kusmayadi dan kuda pustaka inspirasi literasi dari banten - News | Good News From Indonesia 2025

Kusmayadi & Kuda Pustaka: Inspirasi Literasi dari Banten

Kusmayadi & Kuda Pustaka: Inspirasi Literasi dari Banten
images info

Kusmayadi & Kuda Pustaka: Inspirasi Literasi dari Banten


Di pinggir jalan kota Rangkasbitung, suara lonceng delman bersahut-sahutan. Di balik kusirnya, seorang pria muda bersenyum hangat sambil mengulurkan buku-buku kepada anak-anak desa. Pria itu adalah Kusmayadi, lebih akrab disapa Kang Asep atau Aldo nama kudanya.

Dengan semangat, ia mengajak warga untuk membaca di atas gerobak kuda yang ia sebut Kuda Pustaka. Kisahnya bukan sekadar mengantar penumpang, melainkan menebar ilmu dan harapan di pelosok Banten.

Dari Kusir Delman ke Penggerak Literasi

Nama aslinya Kusmayadi, namun ia lebih dikenal sebagai Asep. Sehari-harinya ia bekerja sebagai kusir delman di Rangkasbitung. Profesi ini diturunkan dari sang ayah yang membeli kuda sandel lokal saat pensiun.

Meski hidup sederhana dengan penghasilan sekitar Rp 50.000-70.000 per hari, Asep memiliki mimpi yang tak biasa: membawa literasi ke desa-desa.

Masa kecil Asep penuh tantangan. Ia adalah anak ketiga dari enam bersaudara; hanya dua kakaknya yang bisa lulus SMA, sedangkan dirinya terpaksa putus sekolah di bangku SMP.

Selama hampir tujuh tahun ia hidup sebagai anak jalanan. Saat kembali ke rumah, Asep memutuskan tidak lagi menyusahkan orang tua dan membantu menarik delman bersama ayahnya.

Perubahan besar terjadi ketika ia melihat seorang teman bernama Yudi yang hidup susah tetapi tetap memberi uang kepada pasien rumah sakit. Asep lalu terinspirasi oleh Ridwan Sururi, pegiat perpustakaan kuda di Purbalingga yang ia lihat di Facebook.

Ia pun bertanya pada diri sendiri: kalau orang lain bisa memberi manfaat bagi orang banyak, mengapa ia tidak? Dari sinilah gagasan Kuda Pustaka lahir.

Munculnya Kuda Pustaka

Pada 2016, Asep mulai mengumpulkan buku-buku bekas dari donatur dan menatanya di atas delman. Bersama kuda tuanya, Aldo, ia berkeliling dari desa ke desa setiap minggu sore setelah anak-anak pulang mengaji.

Begitu tiba di kampung, anak-anak menyambut antusias dan menyerbu buku yang ia bawa. Asep percaya minat baca sebenarnya tinggi, tetapi akses dan kemampuan membeli buku menjadi penghalang.

Kuda Pustaka menjadi wadah belajar sekaligus tempat bermain. Asep menantang anak-anak untuk bercerita atau bernyanyi di depan teman-teman mereka sebagai hadiah, ia memberi tumpangan delman gratis.

Selain keliling, kandang kuda miliknya juga menjadi mini perpustakaan ketika Aldo beristirahat. Untuk menambah koleksi buku, Asep menjual ikat kepala khas Banten bersama tetangganya dan menyisihkan sebagian penghasilannya. Donatur dari komunitas literasi di Jakarta hingga warga sekitar turut mengirimkan buku.

baca juga

Dampak dan Komunitas

Kuda Pustaka tidak hanya menyediakan bacaan gratis tetapi juga menumbuhkan kepercayaan diri anak-anak. Asep menyadari bahwa mereka perlu dorongan untuk berani berbicara di depan umum.

Di setiap perhentian, ia mengadakan sesi bercerita dan bincang buku. Minat baca pun meningkat, anak-anak mulai datang ke kandang kuda untuk meminjam buku saat Aldo beristirahat. Semakin banyak donatur yang memberikan buku, sehingga koleksi Kuda Pustaka semakin beragam.

Asep menuturkan bahwa aktivitas ini juga membentuk dirinya. Ia belajar dari cerita anak-anak dan merasakan bahwa berbagi ilmu adalah rezeki rohani. Ia ingin memastikan generasi muda Rangkasbitung tidak kalah dengan anak kota.

Kuda Pustaka menjadi simbol gotong royong; tetangga membantu menjahit ikat kepala untuk membeli buku, sementara buku-buku didapat dari berbagai komunitas.

Di mata masyarakat, kebaikan Asep diganjar penghargaan salah satu donatur bahkan memberinya hadiah umrah. Dalam perjalanan spiritual ini, Asep sempat membeli buku berbahasa Indonesia di Madinah untuk menambah koleksi perpustakaan.

Pengalamannya di tanah suci semakin meneguhkan semangatnya bahwa perintah untuk membaca adalah panggilan untuk membagi ilmu.

Penghargaan SATU Indonesia Awards 2017

Komitmen Asep dalam menggerakkan literasi tidak luput dari perhatian PT Astra International. Dalam program SATU Indonesia Awards tahun 2017, ia terpilih sebagai penerima apresiasi nasional kategori Pendidikan.

Nama lengkapnya, “Kusmayadi (Asep Aldo)”, tercatat sebagai penggagas Kuda Pustaka Rangkasbitung dari Provinsi Banten. Penghargaan ini bukan hanya pengakuan atas dedikasi pribadi, tetapi juga legitimasi bahwa inovasi literasi berbasis kearifan lokal patut diacungi jempol.

Program SATU Indonesia Awards mencari pemuda-pemudi yang berkontribusi positif di lima bidang: pendidikan, lingkungan, kesehatan, teknologi, dan kewirausahaan. Masuknya Kuda Pustaka sebagai penerima kategori pendidikan menandakan bahwa upaya sederhana membawa buku dengan delman setara dengan inovasi lain di berbagai sektor.

baca juga

Kisah Kusmayadi mengajarkan bahwa kebaikan tidak harus menunggu kaya. Seorang kusir delman dengan kuda tua dan sepetak kandang bisa menjadi motor perubahan bagi ratusan anak.

Kuda Pustaka membuktikan bahwa rezeki bukan hanya untuk menghidupi raga, tetapi juga jiwa. Dengan buku dan semangat, Asep menyalakan cahaya literasi di jantung Banten. Semoga kisah ini menginspirasi kita untuk berbagi ilmu dan menanam harapan karena menebar kebaikan adalah perpustakaan tanpa batas.

#kabarbaiksatuindonesia

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

IW
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.