Tren budidaya dan pisang cavendish semakin meningkat di Pulau Jawa. Bagaimana tidak? Pisang ini adalah jenis pisang yang sangat populer di pasar lokal hingga global. Maka dari itu, orang-orang semakin tertarik untuk menjadi petani pisang cavendish untuk meraup keuntungan.
Pisang cavendish merupakan pisang yang asalnya dari Mauritius di Afrika Timur. Pisang ini dibawa oleh bangsawan Inggris bernama William Cavendish dan dikembangkan oleh Joseph Paxton, temannya. Setelah itu, barulah bibit pisang ini disebarluaskan, bahkan sampai ke Indonesia.
Pisang cavendish dinilai memiliki harga jual yang tinggi karena banyaknya permintaan pasar. Kepopulerannya dapat dilihat dari hampir setiap pasar ada buah ini menunggu untuk diambil. Selain itu, pisang ini juga menjadi komoditi andalan untuk diimpor dan ekspor.
Dalam memelihara pisang ini butuh kecermatan pada jumlah air, jarak antarpohon, hingga pemupukan. Untuk mendapatkan hasil yang memuaskan butuh penjagaan yang ekstra.
Pengembangan Budidaya Pisang Cavendish di Sragen
Kabupaten Sragen, salah satu daerah di Jawa Tengah, menjadi salah satu tempat perkebunan pisang cavendish. Pengelolaan dan budidaya pisang ini dikembangkan oleh Majelis Pemberdayaan Muhammadiyah (MPM) Sragen.
Ribuan pohon pisang tertanam di wilayah ini dengan menghasilkan panen yang fantastis. Hasil panennya bahkan sangat mencukupi untuk memenuhi kebutuhan pasar, bahkan bisa dibilang masih kurang. Hal ini membuktikan bahwa pisang masih bisa dikembangkan.
Dikutip dari Espos.id, total kebun pisang yang dimiliki MPM Sragen ada mencapai 5 hektare. Kebun ini tersebar di Kecamatan Gondang, Sambirejo, Kedawung, dan Ngrampal. Meskipun begitu, kebun pisang cavendish masih akan terus dikembangkan karena adanya permintaan pasar yang tinggi.
Hasil panen pisang cavendish di Sragen ini ternyata dapat memenuhi pasar di Sragen, Solo, hingga Yogyakarta. Ini yang menunjukkan bahwa budidaya pisang ini memiliki keuntungan yang menjanjikan.
Pada tahun 2024, pisang cavendish berhasil dipanen seberat 1,5 ton setiap pekan. Hasil panennya berhasil memenuhi pasar di Sragen, Solo, dan Yogyakarta. Melihat permintaan pasar yang juga semakin bertambah, penanaman pisang cavendish masih akan tetap dikembangkan.
“Pengembangan pisang cavendish ini dilakukan karena permintaan pasar masih banyak. Masih banyak lapak buah yang belum disetori. Pemasaran sudah ada di Sragen, Solo, dan Yogyakarta. Panennya secara berkesinambungan setiap pekan. Ada 3 grade pisang, yaitu A, B, dan C,” jelas Pembina Gedang Muhammadiyah (Gedangmu) MPM Sragen, Sutarto, dalam Solopos.espos.id pada Sabtu (30/11/2024).
Pembinaan Petani Bersama dengan Desa Sejahtera Astra
Sebagai bentuk pengembangan budidaya pisang di wilayah Sragen, MPM Sragen bekerja sama dengan PT Astra International Tbk melalui program Desa Sejahtera Astra (DSA) melakukan kegiatan sosialisasi kepada para petani pisang cavendish.
Pada tahun 2024, Sragen menjadi salah satu daerah binaan PT Astra yang fokus kepada budidaya komoditi pisang cavendish. Melalui DSA ini ada 5 desa yang ditetapkan dalam daftar mereka. Desa tersebut antara lain Desa Srimulyo, Celep, Donorojo, Gabus, dan Bayut, dari 3 kecamatan, yaitu Kecamatan Gondang, Kadawung, dan Ngrampal.
Sosialisasi ini dilakukan sebagai upaya Astra untuk memenuhi tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) untuk mengembangkan ekonomi desa dengan menonjolkan produk lokal unggulan. Pada Kabupaten Sragen, produk andalan ada di pisang cavendish.
Untuk mengembangkan budidaya pisang, teknologi ripening diperkenalkan kepada para petani. Dengan menggunakan teknik ini, pisang akan dimatangkan di dalam mesin dengan suhu yang sudah diatur di dalamnya. Apabila sudah matang, warna pisang akan lebih mengkilap dan tidak kusam.
#kabarbaiksatuindonesia
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News