Menciptakan Indonesia bebas sampah makanan adalah visi yang diusung oleh Kevin Gani, Ketua Yayasan Garda Pangan. Di tengah kemajuan teknologi yang berkembang dengan sangat pesat, Indonesia masih menghadapi masalah serius terkait sampah makanan. Tanpa disadari menurut data Economist Intelligence Unit (EIU) tahun 2022, Indonesia menempati peringkat kedua penyumbang sampah makanan terbesar secara global dan tertinggi kedua di antara negara-negara G20.
Memangnya apa sih yang membuat sampah makanan menjadi berbahaya?
Berlokasi di Surabaya pada tahun 2017, Garda Pangan terbentuk dan mulai menyoroti bahwa ada beberapa dampak buruk yang dapat terjadi jika kita tidak mengolah sampah makanan dengan baik. Dampak yang paling terlihat ada di bidang ekonomi, diibaratkan jika kita membeli sepiring nasi seharga Rp5.000, kerugian ekonomi yang terjadi tidak semata mata dari uang Rp5.000 itu saja, apabila kita tarik lebih jauh dari satu piring nasi yang berharga Rp.5.000 ada pupuk, air, bibit, dan keringat dari para petani yang terbuang sia-sia.
Dampak yang tidak terlihat tetapi mematikan terdapat pada sampah makanan yang terbuang di TPA (Tempat Pembuangan Akhir) yang jika terus dibiarkan akan menghasilkan gas metana, yang dimana gas ini dua puluh tiga kali lebih berbahaya dari karbondioksida. Jadi tidak hanya mencemari lingkungan, tetapi sampah makanan juga berkontribusi besar terhadap perubahan iklim yang terjadi di dunia.
Program Garda Pangan dalam Menciptakan Indonesia Bebas Sampah Makanan
Ironisnya, dari sekian banyak jumlah sampah makanan yang dibuang, berdasarkan hasil penelitian dari Organisasi Pangan Dunia (FAO), diperkirakan sebanyak 19,4 juta penduduk Indonesia masih mengalami kelaparan. Menurut Kevin Gani, jika sampah sisa makanan tadi dapat dipulihkan, dapat memberi makan sekitar 61-125 juta penduduk atau sekitar 50% penduduk di Indonesia.
Sebagai sosial enterprise, garda pangan mempunyai 2 fokus besar yaitu mengurangi isu sampah makanan di Indonesia dan mengurangi kesetaraan akses pangan. Ada 2 program utama yang dijalankan Garda Pangan yaitu Food Rescue dan Gleaning

Kegiatan Food Rescue oleh Garda Pangan | Foto: gardapangan.org
Program Food Rescue, seperti judulnya merupakan program Garda Pangan untuk menyelamatkan makanan. Maka dari itu, Garda Pangan bekerja sama dengan perhotelan, restoran, distributor buah, swalayan, dan toko roti, dimana mereka mulai memilah dan mengumpulkan makanan berlebih yang masih layak makan dari tempat-tempat tersebut. Tak cuma dari bisnis makanan, Garda Pangan juga menyelamatkan makanan dari event besar seperti hajatan, sunatan, pernikahan, dan sebagainya. Untuk sasaran dari pendistribusian makanan ini sendiri, Garda Pangan mengutamakan kampung padat penduduk di pinggiran kota dan yang dimana mayoritas berprofesi sebagai pemulung, pedagang gerobak, dan buruh pabrik.
Bukan hanya itu Kawan GNFI, pendistribusian yang dilakukan oleh Garda Pangan juga berusaha meminimalisir penggunaan sampah plastik atau sampah sekali pakai, sehingga Garda Pangan mengajak warga yang antusias dalam mengantre makanan untuk membawa wadah mereka sendiri dari rumah, lho!

