mengukir senyuman lewat garda pangan - News | Good News From Indonesia 2025

Mengukir Senyuman lewat Garda Pangan

Mengukir Senyuman lewat Garda Pangan
images info

Mengukir Senyuman lewat Garda Pangan


"Awalnya cuma niat jadi relawan, tapi setelah join Garda Pangan, pulang-pulang bawa cerita dan hati yang hangat", kata seorang pemuda dengan mata berbinar-binar dan senyum gigi putih yang lebar. Bajunya putih dibalut kain hijau bertuliskan "Garda Pangan". Namanya Alfian. Ia sudah join Garda Pangan sejak 2020.

Waktu itu, Juni 2017 ada sepasang pengusaha katering pernikahan. Namanya Dedhy Baroto dan Indah Audivtia. Mereka gelisah. Merasa terusik dengan makanan yang berlebih kemudian terbuang percuma. Dari situ kemudian mereka berpikir mengenai sebuah cara agar masalah itu segera teratasi.

Hingga suatu ketika muncul sosok pemuda lain bernama Eva Bachtiar. Kebetulan ia juga memiliki antusiasme yang sama dengan mereka berdua. Semangat yang sama akhirnya membuat mereka bersatu. Membentuk sebuah gerakan bank makanan dengan bermarkas di Surabaya.

baca juga

Ternyata Ini yang Membuat Garda Pangan Gelisah!

Sampah-sampah banyak yang menumpuk begitu saja. Terabaikan. Awalnya sampah itu dijemput dari rumah warga. Perjalanan sampah berlanjut ke TPS. Dan ujung-ujungnya berakhir di TPA. Sampah yang awalnya sudah dipilah mana yang organik maupun anorganik, eh, dijadikan satu lagi. Agak meresahkan memang.

Memang harus diakui, sih, kalau sampah-sampah yang ada itu bukan hanya makanan, melainkan juga ada sampah plastik dan lain sebagainya. Tapi fakta berbicara. Sistem pengelolaan sampah Indonesia 2024 mengumumkan bahwa sampah makanan menjadi yang paling dominan diantara jenis sampah yang lain. Sampah makanan menyumbang sebesar 37,9%. Tidak heran bila kemudian Garda Pangan begitu memperhatikan sampah makanan.

Kalau sampah yang paling banyak kedua barulah ditempati oleh varian sampah plastik dengan dominasi sebesar 19,53%. Adapun yang ketiga diduduki oleh jenis sampah dari kayu atau ranting dengan dominasi sebesar 13,42%. Turun lagi dibawahnya. Posisi ini ditempati oleh jenis sampah dari kertas dengan kadar prosentase 11,13%. Lebih jauh lagi di bawah ditempati oleh jenis sampah lain sebesar 7,55%.

data sampah makanan rumah tangga di Asia Tenggara
info gambar

Indonesia yang tertinggi dalam masalah sampah makanan. | Foto: GoodStats


Bagaimana kalau masalah sampah makanan ini kita tarik di level Asia Tenggara? Lagi-lagi data berbicara. Tahun itu, 2024, goodstats.id mengatakan dengan ironi. Ternyata negara kita, Indonesia, menjadi negara dengan jumlah penyumbang sampah makanan terbesar di Asia Tenggara. Jumlahnya begitu banyak. Tercatat ada 14.728.364 ton per tahun. Hitungan ini dalam hitungan ton, lo. Bukan dalam hitungan kilogram. Terus terang, saya tidak menyangka bila sudah sebesar itu. 

Melihat kenyataan yang demikian, membuat Garda Pangan sadar. Mereka harus segera bergerak. Karena sampah makanan yang begitu besar membuat hati mereka terketuk untuk mewadahi pangan itu dengan sesuatu yang kemudian mereka sebut sebagai "food bank".

Makanan yang begitu banyak terbuang itu ternyata masih menyisakan banyak orang lain yang kelaparan. Masih banyak orang yang setiap hari harus berjuang agar dapat memperoleh sesuap nasi. Berjuang agar mereka terus hidup. 

Garda Pangan Menyiasati Masalah

Garda Pangan
info gambar

Masih ada yang membutuhkan makanan setiap hari | Foto: Dokumentasi Pribadi/Ahmad Muwafiq Ainul Yaqin


"Mengapa dibuang kalau kamu bisa memberikannya pada orang yang membutuhkan?", ungkap Kevin Gani, dengan wajah agak menunduk. Seolah mengatakan betapa ironi disaat masih ada yang membutuhkan makanan tapi di sisi lain masih ada yang membuangnya.

