Apakah Kawan GNFI mengetahui kue klepon? Kue klepon merupakan makanan tradisional yang masih cukup populer di kalangan masyarakat Indonesia. Kue ini biasannya dijual oleh pedagang kaki lima baik itu dijual secara keliling maupun dijual di pinggiran jalan seperti warung, pasar, dll. Kue ini memiliki sifat dan karakter yang cukup mudah untuk dikenali oleh para konsumen khususnya untuk Jawan GNFI, seperti tekstur yang kenyal, elastis hingga aroma dan rasa yang gurih ketika dikonsumsi.
Akan tetapi, apakah Kawan GNFI tidak penasaran bahwa untuk mendapatkan sifat dan karakter tadi terdapat rahasia unik di balik proses pembuatan kue klepon ini. Khususnya dalam menentukan tekstur yang kenyal dan elastis pada kue klepon tersebut.
Di antara faktor yang dapat membuat tekstur kue klepon ini menjadi kenyal dan elastis itu ternyata ada pada takaran air yang digunakan untuk membuat kue ini. Di mana air ini berperan sebagai media yang dapat memicu sebuah proses yang dinamakan gelatinisasi pati (Akbar et al., 2019).
Selain itu, rahasia lain yang dapat mempengaruhi tekstur yang baik dan bagus tersebut ternyata ada pada bahan dasar yang digunakan, yaitu tepung ketan. Berbeda dengan tepung beras biasa, tepung ketan hampir seluruhnya tersusun dari molekul pati bernama amilopektin.
Ketika air hangat atau panas ditambahkan saat proses pengadonan, molekul air akan diserap oleh butiran pati amilopektin. Proses inilah yang disebut gelatinisasi.
Langkah Pembuatan Kue Klepon dan Kaitannya dengan Gelatinisasi
Apakah Kawan GNFI sudah mengetahui bagaimana cara untuk membuat klepon? Simpelnya untuk membuat kue klepon, pertama-tama tepung ketan dicampur dengan air biasanya ditambahkan pewarna hijau alami dari pandan untuk menghasilkan warna hijau alami pada adonan.
Tujuan dari ditambahkannya air tersebut adalah agar air tersebut dapat diserap oleh butiran pati yang ada pada tepung ketan, kemudian terbentuklah suatu adonan yang mana biasanya adonan ini diuleni kurang lebih selama 10 menit agar air terserap secara merata oleh butiran pati. Selanjutnya pada tahapan berikutnya adalah persebusan, bola-bola klepon yang sudah diisi gula merah dimasukkan ke dalam air mendidih.
Panas dari air mendidih ini dapat memicu proses gelatinisasi. Pada proses ini pati-pati kembali menyerap air, kemudian butiran pati menggelembung hingga besar dan akhirnya pecah, pecahnya butiran pati tersebut menghasilkan sebuah zat berupa amilopektin yang disebabkan oleh suhu panas yang ada pada air. Fenomena gelatinisasi inilah yang menyebabkan kue klepon itu memiliki tekstur kenyal dan elastis.
Akan tetapi, Kawan GNFI perlu memerhatikan kadar air yang digunakan. Takaran air yang digunakan harus pas takarannya tidak boleh lebih ataupun kurang. Kadar air yang terlalu banyak akan menyebabkan klepon hancur saat direbus yang mana tekstur yang dihasilkan pun tidak utuh (terpecah-pecah), sedangkan kadar air yang terlalu sedikit juga akan membuat tekstur pada kue klepon ini keras dan tidak kenyal.
Selain itu, faktor suhu dan juga lamanya waktu perebusan bisa berpengaruh pada kualitas kue klepon yang dihasilkan yang mana suhu tinggi akan menyebabkan tekstur klepon menjadi keras, sedangkan suhu rendah akan menyebabkan tekstur klepon menjadi lembek.Hal ini sejalan dengan penelitian Nurfatimah (2017), yang menjelaskan tentang pengaruh suhu dan lamanya waktu pada proses gelatinisasi pada tepung ketan.
Kesimpulan
Jadi kesimpulannya jika Kawan GNFI ingin membuat kue klepon dengan kualitas yang bagus dan baik adalah dengan menyesuaikan dan memastikan takaran air yang digunakan baik itu pada adonan ataupun ketika perebusan, ditambah lamanya waktu perebusan dan suhu yang digunakan saat membuat kue klepon tersebut juga perlu diperhatikan.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News