Gunungkidul identik dengan wisata pantai yang indah dan memanjakan mata. Namun, ada satu desa yang jarang terdengar dan memiliki wisata alam juga sejarah yang menawan, Desa Genjahan. Desa yang masuk dalam salah satu Desa Sejahtera Astra Kabupaten Gunungkidul ini mulai melebarkan sayap dengan membuat Desa Wisata Tlatah Pari Genjahan.
Berdirinya Desa Genjahan ditandai dengan perubahan sistem pemerintahan dari Kademangan ke Kalurahan pada 1912. Kalurahan Genjahan sendiri resmi berdiri pada Rabu Wage 28 Agustus 1912 yang terdiri atas Dusun Pati, Dusun Genjahan, Dusun Susukan, Dusun Simo, Dusun Kerjo dan Dusun Tanggulangin. Setiap hari Rabu Wage Kalurahan Genjahan selalu mengadakan rapat rakyat atau rapat kepala keluarga. Rapat yang dilakukan setiap hari Rabu Wage ini selanjutnya dikenal dengan sebutan rapat wong sewu.
Nama Tlatah Pari yang digunakan Desa Wisata Tlatah Pari Genjahan bukan tanpa alasan. Dalam Bahasa Jawa Tlatah berarti tanah dan Pari berarti Beras. Penamaan ini merujuk pada kemampuan Desa Genjahan sebagai satu-satunya wilayah di Gunungkidul yang sawahnya tetap bisa ditanami ketika kemarau.
Hamparan sawah hijau yang menyejukkan mata ini bisa Kawan lihat langsung ketika memasuki Bulak Jolontoro. Di obyek wisata ini, Kawan bisa merasakan udara sejuk khas pedesaan dan mendengarkan gemericik air yang menenangkan. Keindahan matahari terbenam yang muncul saat senja juga menambah suasana syahdu.
Kesuburan tanah Genjahan tidak terbatas pada sawah yang bisa panen selama empat kali dalam setahun. Desa Wisata Tlatah Pari Genjahan juga memiliki Kebun Buah Jambu dan Durian yang menghampar dan digunakan menjadi agrowisata. Kawan tidak hanya bisa merasakan manisnya buah yang dipetik langsung, tapi juga bisa belajar tentang pembuatan pupuk organik dan budidaya tanaman buah.

Tampak Depan Rumah Tradisional Sri Mujiyati
Pesona Desa Wisata Tlatah Pari Genjahan juga terpancar dari wisata sejarahnya. Salah satunya adalah Rumah Tradisional Sri Mujiyati yang sudah berdiri sejak 1817. Rumah yang terbuat dari kayu jati dan memiliki ornamen ukiran khas ini pernah menjadi tempat singgah Jenderal Soedirman pada masa perang gerilya tepatnya tahun 1947.
Rumah yang terbuat dari jati kuno ini memiliki ornamen ukiran yang unik berbentuk flora, fauna, dan geometri. Rumah ini secara garis besar memiliki 4 bagian yang tampak jelas yaitu bangunan lintring, omah mburi atau bangunan utama, bangunan gandhok kiwo yang berfungsi sebagai dapur dan kamar mandi serta sumur tua. Saat ini, semua peralatan yang digunakan oleh Jenderal Soedirman dari rumah Sri Mujiyati telah dijadikan koleksi Museum Benteng Vredeburg Yogya.
Desa Wisata Tlatah Pari Genjahan juga memiliki rumah lain yang juga dijadikan obyek wisata, Rumah Kromopawiro. Rumah yang berdiri sejak 1918 ini merupakan tempat tinggal sekaligus kantor pemerintahan desa saat itu, Kromoprawiro. Bangunan rumah yang masih berdiri tegak ini awalnya terdiri atas bangunan joglo, serambi joglo, lintring, limasan, gandhok dan dapur. Saat ini, hanya tersisa lintring, limasan, gandhok dan dapur yang masih terlihat jelas ketika berkunjung.
Pesona alam yang memanjakan mata dan bangunan bersejarah yang tetap berdiri kokoh merupakan bukti kemampuan Desa Wisata Tlatah Pari Genjahan menjaga alam dan warisan sejarah. Selain itu, terpilihnya Desa Genjahan sebagai salah satu Desa Sejahtera Astra dari Gunungkidul juga merupakan bukti lain yang bisa dirasakan langsung. Sinergi yang apik antar para pemangku kepentingan seperti pemerintah, warga setempat dan pihak swasta merupakan hal penting dan perlu dijalankan secara berkelanjutan.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News