Berangkat dari masalah tadi. Garda Pangan memiliki dua tujuan besar: pertama, mengatasi kehilangan dan pemborosan pangan. Kedua, mengurangi kelaparan. Dua tujuan ini perlu aksi nyata dengan segera.

Garda Pangan tidak diam begitu saja. Mereka membuat sebuah inovasi-inovasi. Mulai dari food rescue, food waste, dan Gleaning on farm. Inovasi yang pertama, foodrescue, bergerak dengan mengambil dan mengumpulkan makanan yang berlebih. Sekali lagi perlu ditegaskan, yakni makanan berlebih. Bukan makanan sisa.

Pasukan hijau Garda Pangan memburu makanan berlebih yang biasanya terjadi di hotel, acara pernikahan, restoran, dan sekarang juga menyasar pada SPPG yang bertugas dalam menyajikan makanan bergizi gratis. Dari sana, mereka, pasukan hijau melihat ada potensi makanan berlebih.

Makanan yang telah dikumpulkan tadi kemudian dipilah. Mana yang masih layak. Mana yang sudah tidak layak. Makanan yang layak akan dibagikan kepada mereka yang lansia, dan kurang mampu, yatim piatu, dan duafa. Terlebih dahulu Garda Pangan memastikan dan meneliti penerima manfaat dengan teliti agar pertolongan ini tepat sasaran.

Bagaimana dengan makanan yang tidak layak?

Untuk makanan yang tidak layak konsumsi biasanya akan diolah dengan inovasi foodwaste. Dalam inovasi ini biasanya makanan itu akan diberikan pada maggot. Maggot inilah yang bisa mengolah makanan yang sudah basi tadi.

Apabila maggot sudah banyak bisa untuk pakan ternak. Kotoran dari maggot juga bisa digunakan untuk pupuk. Jadi, tidak ada yang terbuang percuma. Maggot ini juga terus dikembangbiakkan agar dapat mengolah limbah makanan lebih banyak lagi.

Kalau Gleaning on farm lebih berfokus pada pengambilan hasil panen petani. Biasanya kalau harga jual hasil panen para petani itu sangat murah. Mereka akan membiarkan begitu saja di lahan hingga membusuk. Hal inilah yang dicegah oleh Garda Pangan. Bahkan pasukan hijau Garda Pangan rela membeli hasil panen itu dengan harga yang layak. Tentu dengan ini para petani tidak merasa rugi. Mereka justru senang.

Dari hasil pemungutan itu biasanya juga akan disedekahkan pada yang membutuhkan seperti dari foodrescue tadi. Tapi terkadang hasil panen itu juga diberikan pada marbot masjid. Pernah waktu itu pasukan hijau Garda Pangan mendatangai masjid malam hari. Mereka membagikan wortel-wortel dari hasil panen tadi. Melihat itu, marbot pun terkejut. Dari yang awalnya terkejut berubah menjadi senyuman. Senyuman yang saling terlempar dari marbot maupun pasukan hijau.

"Sejak ikut Garda Pangan, aku ngerasa food rescue itu capek. Eh, tapi lebih capek nahan haru pas liat senyum warga", ungkap Hanni. Relawan perempuan yang sudah gabung sejak tahun 2022. Ia bercerita dengan senyuman terlukis di wajahnya.

baca juga

Garda Pangan
info gambar

Garda Pangan | Foto: gardapangan.org


Pasukan hijau yang sedari tadi membagikan adalah mereka, para relawan dari generasi muda. Ada yang ikutnya karena gabut aja. Ada yang sekadar ingin tahu. Tapi mereka rela ketika mereka melihat senyuman mereka, para lansia. Senyuman penerima manfaat itulah yang membuat mereka bertahan.

Gerakan yang sebanyak itu memangnya dananya dari mana? Biasanya, kan, kalau ada kegiatan pasti butuh dana. Garda Pangan menyiasati hal itu dengan berbisnis. Bisnisnya mulai dari ternak maggot, edukasi dan workshop food waste. Ditambah lagi dengan produk hasil ugly produce bussines.

Ada lagi inovasi yang terlupakan, yaitu #OgahNyampah. Ide ini memberdayakan warga agar membuang sampah makanan di dalam ember putih yang telah disediakan oleh Garda Pangan. Makanan yang dibuang itu harus dipilah dulu.

Oke gimana, nih, kawan, mau bergabung seperti mereka?

#kabarbaiksatuindonesia

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

AM
FS
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.