cerita rakyat nusa tenggara barat ntb legenda watu maladong - News | Good News From Indonesia 2025

Cerita Rakyat Nusa Tenggara Barat (NTB), Legenda Watu Maladong

Cerita Rakyat Nusa Tenggara Barat (NTB), Legenda Watu Maladong
images info

Cerita Rakyat Nusa Tenggara Barat (NTB), Legenda Watu Maladong


Ada sebuah cerita rakyat dari Nusa Tenggara Barat atau NTB yang berkisah tentang legenda Watu Maladong. Konon, Watu Maladong merupakan batu sakti yang memberikan manfaat untuk masyarakat Sumbawa dulunya.

Bagaimana kisah dari cerita rakyat NTB tersebut?

Legenda Watu Maladong, Cerita Rakyat Nusa Tenggara Barat (NTB)

Dilihat dari buku Astri Damayanti yang berjudul Kumpulan Legenda Nusantara Favorit, masyarakat Sumbawa Barat dikenal selalu melakukan upacara Pasola. Upacara adat ini dilakukan sebagai wujud rasa syukur atas panen padi atau jagung setiap tahunnya.

Menurut kepercayaan masyarakat, sebelum musim panen tiba akan muncul cacing laut di Pantai Bondo Kodi. Cacing laut ini merupakan perwujudan Putri Nyale yang bekerja sama dengan dua buah batu yang menetap di Samudra Hindia.

Mereka ini diyakini sebagai penentu keberhasilan panen di Sumbawa Barat. Kedua batu yang ada di Samudra Hindia inilah yang dikenal dengan nama Watu Maladong.

Sebenarnya Watu Maladong ada tiga buah. Satu batu lagi berada di daratan.

Ada sebuah kisah terkait Watu Maladong ini di masa lalu. Pada zaman dahulu, Watu Maladong merupakan benda pusaka dari sebuah suku yang ada di pulau kecil di dekat Sumbawa Barat.

Ketiga batu ini selalu menghasilkan bibit padi, jagung, dan jewawut. Tidak hanya itu, tanah tempat batu ini berada juga akan menghasilkan sumber mata air yang tidak habis.

Sayang, suku pemilik batu ini suka berbuat buruk. Mereka suka menjelma menjadi babi jadi-jadian dan mencuri hasil ladang masyarakat.

Keberadaan babi jadi-jadian ini meresahkan masyarakat yang ada di Sumbawa Barat. Pada suatu hari, ada seorang petani yang dikenal memiliki kesaktian tinggi ingin menumpas kegaduhan itu.

Pada suatu hari, petani ini bersembunyi di atas sebuah pohon dengan membawa tombak saktinya. Ketika gerombolan babi ini muncul, petani ini langsung mengarahkan tombaknya ke kawanan tersebut.

Tombak sakti ini berhasil menancap ke babi yang berukuran paling besar. Petani ini yakin bahwa tombaknya berhasil melukai pimpinan babi jadi-jadian tersebut.

Gerombolan babi ini langsung pergi melarikan diri. Petani ini dengan sekuat tenaga berusaha mengejar kawanan itu karena tombak saktinya masih tertancap di perut babi tersebut.

Namun tiba-tiba gerombolan babi tersebut langsung hilang seketika. Ketika berada di tengah kebingungan, petani ini bertemu dengan seorang nenek.

Nenek tersebut bertanya mengapa petani itu terlihat kebingungan. Petani tersebut kemudian menjelaskan apa yang sudah dia lakukan.

Ternyata nenek ini mengetahui informasi terkait babi jadi-jadian itu. Sang nenek berkata bahwa babi jadi-jadian tersebut merupakan suku yang ada di pulau kecil di seberang.

Nenek tersebut kemudian menyuruh petani itu pergi ke sana dan berpura-pura sebagai dukun yang akan mengobati pemimpin mereka. Dengan demikian petani itu bisa mengambil kembali tombak saktinya.

Selain itu nenek tersebut berpesan agar petani itu meminta hadiah Watu Maladong kepada suku tersebut. Sebab batu tersebut akan berguna untuk masyarakat Sumbawa nantinya.

Petani ini kemudian mengikuti saran sang nenek. Benar saja, dia berhasil mengobati pemimpin suku tersebut dan mendapatkan kembali tombak sakitnya.

Pemimpin suku kemudian menawarkan hadiah kepada petani tersebut. Petani ini kemudian meminta Watu Maladong sebagai hadiah untuk dirinya.

Pada awalnya, pemimpin suku ini terkejut karena petani tersebut meminta benda pusaka mereka. Namun karena sudah berjanji, pemimpin suku memenuhi permintaan itu.

Namun pemimpin suku memberikan sebuah syarat kepada petani tersebut. Dia mesti bisa mengalahkan panglima suku terlebih dahulu sebelum mendapatkan Watu Maladong.

Petani ini menyanggupi syarat tersebut. Berkat tombak saktinya, petani itu bisa dengan mudah mengalahkan panglima suku.

Akhirnya petani tersebut berhasil mendapatkan Watu Maladong. Ajaibnya, batu tersebut berjalan sendiri mengikuti petani itu ke Sumbawa.

Sesampainya di Sumbawa, ketiga batu ini memunculkan mata air di sana. Mata air tersebut berada di Tambolaka, Weetebula, dan gua di Wewewa Timur.

Setelah semua mata air ini muncul, petani itu meminta Watu Maladong untuk mencari tempat menetap mereka masing-masing. Dua batu yang diyakini sebagai sumber padi dan jewawut memilih menetap di Samudra Hindia.

Sementara itu, satu batu lain yang diyakini sebagai sumber jagung memilih menetap di darat, di daerah Wewewa Barat. Begitulah kisah dari legenda Watu Maladong, cerita rakyat dari Nusa Tenggara Barat (NTB).

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Irfan Jumadil Aslam lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Irfan Jumadil Aslam.

IJ
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.