arsitektur tradisional membuka ruang menyapa nusantara - News | Good News From Indonesia 2025

Arsitektur Tradisional: Membuka Ruang, Menyapa Nusantara

Arsitektur Tradisional: Membuka Ruang, Menyapa Nusantara
images info

Arsitektur Tradisional: Membuka Ruang, Menyapa Nusantara


“Bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak melupakan sejarah dan budayanya.” – Soekarno.

Hidup sebagai warga Indonesia yang memiliki jutaan kekayaan tentu membentuk rasa bangga yang membuncah, dan rasa bangga itu didasari oleh rasa kepemilikan. Namun, memiliki saja tidak adil rasanya jika tanpa aksi menjaga, melestarikan, dan mengembangkan.

Adanya rasa bangga dan keinginan untuk menjaga merupakan representasi dari nilai bela negara, nilai di mana kesadaran sebagai bangsa Indonesia tercipta. Setiap budaya memiliki nilai yang tidak dapat dideskripsikan dengan kalimat saja, tetapi harus dipahami esensinya, seperti halnya tempat tinggal yang sering kali dipandang sekadar sebagai tempat berteduh.

Padahal, kata “berteduh” menampung segala hal dalam kehidupan yang mendukung setiap langkah sang penghuni.

Berbicara tentang tempat tinggal, Indonesia memiliki identitas kental dalam arsitektur tradisionalnya. Arsitektur tradisional benar-benar berbicara tentang setiap langkah penghuninya dan menjadi saksi dari jumlah langkah yang terukir.

Arsitektur tradisional menjadi sarana utama dalam pelaksanaan aktivitas budaya masyarakat, karena arsitektur bukan sekadar tempat berteduh. Arsitektur memberikan definisi rumah yang fungsinya tidak terhingga fungsi yang berbeda menciptakan keberagaman, dan keberagaman itu membentuk Indonesia yang kaya.

Namun, keindahan keberagaman tersebut perlahan mulai luntur, perlahan mulai dianggap tidak sesuai dengan zaman, dan perlahan hilang dari ingatan. Pernyataan bahwa arsitektur tradisional sudah tidak relevan dengan zaman bukanlah hal yang salah, tapi pernyataan tersebut tidak dapat dibenarkan apabila tujuannya untuk melupakan.

Karena tidak relevan bukan berarti tidak perlu dianggap ada. Sebagian masyarakat mungkin menganggap arsitektur tradisional tidak lagi relevan dengan kehidupan modern karena tidak mampu memenuhi kebutuhan penghuninya.

Namun, masih ada penduduk asli yang tetap berdampingan dan bergantung pada arsitektur tradisional. Kewajiban sebagai bangsa Indonesia untuk mempelajari kebudayaan bangsa tidak dapat ditinggalkan, karena sejatinya budaya tersebut hidup atas perlakuan sang budayawan.

Kadang kala, sebagai masyarakat, muncul rasa ketidaktahuan atas apa yang harus dilakukan untuk mempertahankan apa yang dijunjung. Hal tersebut sangat wajar terjadi. Seseorang tidak perlu menjadi “satu” profesi untuk bisa melestarikan budaya yang ada.

Namun, dengan bidang dan profesi masing-masing, tentu sangat cukup untuk ikut serta dan berkontribusi dalam hal bela negara. Nilai bela negara dapat dibentuk dari setiap hal positif yang dilakukan untuk bangsa, tanpa memandang profesi, latar belakang, ataupun perbedaan.

Dalam bidang arsitektur, kebudayaan menjadi sebuah konsentrasi serius dalam merancang sebuah hunian. Setiap ruang yang tercipta berdasar pada budaya yang ada, pada setiap inci aktivitas yang terlaksana, dan pada kepercayaan penghuninya.

Apabila perancangan tidak didasarkan pada budaya dan aktivitas yang ada, hal ini dapat menyebabkan kegagalan fungsi tempat hunian sehingga penghuni kesulitan dalam melaksanakan aktivitasnya. Dengan adanya kebutuhan pengetahuan tersebut, seorang perancang dituntut untuk memiliki pengetahuan yang luas dalam berbagai aspek, terutama aspek kebudayaan.

Dalam hal ini, sangat jelas terlihat adanya peluang untuk mengenal kebudayaan-kebudayaan di Indonesia dari berbagai perspektif, salah satunya dalam perspektif ilmu arsitektur.

Arsitektur menggenggam nilai kebersamaan dan jati diri bangsa. Indonesia dikenal dengan kebudayaan gotong royong dan silaturahmi yang kuat. Dalam artian, Indonesia menjunjung tinggi kebersamaan antarsesama.

Kebersamaan ini melahirkan aktivitas-aktivitas harmonis antarindividu maupun antarkelompok, dan aktivitas ini tentunya didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai, salah satunya adalah rumah, rumah yang dapat menampung seluruh fungsi penghuni yang lekat dengan kebudayaannya.

Dalam hal ini, arsitek berperan penting dalam menyediakan tempat hunian untuk memfasilitasi permintaan dan kebiasaan masyarakat. Dengan ilmu pengetahuan merancang yang dimiliki, arsitek dapat memberikan manfaat yang luar biasa besar dalam pembangunan negara, dan tentu saja dalam pelestarian budaya. Ketika arsitektur tradisional diangkat ke panggung global, Indonesia tidak hanya memperkenalkan bentuk bangunan, tetapi juga memperlihatkan kepribadian bangsanya.

Inovasi yang berpijak pada budaya lokal menjadi bentuk diplomasi budaya yang elegan menunjukkan bahwa bangsa ini mampu maju tanpa kehilangan akar. Ketika masyarakat menjaga, mempelajari, dan menerapkan prinsip-prinsip arsitektur tradisional dalam kehidupan modern, sesungguhnya mereka sedang berpartisipasi dalam bela negara dengan cara yang halus: merawat identitas, memperkuat solidaritas, dan meneguhkan kebanggaan sebagai bangsa yang berbudaya.

Menjaga arsitektur tradisional berarti menjaga diri kita sendiri sebagai bangsa yang berakar, tapi terus bertumbuh.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

NN
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.