anggrek larat hijau bunga dari gunungkidul yang menempel di pohon mahoni - News | Good News From Indonesia 2025

Anggrek Larat Hijau, Bunga dari Gunungkidul yang Menempel di Pohon Mahoni

Anggrek Larat Hijau, Bunga dari Gunungkidul yang Menempel di Pohon Mahoni
images info

Anggrek Larat Hijau, dengan nama ilmiah Dendrobiumcapra, adalah spesies anggrek epifit yang termasuk dalam famili Orchidaceae. Klasifikasinya menempatkannya dalam genus Dendrobium, yang merupakan salah satu genus anggrek terbesar dan paling beragam di dunia. 

Status konservasinya sangat memprihatinkan. International Union for Conservation of Nature (IUCN) mencantumkannya sebagai spesies Endangered atau terancam punah. Selain itu, anggrek ini juga termasuk dalam Appendix II CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora).

Itu artinya, yang berarti perdagangan internasional anggrek harus dikontrol ketat untuk menghindari eksploitasi yang mengancam kelangsungan hidupnya. Anggrek ini merupakan tanaman endemik Pulau Jawa, yang biasanya ditemukan di wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Ciri Khas Anggrek Larat Hijau

Anggrek Larat Hijau memiliki karakteristik fisik yang membedakannya dari anggrek lainnya. Batangnya (pseudobulb) tumbuh tegak dan kaku, dengan bentuk yang mengecil di bagian ujung dan pangkal, sementara bagian tengahnya sedikit membengkak. 

Rata-rata, panjang batangnya dapat mencapai 40 cm. Daunnya yang berdaging dan kaku berwarna hijau tua, berbentuk oval dengan ujung runcing. Ukuran daunnya cukup bervariasi, dengan panjang antara 7,15 hingga 15 cm dan lebar 1,5 hingga 2 cm.

Keindahannya semakin tampak saat memasuki masa berbunga. Bunganya yang berukuran kecil, sekitar 2,5 hingga 3 cm, memiliki warna yang unik dan menawan, yaitu hijau muda hingga kekuningan. Masa berbunga terjadi antara bulan Agustus hingga Desember, memamerkan keelokan yang kontras dengan dedaunan hijau tuanya.

Dimana Habitat Anggrek Larat Hijau?

Anggrek Larat Hijau adalah contoh tanaman yang tangguh dan beradaptasi dengan baik di lingkungan tertentu. Spesies ini menyukai habitat yang kering dengan intensitas cahaya matahari yang cukup. Sebagai tanaman epifit, ia hidup menempel pada batang pohon inang tanpa merugikan pohon tersebut. 

Temuan terbaru di Gunungkidul menunjukkan bahwa pohon mahoni (Swieteniamahagoni) dan pohon jambu air (Syzygiumaqueum) menjadi inang favoritnya. Ia sering ditemukan menempel di bagian atas kanopi pohon, sebuah strategi untuk mendapatkan akses cahaya matahari yang optimal untuk proses fotosintesis dan pertumbuhannya.

Baca juga Anggrek Larat Pesona Tanaman Endemik Langka dari Maluku

Kisah Penemuan Anggrek Larat Hijau

Kisah penemuan populasi Anggrek Larat Hijau ini merupakan sebuah cerita tentang ketelitian dan dedikasi dalam ilmu pengetahuan. Pada April 2024, Tim Program Kreativitas Mahasiswa bidang Riset Eksakta (PKM-RE) yang bernama D'Caprangers dari Fakultas Biologi UGM mendapatkan informasi dari warga sekitar tentang keberadaan anggrek di sebuah hutan produktif di Kapanewon Playen, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Dipimpin oleh Syafira Nurul Aisya, tim tersebut kemudian melakukan verifikasi dan identifikasi. Hasilnya sungguh mengejutkan: anggrek yang dilihat warga ternyata adalah Dendrobium capra, spesies yang sangat langka. 

Dalam kunjungan mereka pada Mei 2024, tim yang beranggotakan juga Dary Saka Fitrady, Astrid Rayna Afandi, dan Nimas Sukma Puspita ini berhasil mendokumentasikan setidaknya 103 individu anggrek dalam berbagai fase pertumbuhan.

Dary Saka Fitrady menjelaskan bahwa saat kunjungan Mei, anggrek-anggrek tersebut belum berbunga karena masa bunganya dimulai pada Agustus. Astrid Rayna Afandi menambahkan bahwa dari 103 individu tersebut, fase pertumbuhannya terbagi menjadi tiga: juvenile (muda), immature (remaja), dan mature (dewasa), dengan jumlah terbanyak berada pada fase mature. Temuan ini sangat penting mengingat lokasinya adalah hutan produktif yang mudah diakses masyarakat, sehingga rentan terhadap gangguan dan pengambilan secara ilegal.

Dorong Pelestarian Anggrek

Penemuan oleh Tim D'Caprangers UGM ini lebih dari sekadar prestasi akademis; ini adalah alarm peringatan. Keberadaan 103 individu Anggrek Larat Hijau di Gunungkidul adalah secercah harapan, tetapi juga sebuah tantangan besar. 

Statusnya yang terancam punah dan lokasinya yang mudah dijangkau menuntut tindakan konservasi segera. Syafira dan timnya berharap agar temuan ini disebarluaskan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dan mendorong peneliti lain serta pemerintah untuk turun tangan melindungi populasi terakhir dari permata hijau endemik Jawa ini. 

Melestarikan Anggrek Larat Hijau bukan hanya tentang menyelamatkan satu spesies, tetapi juga tentang menjaga keseimbangan ekosistem dan warisan biodiversitas Indonesia untuk generasi mendatang.

Baca juga Anggrek Biru Raja Ampat, Harta Karun Biodiversitas dari Indonesia Timur

 

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Firdarainy Nuril Izzah lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Firdarainy Nuril Izzah.

FN
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.