Saat malam menembus dan langit Kota Serang bertabur cahaya lampu jalan, mungkin tak banyak yang menyadari bahwa sebuah gerakan besar tengah lahir dari pertemuan sederhana di warung bakso. Dari obrolan penuh kegelisahan tentang maraknya kekerasan seksual terhadap anak, Hana Maulida bersama dua rekannya Nining Fatmawati dan Nining Fatimah, memutuskan satu hal yang penting terkait isu tersebut yaitu “Kita tidak boleh diam.”
Dari sanalah Kakak Aman Indonesia lahir, dengan misi memberdayakan anak-anak melalui pendidikan seksual yang ramah, menyenangkan, dna mudah diakses. Upaya ini kemudian menghantarkan Hana meraih penghargaan Apresiasi SATU Indonesia Awards 2024 dari Astra pada kategori pendidikan, sebuah pengakuan atas kontribusinya dalam memperjuangkan perlindungan anak melalui edukasi yang manusiawi. Penghargaan tersebut bukan sekedar simbol, melainkan pintu pembuka untuk menjangkau lebih banyak daerah, memperluas kolaborasi, serta memotivasi relawan di berbagai lini masyarakat agar bersama-sama menyalakan obor perlindungan untuk anak bangsa.
Gerakan Kakak Aman Indonesia dibentuk pada Januari 2023 sebagai respons nyata terhadap tingginya kasus kekerasan seksual pada anak di Indonesia. Komunitas ini berfokus memberikan pendidikan sesksual dan perlindungan diri bagi anak-anak tingkat TK hingga SD dengan metode interaktif yang menyenangkan melalui dongeng, permainan edukatif, ilustrasi visual, dan dialog terbuka bersama “kakak fasilitator.” Modul yang digunakan disusun secara bertahap, mudah dipahami, dan selalu dikonsultasikan dengan psikolog anak serta tenaga pendidik agar aman sekaligus efektif. Salah satu pendekatan penting yang diterapkan adalah pembagian kelompok berdasarkan jenis kelamin, agar anak-anak merasa lebih nyaman untuk terbuka dan berani bertanya. Menariknya, Kakak Aman tidak pernah memungut biaya dari sekolah yang menundang mereka. Semua relawan bekerja secara sukarela, digerakkan oleh niat tulis untuk melindungi masa depan anak-anak Indonesia.
Nah kawan, dalam waktu singkat metode Kakak Aman terbukti adaptif. Dari kelas kecil di Serang, program ini kini diminati berbagai sekolah di luar kota bahkan lintas provinsi. Kakak Aman juga menjalin kerja sama dengan Dinas Perpustakaan Kota Serang untuk memberikan edukasi rutin di ruang baca anak-anak. Penelitian yang dimuat di ResearchGate juga menunjukkan bahwa pendekatan Kakak Aman efektif meningkatkan pengetahuan anak tentang batas tubuh dan cara melindungi diri dari paparan kekerasan seksual, menjadikannya bagian penting dari pendidikan nonformal di masyarakat.
Dampak nyata gerakan ini mulai terasa diberbagai lapisan. Guru dan relawan melaporkan bahwa anak-anak kini lebih berani berbicara jika mengalami ketidaknyamanan atau pelecehan. Mereka tidak lagi diam, tetapi belajar untuk mengenali perasaan sendiri dan berani meminta bantuan. Orang tua yang semula ragu dan menganggap topik pendidikan seksual tabu, kini berbalik mendukung setelah melihat metode edukasi yang ramah dan tidak menakutkan. Banyak dari mereka kemudian meminta agar sesi serupa juga diberikan bagi orang tua dan guru, sehingga Kakak Aman pun mengembangkan modul pendamping untuk memperkuat ekosistem perlindungan anak di sekolah dan rumah. Melalui penghargaan SATU Indonesia Awards, Kakak Aman juga berhasil memperluas jejaring kolaborasi. Mereka kini bekerja sama dengan Astra CSR, berpartisipasi dalam peringatan Hari Anak Nasional dan berkontribusi dalam berbagai forum edukasi lintas wilayah dari Banten hingga Bali dan Papua. Gerakan ini bahkan menumbuhkan inisiatif baru seperti “Guru Aman” sebuah komunitas pendidik yang saling berbagi pengalaman dalam mengajarkan literasi perlindungan anak.
Kawan GNFI, kisah Kakak Aman memberi kita pelajaran berharga bahwa perubahan besar selalu dimulai dari langkah kecil yang tulus. Dari obrolan sederhana, Hana dan rekan-rekannya membuktikan bahwa edukasi dapat menjadi senjata paling ampuh melawan kekerasan. Keberanian mereka memulai tanpa menunggu fasilitas sempurna menjadi teladan bagi banyak anak muda di Indonesia bahwa gerakan sosial tidak membutuhkan modal besar, cukup hati yang besar dan kepedulian yang nyata. Penghargaan SATU Indonesia Awards sendiri menjadi bukti nyata bahwa kolaborasi dan konsistensi mampu memperkuat ide-ide akar rumput menjadi gerakan yang berdampak luas. Dalam konteks pendidikan, Kakak Aman mengajarkan bahwa membicarakan seksualitas bukanlah hal yang tabu, tetapi bagian penting dari literasi perlindungan diri. Edukasi yang manusiawi dengan bahasa yang lembut dan metode yang ramah kepada anak mampu menumbuhkan kesadaran tanpa rasa takut.
Perubahan budaya memang buka hal yang instan. Hana dan tim menghadapi berbagai penolakan, stigma sosial, hingga keterbatasan dana. Namun, mereka terus bertahan dengan konsistensi dan adaptasi. Sebab mereka yakin bahwa di balik setiap angka statistik kekerasan, terdapat wajah anak yang berhak tumbuh aman dan bahagia. Melindungi anak bukan sekadar kewajiban, tetapi investasi bagi masa depan bangsa. Gerakan Kakak Aman membuktikan bahwa apresiasi seperti SATU Indonesia Awards bukan hanya pengakuan glamor, melainkan jembatan bagi inisiatif lokal agar bisa berkembang lebih luas dan kuat.
Kawan GNFI, semoga kisah ini menginspirasi kita semua untuk tak ragu bergerak. Sebab dari satu lilin kecil yang dinyalakan di Kota Serang, kini cahaya perlindungan anak mulai menerangi berbagai sudut negeri. Mari bersama menjaga obor itu tetap menyala karena setiap anak berhak tumbuh aman, belajar tanpa takut, dan bermimpi tanpa batas.
#kabarbaiksatuindonesia
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News