Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Bogor menggelar Festival Film Kabupaten Bogor (FFKB) dimana mewajibkan 1 Kecamatan untuk mengirimkan 1 Film.
Event tersebut diambil sebagai semangat dari Pemkab Bogor yang tengah mempersiapkan langkah besar untuk menjadi kota film edukatif pertama di Indonesia.
Melalui Festival Film Kabupaten Bogor, sebanyak 40 kecamatan akan terlibat aktif dalam produksi 40 film pendek bertema edukasi setiap tahunnya dan festival film tersebut dijadwalkan akan digelar pada November 2025, dengan puncak acara penganugerahan di Gedung Auditorium Setda Kabupaten Bogor.
Festival tersebut disambut baik oleh pemuda diwilayah ujung selatan Kabupaten Bogor yaitu di Kecamatan Cigombong.
Kecamatan Cigombong sendiri merupakan sebuah wilayah di Kabupaten Bogor dalam lingkup sembilan desa hasil dari pemekaran pada tahun 2005 lalu dengan Kecamatan Cijeruk.
Dengan semangat unsur kolaborasi Pentahelix yang melibatkan berbagai komunitas lokal, dunia usaha (UMKM), lembaga pendidikan, tokoh, budayawan, akademisi, pemerintahan dan organisasi kepemudaan Karang Taruna hingga membuka casting dan menjaring bakat sineas muda. Dengan langkah tersebut Kecamatan Cigombong berpartisipasi dalam Festival Film Kabupaten Bogor yang dimotori Karang Taruna serta komunitas dengan tema edukasi untuk negeri yang berjudul Cigombong: Mulih Kajati Mulang Ka Asal.
"MulihKajati Mulang Ka Asal" sendiri merupakan pepatah Sunda yang sarat makna, yakni sebuah ajakan untuk kembali ke jati diri, kepada nilai-nilai luhur, dan kepada akar kehidupan yang membentuk siapa kita sebenarnya.
Secara harfiah, frasa ini sering digunakan untuk menyampaikan duka cita atas kepergian seseorang, setara dengan “Innalillahi wa inna ilaihi raji’un.” Namun, dalam makna yang lebih luas, ia bukan hanya tentang kematian, melainkan tentang kembali pada hakikat diri, identitas budaya, dan keseimbangan hidup.
Dalam pandangan budaya Sunda, 'mulih' berarti pulang, 'kajati' bermakna kembali ke jati diri, 'mulang' artinya kembali, dan ka asal berarti ke asal/semula tempat atau keadaan awal. Filosofi ini mengandung pesan bahwa manusia, dalam setiap perjalanan hidup dan kemajuan yang dikejar, tidak boleh melupakan siapa dirinya dan dari mana ia berasal.
Ia adalah pengingat agar kita selalu ngamumulé kabudayaan, menjaga nilai-nilai sejarah dan warisan orang terdahulu, serta hidup dalam keseimbangan antara diri, alam, serta Gusti atau hubungan antara manusia dengan manusia, alam, dan sang Pencipta.
Pemaknaan Nama Cigombong: Antara Air dan Bambu

Sesi pengambilan video shooting Cigombong: MulihMulih Kajati Mulang Ka Asal | Dok. Pribadi Belgi Alhuda
Menurut pandangan Bapak Wardi, salah satu Budayawan Sunda yang juga seorang tokoh yang memerankan Bapak Darsa dalam film tersebut, nama “Cigombong” berasal dari dua kata dalam bahasa Sunda:
'Ci' berarti 'air' yang berarti lambang kehidupan, kesegaran, dan keberlanjutan.
Sedangkan 'Gombong' berarti rumpun bambu yang berarti simbol kekuatan, kelenturan, dan kebersamaan.
Maka Cigombong dapat dimaknai sebagai air yang mengalir di antara rumpun bambu.
Makna ini mencerminkan karakter masyarakatnya: hidup rukun, adaptif, tangguh menghadapi perubahan, dan senantiasa menjaga harmoni dengan alam. Seperti air yang menyejukkan dan bambu yang lentur, masyarakat Cigombong mengalirkan kehidupan dengan kelembutan dan kekuatan yang bersatu.
Cigombong bukan sekadar nama wilayah, tetapi cerminan falsafah hidup yang memiliki makna bahwa keseimbangan antara alam, budaya, dan manusia adalah sumber keberlanjutan. Dari bambu yang meneduhkan hingga air yang menyejukkan, dari tradisi yang dijaga hingga semangat muda yang berkobar, Cigombong menjadi tanah yang menumbuhkan kebersamaan dan kehidupan.
Filosofi yang Menghidupkan Ekonomi Kreatif
Filosofi mulih kajati, mulang ka asal menjadi pondasi penting bagi arah pembangunan Cigombong masa kini, khususnya dalam penumbuhan ekosistem ekonomi kreatif.
Cigombong sedang bergerak menjadi ruang hidup bagi ide, ekspresi, dan kolaborasi lintas generasi dimana kearifan lokal menjadi sumber inspirasi bagi inovasi modern.
Salah satu subsektor yang mulai bergeliat adalah film dan media visual. Film tidak hanya berfungsi sebagai hiburan, tetapi juga sebagai cermin budaya dan sarana dokumentasi nilai-nilai lokal. Melalui karya sinema, kisah rakyat, alam, dan keseharian masyarakat Cigombong dapat dikenal luas, sekaligus menjadi daya tarik wisata dan identitas kreatif daerah.
Generasi muda Cigombong kini mulai belajar menyampaikan pesan dan cerita melalui kamera. Merekam bambu yang bergoyang diterpa angin, air yang mengalir di sawah, hingga wajah-wajah masyarakat yang penuh semangat. Semua itu menjadi narasi visual tentang jati diri dan perubahan.
Harapan Cigombong ke Depan
Cigombong telah ditetapkan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) yang memiliki harapan agar Cigombong ke depan dapat menjadi pusat pertumbuhan ekonomi kreatif yang berakar pada budaya lokal, tempat di mana nilai-nilai leluhur menjadi sumber kekuatan untuk menatap masa depan.
Ekosistem kreatif diharapkan terus berkembang, melibatkan pelaku muda, komunitas, pemerintah, dan lembaga pendidikan, membangun jejaring kolaboratif antara seni, teknologi, dan tradisi.
Dengan semangat mulih kajati mulang ka asal, Cigombong tidak akan kehilangan arah di tengah arus modernisasi.
Sebaliknya, ia akan menjadi contoh bagaimana daerah yang memelihara akarnya justru mampu menumbuhkan sayap hingga dapat terbang tinggi dengan identitasnya sendiri.
Cigombong adalah air yang menghidupi dan bambu yang meneduhkan.
Cigombong terdiri dari sembilan Desa yang berada dibawah kaki Gunung Salak dengan berbagai sumber daya dan dengan partisipasi aktif atau keikutsertaan dalam Festival Film Kabupaten Bogor ini semoga dapat menumbuhkan kreativitas, menjaga harmoni, dan menyemai harapan bagi masa depan.
Hal ini sejalan dengan sinopsis/alur cerita yang dibuat oleh Cigombong Creative Film yang menjadikan ajang festival tersebut bukan hanya sekadar perlombaan, tapi menjadi sebuah gerakan budaya dan gotong royong dengan menanamkan perubahan lewat media yang sangat erat kaitannya dengan anak muda yaitu subsektor film hingga media visual dan desain grafis.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News