Indonesia belum pernah tampil di Piala Dunia. Talenta sepak bola tanah air baru sebatas nyaris untuk beraksi di ajang terakbar empat tahunan tersebut.
Contohnya pada 1958. Saat itu Indonesia diunggulkan lolos sebagai wakil Asia-Afrika untuk Piala Dunia yang digelar di Swedia.
Sayangnya Indonesia mundur setelah lolos dari babak pertama kualifikasi. Alasannya lawan di babak kedua, Israel tidak mendengar tuntutan Indonesia untuk bertanding di tempat netral. PSSI sendiri enggan bermain di Israel karena alasan politis dan keamanan karena situasi yang tak aman seusai ribut-ribut nasionalisasi Terusan Suez setahun sebelumnya.
Edisi berikutnya Piala Dunia digelar di Cile pada 1962. Namun, PSSI memilih mundur sebelum bertanding karena di kualifikasi bertemu Korea Selatan, negara yang belum menjadi teman di gelanggang politik. Adapun alasan lainnya yang bisa dipahami saat itu karena Indonesia fokus dengan Asian Games yang hendak digelar di Jakarta.
Keseriusan untuk tampil di Piala Dunia kemudian diperlihatkan menjelang Asian Games Jakarta 1962. Setelah Menteri Olahraga Maladi diangkat sebagai Wakil Presiden FIFA, PSSI menegaskan mengajukan Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia 1970.
Maladi Wapres FIFA
Karier Maladi melejit pada awal 1960-an. Berawal dari Ketua PSSI, mantan pesepak bola asal Kota Solo itu kemudian diangkat Presiden Sukarno menjadi Menteri Penerangan.
Perubahan susunan kabinet lalu dilakukan pemerintah Indonesia pada Maret 1962 di mana Maladi diserahkan jabatan Menteri Olahraga. Semenjak itu namanya pun semakin santer terdengar mengingat isu keolahragaan sering diberitakan karena akan digelarnya Asian Games di Jakarta.
Maladi kian menjadi orang terpandang khususnya di sepak bola internasional. Pada 27 Mei 1962, ia terpilih sebagai salah satu Wakil Presiden FIFA dalam Kongres FIFA ke-33 yang digelar di Santiago, Cile.
“Di antara delapan wakil presiden federasi tersebut termasuk Menteri Olahraga Indonesia, R. Maladi dan A. Mustafa dari Mesir. Yang lainnya adalah Granatkin (Uni Soviet), Barassi (Italia), Cavan (Irlandia Utara), Schwartz (Denmark), Pociucici (Uruguay), dan Maduro (Curacao),” lapor Aneka, dikutip Good News From Indonesia dari artikel berjudul “Menteri Maladi Djadi Wakil Presiden FIFA” dalam edisi 2 Juni 1962 majalah tersebut.
Pengajuan PSSI ke FIFA
Sejak 1960, kabar persiapan sepak bola Indonesia mengikuti Piala Dunia nyaris tidak ada atau tak senyaring persiapan menuju Olimpiade atau Asian Games. Namun, setelah diangkatnya Maladi, situasinya menjadi lain.
Kabar mengenai Piala Dunia kembali menyeruak. Tidak sebatas ingin ikut sebagai peserta, Indonesia malahan merasa siap tampil sebagai tuan rumah!
Ketua PSSI, Abdulwahab Djojohadikusumo membenarkan kabar itu pada Juli. Ia meyakini kans Indonesia menjadi tuan rumah terbuka karena Presiden FIFA terpilih, Sir Stanley Rous bersedia hadir untuk inspeksi sekaligus merapatkan usul tersebut saat Asian Games digelar.
“Menurut Abdulwahab Djojohadikusumo, Sir Stanley Rous dan salah seorang Wakil Ketua FIFA dari Italia, Barassi bulan depan akan datang ke Indonesia untuk menyaksikan pesta olahraga se-Asia, dan ada kemungkinan usul Indonesia itu akan dibicarakan juga,” terbilang dalam artikel Antara berjudul “Kedjuaraan Dunia Tahun 1970 di Indonesia?”.
Kongres FIFA di Jakarta
Sesuai perkataan Abdulwahab, Sir Stanley Rous hadir di Indonesia menjelang pembukaan Asian Games. Untuk pertama kalinya Kongres FIFA pun digelar di Jakarta pada 28 Agustus.
Didiskusikanlah ketertarikan Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia 1970 saat itu juga. Stanley Rous sendiri seusai sambutan menilai peluang negara Asia seperti Indonesia terbuka, asal fasilitas terpenuhi dan seluruh anggota FIFA dilibatkan dalam perhelatan.
Pengajuan PSSI sudah didengar baik-baik oleh FIFA dalam kongres tersebut. Akan tetapi, Indonesia mesti bersabar menunggu keputusan akhir karena FIFA baru memilih tuan rumah dalam Olimpiade Tokyo 1964. Selagi menunggu, Abdulwahab semakin yakin Indonesia terpilih sebagai tuan rumah karena menurutnya penyelenggaraan Asian Games di Jakarta membawa kesan baik bagi Stanley Rous.
“Sir Stanley Rous menurut Abdulwahab telah menyatakan keyakinannya kepada pimpinan PSSI bahwa tokoh organisasi sepak bola dunia itu mendapat kesan Indonesia mampu menjadi tuan rumah itu antara lain didasarkan kepada kemampuan bangsa Indonesia dalam melaksanakan pesta olahraga Asia ke-IV,” lapor Aneka dalam artikel “Usul Indonesia Akan Dibitjarakan FIFA di Tokio” edisi 1 September 1962.
Mimpi Jadi Tuan Rumah Sirna
Asian Games 1962 sukses besar meskipun diwarnai kontroversi. Pangkal masalahnya ialah tidak disertakannya Israel dan Taiwan yang sejatinya masuk dalam Asian Games Federation (AGF).
Tidak dilibatkannya dua negara tersebut karena alasan politis yaitu tidak adanya hubungan diplomatik. Indonesia sendiri memegang prinsip One China Policy (Kebijakan Satu Tiongkok) sehingga tidak bisa menerima kunjungan Taiwan. Sementara itu, Indonesia berusaha menjaga hubungan baik dengan negara Arab yang kerap berseteru dengan Israel.
Keputusan itu pun ada konsekuensinya bagi Indonesia. Komite Olimpiade Internasional (IOC) lalu menjatuhkan pelarangan atlet Indonesia beraksi di Olimpiade per Februari 1963.
Alhasil, Indonesia tidak tampil di Olimpiade Tokyo 1964. Meskipun pelarangan dicabut menjelang ajang itu dibuka, perwakilan Indonesia tetap tidak hadir di Tokyo yang dijadikan tempat digelarnya Kongres FIFA ke-34.
Panasnya perseteruan dengan IOC dan sikap politik yang dianut tampaknya membuat FIFA sulit menerima pengajuan Indonesia untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia 1970. FIFA pun memberikan status tuan rumah kepada Meksiko setelah mengalahkan Argentina dengan 56 suara dalam sebuah pemilihan di kongres tersebut.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News