Film Indonesia terbaru, Tukar Takdir, telah hadir menyapa penonton sejak Kamis (2/10/2025) lalu. Disutradarai oleh Mouly Surya, film ini mengambil adaptasi bebas dari novel best seller dengan judul sama karya Valiant Budi Yogi yang terbit pada tahun 2019. Inti ceritanya berfokus pada Rawa Budiarso yang diperankan oleh Nicholas Saputra.
Rawa adalah pria yang lolos dari kecelakaan tragis pesawat Jakarta Airways 79; ia adalah orang yang menjadi satu-satunya penumpang selamat dari kecelakaan tersebut. Pesawat itu awalnya dinyatakan hilang kontak sebelum akhirnya ditemukan dalam kondisi hancur. MeskI selamat, Rawa mengalami luka berat, dan di balik kelangsungan hidupnya, terkuak hal mencengangkan.
Rawa ternyata secara tidak sengaja menukar tempat duduk dengan penumpang lain sebelum keberangkatan, yaitu Raldi (Teddy Syah), suami dari Dita (Marsha Timothy). Setelah kecelakaan, Rawa harus menghadapi masalah berupa luka fisik dan trauma psikologis. Ia juga menjadi saksi utama dalam proses penyelidikan penyebab jatuhnya pesawat.
Beratnya hidup Rawa tak sampai di situ karena ia juga harus meladeni Dita yang sedih dan marah atas kematian suaminya. Dita mempertanyakan takdir Rawa yang selamat sementara suaminya tidak. Situasi makin kompleks ketika Rawa harus berhadapan dengan Dita.
Di tengah semua itu, Rawa bertemu dengan putri dari sang pilot pesawat, Zahra (Adhisty Zara), yang juga sedang berjuang menghadapi pahirnya kenyataan hidup. Akhirnya Rawa, Zahra, dan Dita sama-sama berjuang untuk bangkit dari tragedi dan berdamai dengan kenyataan.
Bisa dibilang, Tukar Takdir adalah film unik dibandingkan film Indonesia lainnya. Sebab, film ini menggabungkan unsur dramatis dari tragedi kecelakaan pesawat, sekaligus perjalanan karakternya untuk berdamai dengan luka dan kehilangan.
Lantas, dari mana datangnya ide untuk membuat film seperti ini? Menurut Mouly Surya selaku sutradara sekaligus penulis naskah, semuanya bermula dari ketertarikannya pada tema air crash investigation.
Dari tema itu, Mouly Surya mulai meracik naskah naskah Tukar Takdir. Hasilnya, jadilah film kombinasi antara investigasi dengan drama emosional para korban selamat maupun keluarganya.
Ragam Kesan Pemeran Film Tukar Takdir
Para pemeran utama film Tukar Takdir berbagi kesan tentang pendalaman karakter mereka dalam drama tersebut. Kesan itu bermacam-macam, mulai dari proses syuting yang begitu menantang hingga adanya letupan emosi yang terasa.
Nicholas Saputra misalnya, mengakui bahwa peran ini adalah salah satu yang paling menantang sepanjang kariernya. "Secara emosi, fisik, hingga peristiwa, semuanya sangat kompleks," katanya sebagaimana diwartakan Antara.
"Tapi saya beruntung bekerja dengan para aktor hebat, sehingga proses syuting tetap terasa menyenangkan." lanjutnya.
Melalui Tukar Takdir, Nicholas berharap penonton diajak merenungkan kembali perlunya evaluasi sistem pada transportasi yang disebut paling aman, demi jaminan keselamatan penumpang.
Sementara itu,Marsha Timothy merasakan emosi yang mendalam kala memainkan karakter Dita. Bahkan ia sempat salah sangka terhadap sifat yang tergambar dari karakter yang diperankannya tersebut.
"Awalnya saya melihat Dita materialistis," kata Marsha.
"Namun semakin saya dalami, dia justru mengolah duka menjadi sesuatu yang berguna bagi orang lain." Perjalanan Dita, menurut Marsha Timothy, adalah tentang bagaimana seorang perempuan memaknai kembali hidup setelah kehilangan besar.
Selain Marsha, perasaan emosional yang dirasakan oleh Adhisty Zara. "Aku belum pernah merasakan kehilangan sebesar itu sebelumnya," ujar Zara.
"Tapi dalam prosesnya aku belajar bahwa setiap orang punya cara sendiri untuk melewati duka." lanjutnya.
Tak mengherankan apabila Adhisty Zara merasakan hal demikian. Sebab, Zahra memang diceritakan menyembunyikan kesedihan di balik senyuman, sementara ia sekaligus juga menemukan sosok pengganti figur ayah dalam diri Rawa.