mengenal sosok permormative male yang booming di media sosial ternyata begini ciri ciri sebenarnya - News | Good News From Indonesia 2025

Mengenal Sosok Permormative Male yang Booming di Media Sosial, Ternyata Begini Ciri-Ciri Aslinya

Mengenal Sosok Permormative Male yang Booming di Media Sosial, Ternyata Begini Ciri-Ciri Aslinya
images info

Mengenal Sosok Permormative Male yang Booming di Media Sosial, Ternyata Begini Ciri-Ciri Aslinya


Kawan, pernah menemukan istilah “performative male” saat scrolling di media sosial? Belakangan ini istilah performative male memang lagi sering dibahas. Simpelnya, performative male biasanya dikaitkan dengan seorang pria yang menampilkan sisi feminimnya.

Nah, ini bukan hanya soal gaya berpakaian aja, tapi juga bagaimana ia terlihat peduli, terbuka secara emosional, sampai memiliki minat pada hal-hal yang identik dengan kepekaan atau kesadaran sosial.

Sekilas memang tidak ada yang salah dengan istilah ini. Malah menjadi pria yang ekspresif, mampu mengungkapkan emosi, nyaman dengan kerentanan diri, dan bisa menunjukkan empati adalah hal yang sangat dibutuhkan.

Apalagi, di tengah dunia dengan budaya maskulinitas toksik yang seringnya bikin banyak orang tertekan. Sosok laki-laki yang autentik dengan sisi emosionalnya justru memberi warna baru yang dibutuhkan.

Perbedaan utamanya ada di motivasi. Kalau performative male, semua itu ditampilkan bukan karena memang bagian dari dirinya, tapi lebih ke strategi buat cari validasi, membentuk status sosial, menarik perhatian, atau memoles citra diri di mata publik. Berbanding terbalik dengan nice guy yang lembut secara alami, memiliki kejujuran terhadap emosinya, dan nggak punya agenda tersembunyi di balik sikapnya tersebut. Alias pure dirinya memang seperti itu.

Jadi, Kawan, kalau tiba-tiba melihat seseorang yang mendadak menyukai hal-hal yang biasanya identik dengan kegemaran perempuan, seperti matcha, K-pop, pakai tote bag, bawa buku-buku feminis, atau sengaja tampil dengan vibe soft, calm, dan sensitif, mungkin saja ia sedang menunjukkan ciri-ciri performative male.

Mengenali Sosok Performative Male

Cara mengenali mereka cukup mudah. Dari gaya berpakaian, biasanya mereka tampil artsy dengan warna-warna yang netral sambil nenteng tote bag vintage. Nongkrong di kafe pun wajib yang bernuansa aesthetic dan pilihan minumannya seringnya matcha latte. Semuanya dibuat terlihat seolah effortless tapi tetap penuh perhitungan.

Performative male biasanya juga suka membawa buku dengan tema-tema yang berat seperti tentang feminisme dan sastra alternatif. Hanya saja, buku itu belum tentu benar-benar dibaca oleh mereka, melainkan lebih sebagai “properti” untuk memberi kesan intelektual. Musik pilihan mereka juga serupa yaitu playlist lagu indie nan melankolis seperti Phoebe Bridgers, Clairo, atau Beabadoobee. Lagi-lagi, bukan semata karena hal itu benar-benar menyentuh batin mereka. Tapi lebih karena musik itu dianggap relevan dengan citra yang ingin mereka bangun.

Aksesori ala aesthetic guy tak lupa menjadi pelengkap, mulai dari headphone kabel, sepatu jadul, sampai phone case transparan berisi foto analog, sampau membawa boneka lucu seperti Labubu. Semua detail kecil ini menambah kesan “tenang” dan “dalam”, seakan-akan hidup mereka adalah film indie yang penuh dengan kutipan filosofis.

Matcha minuman pilihan performative male. (Sumber: Freepik.com/Freepik)
info gambar

Matcha minuman pilihan performative male. (Sumber: Freepik.com/Freepik)


Seseorang dengan ciri-ciri performative male rela menyesuaikan bahkan mengorbankan identitas dirinya hanya untuk memoles citra atau membangun branding. Mereka bisa tiba-tiba mengklaim menyukai hal-hal yang populer di kalangan perempuan, seperti genre musik, gaya berpakaian, sampai kegiatan yang sebenarnya belum pernah mereka lakukan sebelumnya.

Motivasi utamanya bukanlah ketertarikan murni, melainkan untuk mendapatkan validasi dari perempuan. Saat tujuan itu tercapai, sering kali sisi aslinya muncul ke permukaan. Perubahan inilah yang kemudian bisa menimbulkan konflik, terutama dalam hubungan, karena pasangan akan merasa sifat-sifat yang ditunjukkan sebelumnya hanyalah topeng dan bukan bagian dari diri yang sebenarnya.

Media Sosial dan Fenomena Performative Male

Kehadiran platform media sosial seperti TikTok dan Instagram berperan dalam menyebarluaskan fenomena performative male. Kedua platform tersebut semacam menjadi panggung tempat fenomena ini tumbuh subur. Tak sedikit Gen Z berlomba-lomba menampilkan versi diri yang paling “unik” dan “berkarakter”.

Kontennya biasanya nggak jauh-jauh dari genggaman matcha latte, tote bag vintage, buku feminis yang muncul di frame, sampai outfit yang terlihat seperti hasil kurasi Pinterest. Mereka paham kalau algoritma menyukai hal-hal artsy, vibes mindful lifestyle, dan musik dengan nuansa alternatif.

Ilustrasi gaya berpakaian performative male. (Sumber: Pexels/Cottonbro Studio)
info gambar

Ilustrasi gaya berpakaian performative male. (Sumber: Pexels/Cottonbro Studio)


Tak hanya sampai di situ, fenomena ini semakin viral dengan adanya kontes performative male baik di luar negeri maupun di dalam negeri. Seperti pada 2 Agustus 2025 lalu ada lomba dengan hadiah uang tunai plus matcha gratis di Jakarta.

Dari situ, tren ini makin meluas. Ada yang ikut karena memang pengin terlihat relevan, ada juga yang awalnya cuma ngetawain tapi lama-lama ikut keikut bawa arus.

Akhirnya, media sosial bukan hanya sekedar ruang untuk mengekspresikan diri, namun juga sebagai mesin pengganda yang membuat merebaknya anggapan tampilan lebih penting daripada keaslian.

Tulisan ini bukan bermaksud sebagai tuduhan, melainkan suara ajakan agar kita bisa tampil jujur apa adanya dan menunjukkan keaslian diri, terutama di ruang publik.

Coba sejenak renungkan, tanya ke diri Kawan sendiri, apakah Kawan benar-benar tampil sebagai diri sendiri atau lagi berusaha jadi sosok lain demi perhatian dan validasi?

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

YA
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.