Penghargaan Astra Indonesia Award sudah memasuki tahun ke-16 pada tahun 2025. Diikuti oleh berbagai anak muda dengan berbagai inovasinya dalam memberikan manfaat dan berkontribusi bagi masyarakat, baik itu melalui bidang Kesehatan, Pendidikan, Lingkungan, Kewirausahaan, dan Teknologi.
Hal ini merupakan sebuah sinyal positif bagi Indonesia. Ternyata, masih banyak dari kalangan muda-mudi warga Indonesia yang mempunyai dedikasi yang besar dan hati Nurani dalam membuat kehidupan berkelanjutan.
Pada kali ini Kawan GNFI akan membahas salah satu penerima Satu Indonesia Award tahun 2023, Diana Cristina Da Costa Ati. Diana lahir di Atambua, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Diana merupakan salah satu Guru Penggerak Daaerah Terpencil di Kampung Atti, Kabupaten Mappi, Papua Selatan sejak 2018. Secara total, program ini telah ditandatangani oleh sekitar 500 guru dikontrak oleh Bupati Kristosimus ketika untuk bekerja menjadi guru di Kabupaten Mappi.
Program Guru Penggerak Daerah Terpecil merupakan inisiasi dari Bupati Mappi periode 2017-2022 Kristosimus Yohanes Agawemu bekerja sama dengan Gugus Tugas Papua Universitas Gadjah Mada (UGM).
Kabupaten Mappi terkonfirmasi merupakan salah satu daerah yang termasuk dalam kategori 3T (Terdepan, Terluar, dan Tertinggal) di Indonesia.
Sebagai bagian dari Provinsi Papua Selatan, kabupaten ini memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah, namun masih menghadapi berbagai tantangan dalam aspek pembangunan manusia, infrastruktur, dan akses layanan dasar.
Diana bertugas di SD Negeri Atti, sekolah tersebut merupakan satu-satunya sekolah di Kampung Atti. Banyak dari murid-murid yang diajar oleh Diana tidak mendapatkan sekolah formal sebelumnya. Hal itu dikarenakan jarang sekali guru dari daerah luar yang datang ke sekolah tersebut.
Selain itu, Kendala terbesar yang dihadapi Diana adalah mengubah pola pikir masyarakat. Di antara sekitar 200 kepala keluarga di Kampung Atti, banyak anak yang tidak bersekolah karena harus membantu orang tua mencari makan di hutan.
Masyarakat setempat beranggapan bahwa orang yang hebat adalah yang pandai berburu, bukan yang pandai bersekolah. Diana membutuhkan waktu sekitar dua tahun untuk meyakinkan para orang tua akan urgensi pendidikan bagi masa depan anak-anak mereka.
Dilansir dari Tempo.com, Pada saat wabah Covid-19 menyerang, kegiatan belajar mengajar harus dihentikan. Oleh karena itu, kegiatan belajar dan mengajar harus dihentikan dan kembali dilakukan pada tahun 2021, disaat kondisi sudah cukup kondusif untuk diadakan belajar dan mengajar.
Perjalanan Diana menuju lokasi mengajar di Kampung Atti tidaklah mudah. Dari pusat kota, ia harus menempuh perjalanan yang memakan waktu sekitar satu hari, termasuk menjelajahi sungai dengan perahu kayu dan membelah hutan dengan berjalan kaki.
Diana memfokuskan para muridnya untuk mengajarkan baca-tulis, berhitung, dan nasionalisme. Semenjak kedatangan Diana dan dua rekannya, banyak dari siswa-siswi setempat mampu membaca, menulis dan berhitung.
Setibanya di sana, tantangan lain menghadang. SD Negeri Atti hanya memiliki tiga ruang kelas, dan parahnya, banyak murid terpaksa duduk di lantai karena keterbatasan bangku dan meja.
Pada saat Diana masuk ke sekolah tersebut pertama kalinya, ia mendapati 65 dari siswanya mendatangi sekolah. Namun, semakin berjalannya waktu, sekolah itu semakin banyak anak kampung Atti yang ikut bersekolah.
Bahkan, banyak di antara siswa-siswinya yang mampu melanjutkan ke SMP setempat. Tercatat, 24 siswa dari SD Negeri Atti telah melanjutkan menuju ke jenjang SMP pada 2022 silam.
Kisah Diana Cristina Da Costa Ati merupakan cerminan sempurna dari tema Satu Indonesia Awards. Ia adalah sosok Lentera untuk Pendidikan Anak Pelosok Papua yang berhasil mengatasi kendala geografis dan sosial-ekonomi.
Dengan segala keterbatasan, Diana telah berhasil memberantas buta huruf dan mengubah pandangan hidup anak-anak serta masyarakat Kampung Atti.
Prestasi yang diraih Diana melalui SIA 2023 ini bukan hanya pengakuan atas jerih payahnya, tetapi juga penegasan bahwa potensi generasi emas Indonesia tersebar hingga ke pelosok negeri. Yang mereka butuhkan hanyalah akses dan kesempatan.
Diana telah menularkan pijar lenteranya, menghidupkan harapan di tengah kegelapan, dan membuktikan bahwa anak-anak pedalaman Papua mampu menunjukkan kepada dunia luar bahwa mereka bisa berprestasi.
Pengabdian Diana adalah inspirasi nyata bagi seluruh pemuda Indonesia untuk terus berkontribusi menciptakan dan memastikan tercapainya kehidupan berkelanjutan bagi seluruh warga negara.
#kabarbaiksatuIndonesia
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News