Dulu, kita sempat dihebohkan dengan mencuatnya berita kebocoran data pribadi penduduk Indonesia. Hampir semua warga panik. Banyak media tanah menyoroti. Netizen berteriak. Rakyat gusar. Pemerintah disalahkan. Bagaimana tidak? Data sepenting itu kok bisa bocor. Apalagi yang mengelola datanya sudah selevel pemerintah negara. Itu fatal banget.
Lebih fatal lagi bila data-data itu berada dan jatuh di tangan asing. Mungkin sekilas tidak sebegitu penting. Kalau begitu, bagaimana bila data itu terkait pertahanan negara, pelayanan publik dalam negeri. Tentu ini menjadi berbahaya.

Awanio | Dokumentasi pribadi
Untungnya kini sudah hadir seorang pemuda yang dengan tangan ajaibnya, sebuah inovasi muncul. Waktu itu, tahun 2016, pemuda itu berambisi agar data itu bisa aman. Dan bisa dikelola layaknya seorang yang merdeka di tanahnya sendiri. Dari Jakarta ia membangun mimpi itu. Dan benar saja, impiannya kini benar-benar terwujud.
Saya sepakat dengan pemuda itu. Kita memang harus bisa menjadi tuan bagi data digital kita sendiri. Jangan sampai pihak asing yang justru menguasainya. Di tangan kitalah masa depan ditentukan. Begitu juga data digital.
Pemuda itu bernama Irfan Y. Pratama. Ia membuat sebuah inovasi yang kemudian ia sebut sebagai "awanio". Sebuah layanan cloud yang bisa diibaratkan sebagai rumah. Kita sebagai konsumen alias pengguna diperkenankan mengontrol penuh apa-apa saja yang ada di rumah dan apa yang terjadi di rumah itu. Untuk kerahasiaan datanya dipastikan aman.
Tantangan Awanio Mulai Muncul

Hambatan Awanio bermula di Indonesia | Dokumentasi pribadi
Seperti perjalanan seseorang pada umumnya, adanya awanio memang pada awalnya tidak semulus harapan. Ada saja rintangannya. Apalagi produk lokal lebih sering dicap sebagai rendahan. Takut nanti tak berkualitas. Tentu tidak mudah. Masyarakat Indonesia belum begitu menerima kehadiran awanio. Kepercayaan masyarakat masih minim terhadap awanio.
Meski demikian, Irfan masih percaya kalau awanio itu bisa menjawab tantangan ke depan. Ia tidak menyerah. Berbagai terobosan ia buat agar sesuai dengan kebutuhan pasar. Ia yakin awanio bisa.
Ditolak di Indonesia, ia mencoba menjajakan awanio di luar negeri. Hasilnya cukup mengejutkan. Justru negara sekelas Jerman yang terkenal dengan teknologinya, Singapura yang tersohor dengan kemajuannya, begitu juga dengan Belanda menerima awanio dengan tangan terbuka dan antusias.
Barulah, setelah produk awanio dipakai oleh negara luar, masyarakat Indonesia mulai melirik. Bahkan kemudian awanio dipercaya oleh banyak pihak termasuk beberapa instansi pemerintah seperti BUMN dan Kemenag.
Awanio, Ternyata Asli Buatan Lokal

Hampir 100% asli lokal | Dokumentasi pribadi
Biasanya sering kita lihat memang produk teknologi itu dibuat di Indonesia tapi komponennya dari luar negeri. Aliasnya kita, orang Indonesia hanya sebagai perakit. Beda dengan awanio, justru 98,68% komponennya berasal dari dalam negeri. Luar biasa. Ini berarti hampir 100 persen asli buatan lokal.
Bukan hanya produknya, tapi pembuatnya juga dari lokal. Ada yang dari Depok, Bekasi, Aceh, Jogja, dan sebagainya. Ini sekali lagi menegaskan bahwa generasi Indonesia juga mampu bersaing dalam teknologi. Bukan hanya mereka yang dari luar.
Sebagai negara dengan berciri khas kepulauan apalagi keberagaman memang harus memiliki tenaga ahli. Terlebih lagi masalah teknologi. Tak heran bila kemudian awanio mengusung tema berdaulat. Dengan melihat adanya tenaga lokal rasanya tema itu sudah terjawab. Memberdayakan masyarakat lokal berarti telah memberi ruang agar kedaulatan digital kita itu bukan hanya sekadar isapan jempol belaka.
Semakin lama, awanio juga semakin berkembang. Kini sudah dipercaya oleh lebih dari tiga puluh Leading Technology Partner. Yang lebih bombastis lagi, awanio sudah dipercaya oleh lima ribu lebih End Customers
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News