Suara riak air menandakan berlangsungnya kehidupan. Tempat makhluk hidup menggantung harapan. Namun, tak jarang riak kehidupan itu bercampur dengan sampah yang terbawa arus. Di wilayah pesisir, permasalahan sampah menjadi lebih kompleks. Pantai-pantai yang seharusnya menjadi daya tarik wisata dan menampilkan keindahan, justru sering mendapatkan kiriman sampah dari daratan.
Menurut data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Indonesia menghasilkan sekitar 64 juta ton sampah per tahun. Dengan 17% berupa sampah plastik. Sebagian besar sampah berasal dari daratan dan berakhir di sungai, lalu terbawa ke laut sebagai tempat akhir sampah berkumpul.
Muhammad Sidiq Zaelani, atau yang akrab disapa Zae, mengambil peran sebagai penggerak dalam pengelolaan sampah di pesisir Sumatera Utara, tepatnya di Desa Tanjung Rejo, Kabupaten Deli Serdang. Melalui Bank Sampah Ndeso yang didirikan pada 2018. Saat itu, Zae masih berstatus sebagai mahasiswa Pendidikan Masyarakat di Universitas Medan.
Pengelolaan Sampah
Bank Sampah Ndeso memberikan edukasi kepada warga mengenai cara memilah sampah organik, anorganik, dan b3. Sesudah dipilah, berikutnya sampah akan diolah menjadi sesuatu yang bermanfaat. Sampah organik seperti sampah sayuran, diolah menjadi kompos dan Eco-enzym. Sampah anorganik seperti kemasan makanan, diolah menjadi Ecobrick.
Selain itu, Bank Sampah Ndeso juga mengajarkan keterampilan baru seperti membuat sampah botol plastik menjadi produk daur ulang. Wadah untuk tanaman hidroponik contohnya. Cara ini tidak hanya mengajarkan warga tentang kebersihan lingkungan, tetapi juga mengasah kemampuan warga dan memberikan peluang untuk meningkatkan pendapatan.
Bank Sampah
Sampah yang kawan gunakan atau temui dapat menjadi nilai ekonomis. Melalui sistem tabungan, kawan dapat mengumpulkan sampah dan menyerahkan kepada Bank Sampah Ndeso. Sampah plastik, logam, kertas, elektronik, dan besi yang kawan kumpulkan akan ditimbang dan dicatat. Lalu nilainya akan masuk ke dalam tabungan dan dapat ditukarkan menjadi rupiah.
Warga sekitar tentunya lebih bersemangat mengelola sampah dengan adanya sistem ini, karena merasakan langsung manfaat sampah dari segi ekonomi. Selain lingkungan menjadi bersih, sistem ini juga memberikan keuntungan bagi warga sekitar.
Gerakan konsisten yang Zae usung, membawanya meraih penghargaan Satu Indonesia Awards tingkat provinsi pada tahun 2022. Hingga kini, Zae masih terus berkomitmen mengurangi pencemaran sampah di wilayah sungai dan pesisir pantai dengan mengadakan beragam kegiatan. Seperti melakukan kampanye pengurangan penggunaan plastik, bersih-bersih lingkungan sekitar pantai, penanaman pohon, serta edukasi lingkungan.
Perjalanan Bank Sampah Ndeso membuktikan bahwa perubahan tidak datang seketika dengan hasil instan. Perlu kesabaran, kerja sama, dan kemauan. Para relawan juga sering terlibat dalam berbagai pelaksanaan kegiatan yang diadakan. Kerja sama yang baik itu berhasil memberikan hasil berupa lingkungan yang bersih dari pencemaran sampah.
Bank Sampah Ndeso menjadi bukti bahwa perubahan besar bisa lahir dari langkah kecil. Membuang sampah pada tempatnya dan mengurangi penggunaan plastik merupakan langkah kecil untuk menjaga kelestarian alam. Zae memberikan pelajaran bahwa sampah bisa menjadi bernilai jika dikelola dengan baik dan benar.
Bank Sampah Ndeso juga menjadi wadah edukasi melalui workshop dan bekerja sama dengan komunitas lainnya untuk menjaga lingkungan dari pencemaran sampah. Pemuda, anak-anak sekolah, dan kelompok ibu rumah tangga aktif dalam kegiatan. Menjaga lingkungan bukan hanya tugas satu kelompok saja, melainkan kewajiban bersama untuk masa depan yang lebih cerah.
#kabarbaiksatuindonesia
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News