kereta api cut meutia menjadi moda transportasi terjangkau di provinsi aceh - News | Good News From Indonesia 2025

Kereta Api Cut Meutia menjadi moda transportasi terjangkau di Provinsi Aceh

Kereta Api Cut Meutia menjadi moda transportasi terjangkau di Provinsi Aceh
images info

Kereta Api Cut Meutia menjadi moda transportasi terjangkau di Provinsi Aceh


Kereta Api Cut Meutia menjadi moda transportasi terjangkau di Provinsi Aceh. 
Meskipun jalurnya masih pendek, kehadirannya menjadi simbol harapan untuk mengembalikan kejayaan perkeretaapian di Tanah Rencong.

Layanan KA Perintis Cut Meutia menggunakan Kereta Rel Diesel Indonesia (KRDI) yang diproduksi oleh PT INKA. Pengoperasian KA ini berada di bawah tanggung jawab PT KAI Divre I Sumatera Utara, berdasarkan penugasan resmi dari Direktorat Jenderal Perkeretaapian, Kementerian Perhubungan.

Satuan Pelayanan Lhokseumawe membantu mengelola dan memberikan dukungan terhadap layanan ini, berada langsung di bawah koordinasi Balai Teknik Perkeretaapian (BTP) Kelas I Medan. BTP Medan sendiri mengawasi jaringan kereta api di tiga provinsi (Aceh, Sumatera Utara, dan Riau). Secara total, mereka mengelola jalur sepanjang 542 km, melayani 62 stasiun, dan mengoperasikan 17 lintasan pelayanan.

“Kehadiran KA Cut Meutia tidak hanya meningkatkan konektivitas dan mobilitas masyarakat, tetapi juga secara aktif mendorong pengembangan jaringan kereta api di Aceh,” jelas Djoko Setijowarno Wakil Ketua Pemberdayaan dan Pengembangan Wilayah Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Pusat kepada Good News From Indonesia, Minggu (12/10).

Melayani 30 ribu penumpang

Hal ini mencakup persiapan pengoperasian Stasiun Muara Satu (yang sebelumnya dikenal sebagai Stasiun Paloh), sekaligus mendukung aspek edukasi bagi masyarakat, dengan layanan yang aman, terjangkau, dan berkelanjutan.

Selama periode Januari hingga Agustus 2025, KA Cut Meutia telah melayani 30.527 penumpang. Jumlah ini berasal dari total kapasitas kursi sebanyak 270.240, menghasilkan tingkat okupansi rata-rata 11%. Tingkat keterisian tertinggi tercatat pada Februari, mencapai 26%, sementara bulan-bulan lainnya menunjukkan angka yang fluktuatif.

Dalam sehari, jelas Djoko, KA ini melayani 8 kali perjalanan dengan waktu tempuh selama 64 menit sekali jalan. Perjalanan pertama dimulai pukul 07.04 dari Stasiun Krueng Geukueh, dan perjalanan terakhir berangkat pukul 17.50 dari Stasiun Kutablang. Tarif yang dikenakan untuk sekali perjalanan adalah Rp 2.000.

“Lintas ini dipenuhi dengan perlintasan dari setiap rumah dan cukup membuat waspada bagi masinis yang mengoperasikannya. Sepanjang perjalanan semboyan 35 selalu digunakan berupa sirine untuk meningkatkan faktor keselamatan bagi masyarakat,” paparnya.

Peningkatan fasilitas

Djoko menjelaskan saat ini KA Cut Meutia hanya menggunakan satu rangkaian yang terdiri dari dua kereta penumpang. Kereta ini masih mengandalkan kipas angin sebagai pendingin.

“Penting untuk segera melengkapi KA Cut Meutia dengan pendingin ruangan / Air Conditioning (AC). Tanpa AC, penumpang dapat merasa tidak nyaman dan berkeringat terutama saat kereta berjalan di bawah cuaca panas,” ucapnya.

Selain itu, perlu dipertimbangkan penambahan unit kereta. Saat ini, tidak tersedia kereta cadangan. Apabila rangkaian yang beroperasi mengalami kerusakan dan memerlukan perbaikan, layanan akan terhenti karena tidak ada unit pengganti.

Perlunya peningkatan jalur

Djoko mengungkapkan saat ini masyarakat belum menganggap KA Cut Meutia sebagai moda transportasi cepat yang esensial untuk mobilitas antar kota/kabupaten karena jarak tempuh yang sangat singkat. Namun kereta ini lebih dipandang sebagai sarana hiburan atau rekreasi semata. 

“Persepsi ini pernah menyebabkan kereta berhenti beroperasi pada tahun 2014 karena sepi penumpang. Meskipun telah dihidupkan kembali, tingkat keterisian di rute pendek masih menjadi tantangan utama,” katanya.

Sebagai kereta perintis, KA Cut Meutia terkendala oleh keterbatasan rute pendek yang belum sepenuhnya menghubungkan Lhokseumawe dan Bireuen, sehingga kurang efektif untuk transportasi massal. Di beberapa segmen yang belum beroperasi, masalah keamanan juga muncul, di mana terjadi kasus pencurian komponen rel (seperti paku rel/pantrol) oleh oknum tidak bertanggung jawab, merusak infrastruktur yang telah dibangun.

Oleh karena itu, penyelesaian proyek reaktivasi jalur Trans-Sumatera dan penuntasan keterhubungan rel Lhokseumawe – Bireuen sangat mendesak, yang saat ini terhambat oleh masalah pendanaan. Diperlukan alokasi dana khusus untuk menuntaskan koneksi jalur ini.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

RK
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.