Di tengah derasnya arus informasi dan perkembangan teknologi, cara manusia menulis dan membaca telah berubah drastis.
Kini, menulis tidak lagi terbatas pada kertas atau buku cetak. Platform digital seperti Instagram, Twitter, Facebook, hingga Wattpad menjadi wadah baru bagi generasi muda untuk mengekspresikan diri melalui tulisan.
Perubahan ini bukanlah ancaman, melainkan peluang bagi mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia untuk menunjukkan bahwa literasi tetap hidup dan relevan di dunia digital.
Kawan GNFI, dunia digital membuka ruang luas bagi siapa pun untuk menulis, membaca, dan berbagi gagasan. Namun, di sisi lain, banjir informasi juga memunculkan tantangan baru: konten dangkal, berita palsu, dan penurunan minat baca.
Dalam situasi seperti inilah peran mahasiswa Bahasa Indonesia menjadi penting. Mereka tidak hanya belajar menulis dengan benar menurut kaidah Ejaan yang Disempurnakan (EYD), tetapi juga belajar menulis dengan nilai dan makna.
Banyak mahasiswa kini memanfaatkan media sosial untuk berbagi karya menulis kreatif baik berupa puisi pendek, cerita mini, maupun refleksi personal.
Contohnya, akun Instagram seperti @aksarakampus sering mengunggah karya mahasiswa berupa puisi visual yang dikombinasikan dengan foto-foto estetis. Cara ini terbukti efektif menarik minat pembaca muda yang lebih akrab dengan dunia visual.
Menulis kreatif di era digital bukan hanya tentang gaya, tetapi juga tentang pesan dan nilai. Mahasiswa Pendidikan Bahasa Indonesia, misalnya, sering menulis tentang isu sosial dengan bahasa yang ringan namun bermakna. Cerpen bertema toleransi, puisi tentang alam, atau esai pendek tentang literasi menjadi bentuk nyata kontribusi mereka terhadap masyarakat.
Kawan GNFI tentu sepakat bahwa literasi bukan sekadar kemampuan membaca dan menulis, melainkan juga kemampuan berpikir kritis dan berempati. Dengan menulis di media digital, para mahasiswa belajar memahami pembaca yang beragam, menyusun ide dengan rapi, dan menyampaikan pesan yang membangun. Di sinilah seni menulis kreatif menemukan relevansinya: menghubungkan emosi, logika, dan keindahan bahasa.
Beberapa kampus di Indonesia kini memiliki komunitas literasi digital yang aktif. Misalnya, Komunitas Pena Muda di Universitas Negeri Yogyakarta atau Forum Sastra Kampus Indonesia yang sering mengadakan lomba menulis daring. Komunitas seperti ini menjadi wadah mahasiswa untuk saling berbagi karya, belajar dari sesama penulis, sekaligus mengasah kemampuan mengedit dan menerbitkan tulisan secara mandiri.
Tak jarang pula karya mereka diunggah di platform terbuka seperti Wattpad atau Medium, bahkan dibacakan lewat podcast di Spotify dan YouTube. Kawan GNFI dapat menemukan salah satu contohnya di kanal YouTube Suara Aksara, tempat mahasiswa membacakan puisi dan monolog pendek hasil kelas Menulis Kreatif. Media digital menjadi jembatan antara karya kampus dan masyarakat luas.
Di tengah kebebasan dunia maya, mahasiswa Bahasa Indonesia juga memiliki tanggung jawab moral menjaga marwah bahasa dan etika berkomunikasi. Penggunaan bahasa baku di media sosial tidak harus kaku, asalkan tetap sopan dan komunikatif. Melalui unggahan-unggahan edukatif, para mahasiswa turut mengingatkan pengguna internet bahwa bahasa Indonesia bisa tetap indah, modern, dan gaul tanpa kehilangan tata bahasa yang benar.
Salah satu inisiatif menarik datang dari proyek kampus bertajuk #BahasaBaikItuAsik, yang mengajak anak muda menulis caption positif dengan diksi yang kreatif namun tetap sesuai kaidah EYD. Gerakan kecil ini membuktikan bahwa literasi digital bukan hanya soal teknologi, melainkan soal sikap.
Melalui Menulis Kreatif di era digital, mahasiswa Bahasa Indonesia membuktikan bahwa literasi bukan barang kuno. Mereka menulis, berbagi, dan menginspirasi lewat berbagai platform dengan semangat positif. Inilah bentuk literasi yang hidup fleksibel terhadap zaman namun tetap berakar pada nilai budaya bangsa.
Kawan GNFI, menulis di dunia digital bukan sekadar membagikan kata-kata, melainkan menyebarkan semangat berpikir, berkarya, dan berbuat baik. Karena di balik setiap tulisan yang jujur dan bernilai, ada niat untuk membuat Indonesia menjadi tempat yang lebih melek literasi dan kaya inspirasi.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News