Kegiatan Gleaning oleh Garda Pangan | Foto: gardapangan.org
Program selanjutnya yang digadangkan oleh Garda Pangan adalah Gleaning. Konsepnya sama seperti Food Rescue, tetapi langsung dari lahan pertanian. Gleaning akan dilakukan ketika ada dua faktor, yang pertama ketika ada panen raya, dimana harga suatu komoditas anjlok, sebagai contoh tomat yang harga normalnya bisa Rp8.000-Rp10.000, anjlok di harga Rp500-Rp1.000. Dikondisi ini petani dilema untuk memanen dikarenakan harganya yang rendah sehingga para petani bisa saja tidak mendapatkan untung, di situasi seperti ini para petani biasanya membiarkan hasil panen sampai membusuk, lalu setelah itu disingkirkan dan akan ditanami komoditas yang baru lagi.
Yang kedua, ketika ada sisa-sisa sayur atau buah yang terlihat tidak cantik seperti salah satu contohnya bentuknya yang tidak simetris atau mungkin ukurannya yang terlalu besar atau terlalu kecil, Petani biasanya membiarkan sayur-sayuran dan buah-buahan itu karena tidak bisa terserap ke pasar. Dari situ saja, potensi food loss sendiri sudah sangat besar. Dibantu oleh para relawan, mereka membantu para petani saat panen dan langsung mengangkut sayur dan buah itu untuk didistribusikan kepada masyarakat Surabaya.
Garda Pangan juga mempunyai layanan pengolahan sampah organik bagi makanan yang sudah tidak layak atau yang sudah menjadi limbah pangan, menggunakan Biokonversi Maggot (Black Soldier Fly/BSF). Dimana dalam prosesnya, para pasukan hitam ini akan memakan sampah makanan sehingga dapat menjadi salah satu alternatif pakan ternak yang memiliki protein tinggi, bahkan residunya pun dapat menjadi pupuk berkualitas tinggi. Wih, keren juga, ya!
Garda Pangan juga memiliki kebun komunal dimana mereka menggunakan pupuk dari residu BSF tadi dan hasil kebun komunal tersebut akan dibagikan ke warga yang membutuhkan. Menjadikan adanya perputaran ekonomi sirkular.
Dari Diri Sendiri Untuk Indonesia
Dalam laporan Garda Pangan pada Agustus 2025 lalu, organisasi penyelamat makanan yang berasal dari Surabaya ini sudah berhasil mendonasikan 16.108 porsi makanan, menyelamatkan 4.567kg potensi sampah makanan, menjangkau 9.493 penerima manfaat di Surabaya yang tersebar di 17 titik.
Lalu sebagai individu apa yang bisa kita lakukan untuk membantu mewujudkan visi dari Garda Pangan ini ya?
Kevin Gani dalam salah satu acara Zoom Gathering Good News From Indonesia (GNFI) dan Lomba Anugerah Pewarta Astra (APA) 2025 yang digelar pada 28 September 2025, menyampaikan hal baik yang bisa kita lakukan dalam kehidupan sehari hari kita untuk mengurangi sampah makanan, yaitu menggunakan hierarki pemulihan makanan.
Dalam hirearki pemulihan makanan, ada beberapa hal yang dapat kita lakukan sebelum sampah sisa makanan dibuang ke TPA. Yang pertama adalah kurangi sumber sampah makanan dengan kenali porsi makanmu, dimana kita berusaha menghabiskan makanan yang kita ambil ataupun membuat perencanaan makan. Yang Kedua, jika kita masih memiliki makanan yang layak makan dan masih berlebih bisa dibaggikan ke tetangga, ke teman teman kita, atau orang yang membutuhkan. Yang ketiga, jika makanan itu sudah tidak layak makan bisa dikasih ke lele atau ke ayam. lalu terakhir jika sudah melakuakn semua itu dan masih ada sisa sampah makanan, kita bisa membuangnya ke TPA.
Insiasi yang dilakukan oleh Kevin Gani dan teman-temannya, membawa Kevin Gani memenangkan penghargaan di bidang Lingkungan dalam Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Award pada 2024 lalu.
Nah, Kawan GNFI, bagi teman-teman yang tertarik untuk bergabung ataupun mengintip kegiatan dari Garda Pangan, teman teman bisa melihatnya di www.gardapangan.org ataupun sosial media mereka yang lainnya. Mari kita bersama-sama menciptakan Indonesia bebas sampah makanan.
#kabarbaiksatuindonesia
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News