Di tengah krisis lingkungan yang semakin mendesak, muncul satu pertanyaan penting; sampai kapan kita akan terus membiarkan bumi tenggelam dalam tumpukan sampah plastik? Pertanyaan ini tak sekadar menjadi perbincangan para aktivis lingkungan, tetapi juga menggugah nurani sebagian anak muda Indonesia untuk bergerak. Salah satunya adalah Azin Rahman, sosok di balik lahirnya Qyos Refill, sebuah inisiatif inovatif yang hadir untuk mengubah cara kita mengonsumsi dan berbelanja kebutuhan rumah tangga.
Kawan GNFI tentu sudah tidak asing dengan fakta bahwa Indonesia merupakan salah satu penyumbang sampah plastik terbesar di dunia. Setiap tahunnya, jutaan ton plastik berakhir di tempat pembuangan akhir dan lautan. Sebagian besar berasal dari kemasan sekali pakai seperti sabun cair, sampo, detergen, dan produk rumah tangga lainnya. Masalah ini bukan hanya soal volume sampah, tetapi juga soal gaya hidup konsumtif yang sudah lama menjadi kebiasaan. Di sinilah Qyos Refill hadir, bukan sekadar sebagai bisnis, tetapi sebagai gerakan perubahan.
Lahir dari Keresahan
Azin Rahman merupakan salah satu anak muda Indonesia yang percaya bahwa solusi besar dimulai dari langkah kecil. Ide Qyos Refill muncul ketika ia menyadari bahwa sebagian besar produk kebutuhan rumah tangga dikemas dalam plastik sekali pakai yang langsung dibuang setelah isinya habis. Dalam jangka panjang, perilaku ini menyumbang limbah dalam jumlah sangat besar.
Ia lalu bertanya pada dirinya sendiri: “Mengapa kita tidak bisa membeli isi ulang saja, tanpa harus membeli kemasannya berkali-kali?” Pertanyaan inilah yang melahirkan konsep Qyos Refill, gerai isi ulang produk rumah tangga yang memungkinkan konsumen membawa wadah mereka sendiri dan hanya membeli isi produk. Konsep sederhana ini rupanya memiliki dampak luar biasa, baik dari sisi lingkungan maupun ekonomi.
Qyos Refill: Inovasi untuk Lingkungan
Qyos Refill mengusung konsep gerai isi ulang yang mudah diakses masyarakat. Produk-produk seperti sabun cair, detergen, pewangi pakaian, dan sampo disediakan dalam dispenser khusus. Kawan GNFI cukup datang membawa wadah sendiri atau menggunakan wadah yang disediakan, lalu mengisi sesuai kebutuhan. Tidak ada plastik tambahan, tidak ada kemasan sekali pakai, semuanya lebih efisien dan ramah lingkungan.
Yang menarik, Qyos tidak hanya sekadar menyediakan isi ulang. Gerai ini didukung oleh teknologi Internet of Things (IoT) yang memungkinkan pencatatan transaksi secara digital, pemantauan stok secara real time, hingga perhitungan dampak lingkungan dari setiap pembelian. Kawan GNFI bisa melihat berapa banyak plastik yang berhasil dihemat hanya dengan berbelanja di Qyos. Data tersebut menjadi bentuk nyata bahwa setiap tindakan kecil memiliki makna besar bagi bumi.
Membuka Akses dan Peluang
Selain membawa dampak positif bagi lingkungan, Qyos Refill juga membuka peluang ekonomi bagi masyarakat. Azin Rahman bersama timnya merancang sistem kemitraan yang memungkinkan warung, toko kecil, atau komunitas lokal untuk bergabung menjadi mitra Qyos. Dengan begitu, gerai isi ulang bisa tersebar lebih luas dan menjangkau lapisan masyarakat yang lebih beragam. Model bisnis ini juga memberi ruang bagi pelaku UMKM untuk berpartisipasi dalam ekonomi sirkular, yaitu sistem ekonomi yang berfokus pada penggunaan ulang sumber daya secara berkelanjutan. Hal ini sangat relevan di Indonesia, di mana banyak masyarakat menggantungkan hidup pada sektor informal. Qyos Refill tidak hanya mengurangi sampah plastik, tetapi juga memberdayakan masyarakat.
Menjawab Tantangan Konsumsi Modern
Di era modern, gaya hidup cepat saji dan praktis sering kali menjadi alasan mengapa penggunaan plastik sekali pakai sulit dihindari. Banyak orang memilih kemasan kecil karena harganya terjangkau dan mudah didapat. Namun, pola konsumsi ini tanpa disadari justru memperparah kerusakan lingkungan. Qyos Refill mencoba menjawab tantangan tersebut dengan solusi praktis. Gerai isi ulang didesain agar mudah diakses, prosesnya cepat, dan harga produk yang ditawarkan bersaing dengan produk dalam kemasan biasa. Dengan cara ini, masyarakat tidak merasa terbebani saat beralih ke pola konsumsi yang lebih ramah lingkungan.
Lebih dari itu, Qyos juga gencar melakukan edukasi kepada masyarakat, terutama anak muda mengenai pentingnya mengurangi sampah plastik dari sumbernya. Edukasi ini dilakukan melalui media sosial, kolaborasi dengan komunitas lingkungan, hingga kegiatan offline di berbagai daerah. Azin Rahman memahami bahwa perubahan besar tidak mungkin terjadi tanpa kesadaran kolektif. Keberadaan Qyos Refill menjadi contoh nyata bagaimana inovasi lokal mampu memberikan dampak global. Azin Rahman membuktikan bahwa melawan masalah besar seperti sampah plastik tidak selalu harus dengan teknologi rumit atau biaya besar. Kadang, yang dibutuhkan hanyalah ide cerdas, keberanian untuk mencoba, dan konsistensi untuk terus bergerak.
Kawan GNFI, bumi tidak membutuhkan satu orang yang sempurna dalam menjaga lingkungan. Bumi membutuhkan jutaan orang yang mau melakukan hal kecil setiap hari. Dan Qyos Refill adalah salah satu langkah kecil itu. Kini saatnya kita ikut bergerak, bukan hanya menjadi penonton.
#kabarbaiksatuindonesia
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News