Lingkungan kerja toksik sekarang menjadi topik yang cukup sering bermunculan di dunia digital.
Gosip di grup kantor, atasan yang suka mengatur detail kecil atau micromanaging, atau rekan kerja yang defensif membuat lingkungan kerja tidak nyaman dan tidak sehat.
Budaya kerja yang buruk tersebut bisa saja bukan terjadi karena niat buruk, melainkan karena kurangnya kesadaran diri atau self awareness.
Mari kita renungkan kembali, apakah kita dan lingkungan kerja kita sudah memiliki self awareness?
Self-Awareness di Tempat Kerja — Dari Dalam dan Dari Luar
Self awareness merupakan kemampuan seseorang untuk mengenali dirinya sendiri dan bagaimana orang lain melihat dirinya.
Prinsip hidup, passion, dan aspirasi kita adalah bagian dari self awareness yang bersifat internal atau dari dalam diri kita.
Selain itu, kita juga dapat melengkapi self awareness yang berasal dari luar diri kita dengan memahami bagaimana orang lain melihat diri kita dan dampak dari perilaku kita terhadap orang lain.
Ketika kita berbicara tegas dengan rekan kerja mengenai pekerjaan, mungkin saja orang lain melihatnya berbeda. Mungkin saja kita akan dinilai galak.
Begitulah pentingnya keseimbangan antara internal self awareness dan external self awareness.
Keseimbangan antara pemahaman diri kita secara internal dengan apa yang dilihat orang lain penting karena menghindari diri kita dari terjebaknya diri kita dengan ilusi diri (self delusion).
Saat Self-Awareness Rendah: Munculnya “Delusional People” di Tempat Kerja
Melansir dari Tasha Eurich, seorang psikolog organisasi dan penulis buku yang berjudul Insight, orang yang merasa mengenal dirinya tapi sebenarnya tidak benar-benar mengenal dirinya disebut delusional people.
Ciri-ciri yang bisa muncul di tempat kerja yaitu :
- Tidak bisa menerima kritik atau umpan balik.
- Sering menyalahkan orang lain atas kesalahan tim.
- Merasa “paling benar” dan sulit mendengarkan.
- Menganggap diri komunikatif, padahal sering menutup ruang dialog.
Dampak yang bisa ditimbulkan dari self awareness yang rendah dapat membuat lingkungan kerja tidak nyaman dan tidak sehat karena interaksi tim menjadi penuh ketegangan, ide-ide tidak berkembang, dan rasa aman psikologis menurun.
Building a Self-Aware Team
Budaya kerja di Indonesia yang cenderung “tidak enakan” untuk memberi kritik atau umpan balik menjadi salah satu alasan budaya kerja yang tidak sehat.
Padahal, kritik dan konflik yang sehat dapat membuat budaya kerja yang sehat dan meningkatkan kinerja tim.
Berdasarkan Tasha Eurich, lingkungan kerja akan lebih sehat jika memiliki self aware team. Berikut kebiasan-kebiasaan yang dilakukan self aware team :
- Open feedback culture. Memberikan dan menerima umpan balik dengan empati.
- Mutual accountability. Anggota tim saling mengingatkan tanpa menghakimi.
- Reflective practice. Mendorong evaluasi setelah proyek/rapat, bukan sekedar menyalahkan hasil.
Tips Meningkatkan Self-Awareness di Tempat Kerja
Setelah memahami mengenai self aware team sebagai cara untuk membuat lingkungan kerja yang lebih sehat, mari kita mengenali beberapa tips untuk meningkatkan self awareness yang bisa dilakukan oleh Kawan GNFI :
- Tulis jurnal refleksi singkat.
Refleksi singkat dapat membantu kita untuk melepaskan emosi dan pikiran kita melalui tulisan dan fokus akan apa yang bisa kita perbaiki kedepannya.
Contoh pertanyaan yang bisa Kawan GNFI gunakan yaitu: Apa yang terjadi pada hari ini?, Apa yang berjalan baik hari ini, dan apa yang bisa aku ubah?
- Minta umpan balik dari rekan kerja yang dipercaya.
Rekan kerja yang dipercaya adalah rekan kerja dengan niat baik yang dapat memberikan umpan balik jujur yang konstruktif.
Umpan balik tidak harus formal, bisa dari percakapan ringan bersama rekan kerja yang dipercaya.
- Amati respon orang lain terhadap perilakumu.
Kita dapat meningkatkan external self awareness melalui dampak dari perilaku kita terhadap orang lain.
Kita dapat melihatnya dengan apakah mereka terlihat nyaman atau tegang saat berinteraksi?
- Gunakan self affirmation positif.
Jika kita mendapatkan kritik, kadang kala kita merasa tidak nyaman akan hal itu.
Beri jeda waktu sebentar dan gunakan self affirmation seperti “Aku sudah berusaha semaksimal mungkin. Jika dinilai berbeda, maka aku akan terima dan belajar agar lebih baik kedepannya.”
- Bijak merespon orang yang memiliki self awareness rendah.
Dalam bekerja, kita tidak selalu bisa mengubah perilaku orang lain — terutama mereka yang belum siap menerima masukan. Namun, kita bisa memilih bagaimana meresponnya.
Berikut panduan sederhana untuk menghadapi tiga tipe orang dengan self-awareness rendah, agar energi kita tetap terjaga di lingkungan kerja yang dinamis.

“Bijak memilih ke mana energi kita mengalir adalah bentuk tertinggi dari self-awareness.” — Terinspirasi dari Tasha Eurich, Insight (2017)
Dari Kesadaran Diri ke Budaya Kerja Sehat
Budaya kerja memang tidak bisa berubah dalam semalam karena tentunya tempat kerja terdiri dari banyak kepala yang memiliki kepribadian dan pemikirannya masing-masing.
Akan tetapi, kita bisa melakukan langkah kecil untuk lingkungan yang lebih sehat dengan lebih memahami diri sendiri.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News