belajar tetap hidup di balik tugas dan deadline - News | Good News From Indonesia 2025

Belajar Tetap Hidup di Balik Tugas dan Deadline

Belajar Tetap Hidup di Balik Tugas dan Deadline
images info

Belajar Tetap Hidup di Balik Tugas dan Deadline


Siapa, sih, mahasiswa yang nggak pernah merasa dikejar-kejar tugas? Siapa yang nggak pernah ngerasainngerjain laporan sampai jam 3 pagi, terus paginya masih harus masuk kelas? Rasanya baru saja menghela napas setelah mengumpulkan satu tugas, besoknya sudah ada deadline baru lagi.

Perkuliahan memang identik dengan jadwal yang padat, tumpukan tugas, dan ujian yang sering membuat kepala penuh. Namun, di balik itu semua, ada pertanyaan penting: apakah kita benar-benar masih hidup dengan tenang atau hanya “bertahan hidup” di balik tugas dan deadline?

Tugas dan Deadline, Sumber Stress Mahasiswa

Tugas yang mepet dengan deadline sering kali membuat mahasiswa mengalami rasa takut akibat adanya tugas dan laporan dengan tenggat waktu yang cukup ketat. Akibatnya, mahasiswa menjadi gampang stres, mental terganggu, bahkan prestasi akademik ikut turun.

Mahasiswa kerap kali dituntut untuk tidak hanya berhasil secara akademik, tetapi juga harus mampu menjaga keseimbangan hidup untuk menjaga kesehatan mentalnya dan menghindari beban psikologis.

Penelitian yang dilakukan oleh Ambarwati, dkk. (2019) menemukan bahwa mahasiswa di era sekarang banyak yang mengalami tingkat stres tinggi, akhirnya berdampak pada keterlambatan penyelesaian studi dan menunda kelulusan. Bahkan tak sedikit pula mahasiswa yang mengakhiri hidupnya akibat tak kuat dengan tekanan dari dunia perkuliahan.

Hidayati dan Harsono (2021) menyatakan, stres memiliki dua wajah; ia bisa menjadi pemicu beban psikologis, tetapi juga bisa dijadikan motivasi. Artinya, jika Kawan mampu mengelola stres dengan baik akibat tugas dan deadline yang mepet, ini justru bisa mendorongmu menjadi lebih produktif.

Sebaliknya, jika pengelolaannya salah, stres bisa menjadi beban mental yang menguras energi. Sayangnya, banyak mahasiswa yang belum menemukan strategi sehat untuk menghadapi tekanan ini.

baca juga

Manajemen Waktu

Lantas, bagaimana cara mengelola stres? Kuncinya ada di manajemen waktu. Tentukan prioritas, lalu disiplin menjalankannya.

Menurut Syelviani (2020), manajemen waktu dan disiplin diri menjadi kunci untuk menghadapi deadline tanpa kehilangan kendali. Faktanya, banyak mahasiswa masih mengandalkan “sistem kebut semalam”. Hasilnya, bukannya produktif, tapi tubuh kelelahan dan mental makin drop.

Manajemen waktu bukan berarti harus kaku. Cukup mulai dengan menyusun prioritas sederhana: kerjakan dulu tugas yang paling mendesak, lalu sisihkan waktu untuk istirahat. Dengan disiplin pada jadwal kecil, beban besar bisa terasa lebih ringan.

Belajar, tapi Hidup Harus Tetap Jalan

ilustrasi mengerjakan tugas kuliah
info gambar

ilustrasi mengerjakan tugas kuliah | Foto: Dokumentasi Pribadi/Fatiya Nur Adilla


Kehidupan mahasiswa jelas bukan cuma soal nilai di atas kertas. Ada organisasi, ada pertemanan, bahkan ada juga yang bekerja untuk membantu ekonomi keluarga. Kondisi ini sering menimbulkan dilema: harus fokus ke kuliah atau tetap aktif di luar kelas?

Sebagai contoh, ikut keorganisasian kampus bisa menjadi ajang melatih soft skill, seperti kepemimpinan dan kerja sama, yang berguna di dunia kerja. Di sisi lain, nongkrong bareng teman atau memberi self-reward setelah seharian belajar juga penting untuk menjaga kewarasan.

Keduanya sebenarnya bisa berjalan beriringan asal Kawan tahu batasan dan cara mengatur prioritas.

