batik mangrove seni lestari dari pesisir andalas - News | Good News From Indonesia 2025

Batik Mangrove, Seni Lestari dari Pesisir Andalas

Batik Mangrove, Seni Lestari dari Pesisir Andalas
images info

Batik Mangrove, Seni Lestari dari Pesisir Andalas


Batik dan mangrove. Sepintas, ini dua hal beda alam, tapi ketika dipadukan, ternyata dapat menghadirkan satu nilai unik.

Dari selembar kain batik, goresan motif mangrove, bukan hanya menghadirkan warna dan pola. Ada cerita tentang alam, kehidupan pesisir, dan harapan akan lingkungan yang lestari. Batik mangrove menjadi hasil kreasi, yang memadukan budaya, ekonomi, dan alam menjadi sebuah keindahan.

Batik mangrove bukan sebatas keindahan visual. Ini adalah satu upaya pelestarian ekosistem bakau, yang rentan terhadap ancaman perubahan iklim. Di sejumlah daerah di Indonesia, batik jenis ini bermunculan, antara lain di kawasan pesisir Andalas alias Sumatera.

Dari Desa Pangkal Babu, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Jambi, kelompok pembatik yang dipimpin Qorry Oktaviani telah berhasil menghadirkan ekosistem bakau, termasuk burung bangau, kepiting, siput, dan tanaman seperti pidada dan api-api ke dalam motif batik.

Di sini, batik dibuat dengan teknik batik cap dan batik tulis, dengan harga jual yang layak. Sebuah bukti nyata batik dan konservasi bakau bisa berpadu padan, menjadi keindahan bernilai ekonomi tinggi bagi masyarakat.

Dari segi pewarnaan, inovasi bahan alami menjadi kunci. Kain batik mangrove umumnya menggunakan pewarna yang dihasilkan dari limbah batang dan buah mangrove, seperti kulit buah bakau dan buah pidada, yang direbus dan diekstrak warnanya. Proses ini tidak hanya menghasilkan nuansa warna alam, seperti cokelat, merah, cokelat muda, tetapi juga berperan mengurangi penggunaan pewarna kimia yang berpotensi mencemari lingkungan.

Selain Pangkal Babu, ternyata adajuga daerah lain di pesisir Sumatera, yang menjadikan batik mangrove sebagai sarana konservasi lingkungan dan pemberdayaan masyarakat. Di Desa Berakit, Kepulauan Riau, perempuan desa dilatih teknik membatik ecoprint alias cetak (versi ramah lingkungan), menggunakan bahan pewarna alami dari batang bakau.

Di Bengkalis, Riau, warga Desa Buruk Bakul juga belajar teknik batik ecoprint untuk membuat batik mangrove melalui program desa binaan. Secara umum, pelatihan ini mampu memadukan seni membatik dan konservasi mangrove.

baca juga

Selain menjadi produk budaya, Batik Mangrove juga menjadi identitas lokal, yang memperkuat kesadaran akan pentingnya menjaga kelestarian hutan mangrove. Motif dan warna alam yang diangkat dalam batik membangun rasa memiliki terhadap mangrove.

Hal ini menjadi satu penegasan, mangrove bukan hanya urusan geografis. Ia adalah bagian penting kehidupan, karena menjadi satu warisan budaya dan lingkungan yang harus dijaga bersama. Batik Mangrove motif Genting Pulur, yang menggunakan bahan limbah mangrove setempat, menjadi satu contoh.

Dari segi konservasi lingkungan, penggunaan batik mangrove punya makna lebih luas. Batik mangrove berhubungan erat dengan kegiatan reboisasi, penanaman bibit, dan pemulihan mangrove di kawasan pesisir yang mengalami degradasi lingkungan.

Di Desa Berakit, Bintan, Kepulauan Riau misalnya, selain membatik, warga juga ikut berpartisipasi dalam penyemaian dan penanaman bibit mangrove. Dengan demikian, pelestarian lingkungan dapat seiring sejalan dengan aktivitas seni. Ini menunjukkan bahwa batik bukan sekadar produk, melainkan bagian dari satu sistem konservasi yang melibatkan manusia, alam, dan budaya.

Meski potensial, bukan berarti tidak ada tantangan di sini. Mengolah pewarna alami dari mangrove memerlukan proses panjang dan keahlian khusus. Bahan seperti buah atau batang bakau harus dikeringkan, diekstrak, dan diproses dengan hati-hati, agar warnanya awet dan menarik.

baca juga

Tantangan ini membuat biaya produksi lebih tinggi dan skala produksinya masih terbatas. Namun, jika proses rumit ini bisa dijadikan poin edukasi, ada satu nilai tambah yang akan membuatnya spesial. Jadi, setiap lembar batik membawa nilai lingkungan dan sosial yang lebih luas.

Dari sisi budaya, batik mangrove membantu tumbuhnya perspektif baru tentang hutan bakau. Jika dulu bakau hanya dilihat sebagai hutan sunyi, kini bakau telah berkembang menjadi sumber inspirasi motif batik, pewarna alami, dan identitas lokal.

Batik bermotif bakau menjadi bukti, ekosistem mangrove juga merupakan sumber kekayaan budaya. Jadi, ini bukan hanya sumber kayu atau lahan. Dengan membeli batik mangrove, wisatawan tidak hanya membeli produk, tapi ikut membawa serta pesan konservasi. Alam, termasuk bakau perlu dijaga, dan setiap langkah, sekecil apapun itu, bisa berdampak positif.

#kabarbaiksatuindonesia

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

YR
FS
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.