangga terhadap warisan budaya lokal.

Gerakan seperti ini menunjukkan bahwa pelestarian budaya bisa dimulai dari hal sederhana seperti sebuah unggahan, video edukatif, atau ajakan positif di media sosial yang menginspirasi banyak orang untuk lebih mencintai budaya sendiri.

Selain itu, keterlibatan komunitas budaya, sekolah, dan media massa juga berperan besar dalam membangun ekosistem pelestarian yang berkelanjutan. Misalnya, kolaborasi antara sekolah dan sanggar seni yang mengajarkan kesenian tradisional kepada pelajar, atau inisiatif media lokal yang mengangkat kisah inspiratif para pelestari budaya di berbagai daerah. Kegiatan seperti ini tidak hanya menjaga eksistensi budaya, tetapi juga menciptakan ruang pertemuan lintas generasi, di mana nilai-nilai tradisi bisa diwariskan secara alami kepada anak muda.

Inisiatif-inisiatif seperti ini membuktikan bahwa pelestarian budaya tidak selalu harus kaku atau kuno. Justru ketika budaya dibalut dengan kreativitas modern, ia menjadi lebih dekat dengan kehidupan sehari-hari. Dari sana, tumbuh rasa bangga dan kepedulian baru, bukan karena dipaksa, melainkan karena menyadari nilai dan keindahannya.

Ketika pemerintah, komunitas, dan generasi muda saling bersinergi, kebudayaan tidak hanya bertahan, tetapi juga berkembang. Ia menjadi sumber inspirasi, kekuatan ekonomi, dan simbol persatuan bangsa. Budaya yang dilestarikan bukan hanya akan memperkuat identitas Indonesia di mata dunia, tetapi juga membuka peluang bagi ekonomi kreatif yang berakar pada kearifan lokal.

Maka dari itu, jangan biarkan budaya hanya menjadi cerita di buku sejarah. Jadilah bagian dari gerakan yang menjaga dan menghidupkannya.

Mulailah dari hal kecil, kenali, cintai, dan sebarkan budaya lokal Kawan GNFI ke dunia. Karena di setiap langkah kecil itu, ada upaya besar untuk menjaga jati diri bangsa.

Budaya adalah warisan, tetapi juga masa depan. Mari Kawan GNFI rawat bersama demi Indonesia yang berkarakter dan berbudaya.

baca juga

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

FA
FS
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.