Dalam kehidupan sehari-hari, kita menjumpai begitu banyak jenis sampah sisa makanan. Ada lauk makan siang yang tak habis, buah busuk, hingga roti yang bantat. Jika hanya dilihat secara individu, jumlahnya mungkin tak seberapa, tapi ketika diukur secara berkelompok, jumlahnya menjadi sangat besar.
Pada rangkaian webinar "Good Movement" bersama Astra dan GNFI, Jumat (26/9) silam, Garda Pangan memaparkan sejumlah informasi faktual mengenai fenomena ini. Di Indonesia, sampah sisa makanan belum tertangani secara optimal. Banyak yang berakhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) tanpa bisa diolah lagi, misalnya menjadi produk daur ulang atau pupuk kompos.
Lebih lanjut, Garda Pangan menyebut, dari data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional, terdapat temuan, sekitar 40% dari komposisi sampah di TPA adalah sampah sisa makanan. Inilah satu potret nyata perilaku negatif yang terlanjur membudaya.
Economic Intelligence Unit, seperti dikutip Garda Pangan menyebutkan, setiap orang di Indonesia rata-rata membuang hingga 300 kilogram makanan setiap tahunnya. Jika ditumpuk, timbunan sampah makanan ini bisa mencapai ketinggian lebih dari 500 meter, atau kurang lebih seukuran gedung pencakar langit. Angka ini cukup mengejutkan, mengingat masih banyak orang di Indonesia, yang kesulitan memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari.
Namun, di balik persoalan besar itu, masih terselip sepotong harapan dari Garda Pangan. Yayasan yang berperan sebagai food bank atau bank makanan ini cukup aktif menjalankan program food rescue.
Melalui program ini, Garda Pangan menyelamatkan makanan yang masih layak konsumsi, namun berisiko terbuang sia-sia. Makanan tersebut lalu disalurkan kepada yang membutuhkan, antara lain panti asuhan, keluarga prasejahtera, dan korban bencana alam. Hasilnya, makanan yang tadinya hampir menjadi sampah, dapat tetap menjadi berkah.
Selain food rescue, yayasan yang digawangi Kevin Gani juga aktif mengumpulkan sayur hasil panen berlebih atau buah-buahan yang dianggap kurang bagus secara visual, meski kondisi dan kandungan gizinya oke. Melalui kegiatan yang juga disebut gleaning ini, ada banyak sayur dan buah yang tetap bisa dikonsumsi masyarakat.
Di sekolah-sekolah, Garda Pangan juga mendorong edukasi agar generasi muda memahami pentingnya menghargai makanan. Anak-anak diajak untuk menjadi food heroes, pahlawan pangan yang berani berkata stop membuang makanan. Semangat ini bukan hanya dapat menumbuhkan kebiasaan baik, tetapi juga mengasah empati sejak dini.
Kalau dilihat lagi, yayasan yang berbasis di Surabaya ini menyelamatkan makanan sekaligus menyelamatkan lingkungan. Seperti diketahui, tumpukan sisa makanan di TPA akan menghasilkan gas metana yang berdampak buruk terhadap iklim. Semakin banyak jumlahnya, semakin besar potensi bahaya dari jejak karbon yang ditimbulkan.
Dengan mengurangi sampah makanan, kita juga ikut berkontribusi menurunkan jejak karbon. Sebuah aksi sederhana yang sungguh nyata. Melalui Garda Pangan, kita bisa mulai mengupayakan perubahan positif, antara lain dengan membangun kebiasaan positif.
Mulai dari makan secukupnya, menyimpan bahan makanan dengan baik, membagikan makanan berlebih kepada mereka yang membutuhkan, hingga memanfaatkan sampah sisa makanan organik menjadi pakan hewan atau pupuk kompos. Secara individu, langkah ini terlihat remeh, tapi jika dilakukan bersama-sama, dapat menghasilkan dampak positif berskala besar.
Jika kebiasaan positif ini menjadi suatu gerakan nasional, betapa masif perubahan yang tercipta. Indonesia yang tadinya dikenal sebagai salah satu penyumbang sampah makanan terbesar di dunia, kelak bisa berbalik, menjadi negara teladan dalam mengelola pangan secara berkelanjutan. Semua berawal dari langkah sederhana: tidak membuang makanan, yang tentu perlu dibudayakan secara konsisten.
Pada akhirnya, makanan bukan sebatas sumber energi bagi tubuh, tapi juga menjadi cerminan rasa syukur. Dari setiap porsi makanan yang terselamatkan, terukir satu senyum penuh syukur, dari mereka yang boleh menikmati. Boleh dibilang, saat sedang menyelamatkan makanan, kita juga sedang menyelamatkan kehidupan.
#kabarbaiksatuindonesia
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News