Self-reward boleh dilakukan, tapi jangan sampai mengganggu tugas. Nongkrong dengan teman itu sehat, asal tetap ingat ada deadline yang harus diselesaikan.

Membuat skala prioritas sederhana—mana tugas yang paling mendesak dan mana yang bisa menunggu—akan membantu mengelola waktu tanpa kehilangan momen berharga bersama teman atau organisasi.

Dengan cara ini, mahasiswa tidak hanya sekadar “bertahan hidup” di balik deadline, tetapi juga mampu merasakan kepuasan dan kesejahteraan psikologis. Menurut Gisela, dkk. (2025), kesejahteraan psikologis tercapai ketika seseorang mampu menjaga keseimbangan hidup, menentukan prioritas, dan tetap tangguh menghadapi tekanan.

Tips Bertahan Hidup di Balik Deadline

Banyak mahasiswa yang merasa bersalah ketika mereka tidak selalu fokus ke tugas. Padahal, belajar untuk hidup seimbang justru membuat Kawan lebih tahan banting menghadapi tekanan.

Nah, kalau tugas datang bertubi-tubi, apa yang bisa dilakukan? Beberapa hal sederhana ini bisa menjadi strategi bertahan hidupmu:

  • Atur waktu dengan realistis: buat jadwal kecil yang bisa dikerjakan per hari. Jangan menunggu hingga dekat tenggat waktu.
  • Pahami prioritas: tidak semua tugas harus sempurna; yang penting selesai dulu sesuai target.
  • Istirahat yang cukup: sesekali bergadang boleh-boleh saja, tapi jangan dijadikan kebiasaan. Otakmu butuh tidur untuk memproses informasi.
  • Cari support system: teman, keluarga, atau komunitas bisa menjadi tempat curhat sekaligus penyemangat.
  • Self-reward: setelah selesai deadline, jangan sungkan untuk menghadiahkan diri sendiri penghargaan kecil, entah itu menonton film, jalan-jalan, atau sekadar tidur siang yang panjang.

Dengan menerapkan hal di atas, mahasiswa yang bisa mengatur waktu dengan baik dan tetap menjaga keseimbangan hidup akan lebih produktif dan cenderung lebih bahagia.

Jadi, bukan soal seberapa sibuk kita, tapi tentang kemampuan kita mengelola kesibukan itu. Tips ini kelihatannya sederhana, tetapi kalau dijalani secara konsisten, kehidupan kuliahmu bisa terasa lebih ringan.

Penutup: Bukan Hanya Soal Nilai

Pada akhirnya, menjadi mahasiswa memang identik dengan perjuangan di balik tugas dan deadline. Namun, jangan sampai itu membuat kita lupa bahwa hidup harus tetap berjalan. Nilai dan IPK memanglah penting, tetapi kesehatan fisik dan mental jauh lebih berharga.

Belajar hidup seimbang antara kuliah, organisasi, dan istirahat adalah kunci agar kita bisa bertahan, bukan sekadar bertahan hidup. Karena di balik setiap deadline, ada kita yang sedang tumbuh, belajar, dan mempersiapkan diri untuk masa depan.

Jadi, jangan hanya mengejar nilai, tetapi juga menjaga diri sendiri. Nilai bisa dikejar, tapi kesehatan mental dan fisik nggak ada gantinya.

baca juga

Referensi:

  • Ambarwati PD, Pinilih SS, Astuti RT. 2019. Gambaran tingkat stres mahasiswa. Jurnalkeperawatan jiwa. 5(1): 40.https://doi.org/10.26714/jkj.5.1.2017.40-47
  • Gisela ES, Kinkie EA, Sabbilla A, Subroto U. 2025. Pengaruh stres akademik terhadap kesejahteraan psikologis mahasiswa semester akhir yang terlambat lulus. AKADEMIK: Jurnal Mahasiswa Humanis. 5(1): 331–341. https://doi.org/10.37481/jmh.v5i1.1179
  • Hidayati LN, Harsono M. 2021.Tnjauan literatur mengenai stress dalam organisasi. JurnalIlmu Manajemen. 18(1): 20-30. https://journal.uny.ac.id/index.php/jim/article/view/39339/15281
  • Syelviani M. 2020. Pentingnya manajemen waktu dalam mencapai efektivitas bagi mahasiswa (studi kasus mahasiswa program studi manajemen unisi). 6(1):23-32

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

FN
FS
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.