beringin minahasa atau langusei rumah bagi satwa endemik sulawesi - News | Good News From Indonesia 2025

Beringin Minahasa atau Langusei, Rumah bagi Satwa Endemik Sulawesi

Beringin Minahasa atau Langusei, Rumah bagi Satwa Endemik Sulawesi
images info

Beringin Minahasa atau Langusei, Rumah bagi Satwa Endemik Sulawesi


Sulawesi Utara menyimpan kekayaan hayati yang tak ternilai. Salah satu flora yan berharga adalah Beringin Minahasa, atau yang dikenal secara lokal sebagai Langusei atau Longusei. 

Pohon yang ditetapkan sebagai maskot flora Provinsi Sulawesi Utara ini bukan sekadar tumbuhan biasa, melainkan pusat dari mikrokosmos yang telah lama bersimbiosis dengan kehidupan masyarakat dan satwa di sekitarnya.

Secara ilmiah, pohon ini diklasifikasikan sebagai Ficusminahassae (Miq.), sebuah nama yang diberikan oleh ahli botani Belanda, Johannes Elias Teijsmann, pada tahun 1867. 

Klasifikasinya menempatkannya dalam Kingdom: Plantae; Divisi: Magnoliophyta; Kelas: Magnoliopsida; Ordo: Rosales; Famili: Moraceae; Genus: Ficus; dan Spesies: Ficus minahassae

Famili Moraceae menandakan bahwa Langusei adalah kerabat dekat pohon ara, beringin (Ficusbenjamina), dan nangka.

Beda dengan beringin umumnya

Meski berkerabat dekat dengan beringin pada umumnya, Ficus minahassae memiliki sejumlah karakteristik pembeda yang sangat mencolok. 

Pertama, dari segi ukuran, Langusei termasuk pohon berukuran sedang dengan tinggi sekitar 15 meter, lebih pendek dibandingkan beringin biasa yang bisa tumbuh menjadi raksasa. Tajuknya sangat rindang dan lebat, dengan cabang-cabang yang banyak, menciptakan kanopi yang padat.

Ciri khas yang paling mencolok adalah kulit batangnya. Permukaan kulit batang Langusei halus dan mudah terkelupas. Saat kering, kulit yang terkelupas ini memperlihatkan serat-serat yang lembut, halus, ulet, dan kuat. 

Sifat serat inilah yang pada masa lalu dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai bahan pembuat pakaian tradisional dan tali yang awet.

Daun Langusei berukuran relatif kecil, berbentuk bulat telur dengan ujung yang lancip. Namun, keunikan sesungguhnya terletak pada struktur reproduksinya. 

Seperti jenis Ficus lainnya, Langusei memiliki perbungaan yang unik disebut syconium. Bunganya tidak terlihat karena tersembunyi di dalam struktur bongkol hijau yang tampak seperti buah. 

Perbungaannya ini muncul secara kauliflori, yaitu tumbuh langsung dari batang utama, seringkali dimulai dari dekat tanah hingga ke cabang-cabang utamanya.

Bongkol-bongkol bunga ini menjuntai ke bawah dengan tangkai yang panjang, bisa mencapai lebih dari satu meter, menciptakan pemandangan yang sangat memesona. 

"Buah" yang dilihat sebenarnya adalah dasar bunga majemuk yang membengkak, dan di dalamnya lah proses penyerbukan yang rumit, yang biasanya tergantung pada tawon ara spesifik, terjadi.

baca juga

Rumah bagi Organisme Lain

Langusei memainkan peran ekologis yang sangat vital sebagai "pohon kehidupan". Buahnya yang melimpah dan tersedia sepanjang tahun menjadi sumber pangan penting bagi berbagai satwa langka dan endemik Sulawesi. 

Burung Rangkong Sulawesi atau Kangkareng Sulawesi (Rhabdotorrhinusexarhatus), yang merupakan satwa yang terancam punah, sangat bergantung pada buah Langusei. Begitu pula dengan Burung Rangkong Sulawesi (Rhyticeroscassidix) dan burung kecil seperti Cabai Panggul Kuning (Dicaeumaureolimbatum).

Tidak hanya bagi avifauna, mamalia endemik seperti Monyet Hitam Sulawesi (Macacamaura) juga menjadikan buah Langusei sebagai salah satu makanan favorit mereka.

Dengan menyediakan sumber pangan yang kritis, keberadaan Langusei membantu menopang populasi satwa-satwa kunci ini, sehingga menjamin keseimbangan rantai makanan di dalam hutan.

Pohon ini adalah contoh nyata dari sebuah spesies payung (umbrella species); melestarikannya berarti turut melindungi seluruh komunitas satwa yang bergantung padanya.

Pemanfaatan Tradisional: Dari Obat hingga Sandang

Hubungan antara masyarakat Sulawesi Utara dengan Langusei telah terjalin secara turun-temurun, menciptakan sebuah warisan etnobotani yang kaya. Berdasarkan data etnofarmakologi, hampir seluruh bagian tumbuhan ini memiliki khasiat. 

Dalam tradisi Minahasa, daun Langusei sering digunakan sebagai campuran obat tradisional. Buahnya yang manis juga dimanfaatkan sebagai campuran minuman tradisional, menambah cita rasa dan kemungkinan nilai kesehatannya.

Pengetahuan tentang khasiat Langusei bahkan menyebar hingga ke suku Higaonon Rogongon di Mindanau, Filipina selatan, yang menunjukkan persebaran historis pengetahuan tradisional ini. 

Menurut praktik mereka, akar Langusei direbus dan air rebusannya diminum tiga kali sehari untuk meningkatkan produksi ASI pada ibu menyusui dan untuk menghilangkan nyeri otot. 

Sementara itu, daunnya dipanaskan di atas bara api, kemudian ditumbuk dan dicampur dengan minyak kelapa. Ramuan ini dioleskan langsung pada kulit untuk menyembuhkan bisul dan memar, menunjukkan sifat anti-inflamasi dan analgesiknya. 

Kulit kayunya yang berserat halus dan kuat, seperti telah disinggung, pada masa lalu menjadi bahan baku pembuatan pakaian dan tali, menunjukkan pemanfaatan yang berkelanjutan dan serba guna.

Konservasi Langusei

Persebaran alami Langusei meliputi kawasan Minahasa, Kepulauan Sitaro, Sangihe, Talaud, hingga Filipina selatan. Keberhasilannya dibudidayakan di Kebun Raya Bogor sejak zaman kolonial Belanda menunjukkan daya adaptasinya. 

Namun, seperti banyak spesies kunci lainnya, habitat alaminya menghadapi tekanan dari alih fungsi lahan. Upaya konservasi yang berkelanjutan sangat diperlukan untuk memastikan bahwa maskot Minahasa ini terus menjalankan perannya sebagai penjaga ekosistem dan apotek hidup bagi generasi mendatang. 

Kehadirannya yang digambarkan dalam perangko 500 rupiah pada 1998 adalah pengakuan akan nilai nasionalnya, sebuah pengakuan yang perlu diteruskan dalam bentuk perlindungan nyata di alam liar.

baca juga

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Firdarainy Nuril Izzah lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Firdarainy Nuril Izzah.

FN
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.