kontribusi tim pkm re mahasiswa kimia fmipa unesa dalam pengembangan nanokomposit mgo cuo moringa oleifera untuk terapi ulkus diabetikum - News | Good News From Indonesia 2025

Kontribusi Tim PKM RE Mahasiswa Kimia FMIPA UNESA dalam Pengembangan Nanokomposit MgO/CuO-Moringa oleifera

Kontribusi Tim PKM RE Mahasiswa Kimia FMIPA UNESA dalam Pengembangan Nanokomposit MgO/CuO-Moringa oleifera
images info

Kontribusi Tim PKM RE Mahasiswa Kimia FMIPA UNESA dalam Pengembangan Nanokomposit MgO/CuO-Moringa oleifera


Universitas Negeri Surabaya (UNESA) kembali menorehkan prestasi lewat Program Kreativitas Mahasiswa Riset Eksakta (PKM-RE). Kali ini, tim yang diketuai oleh Dio Angga Ferdian, mahasiswa S1 Kimia, berhasil memperoleh pendanaan untuk riset eksperimental yang berfokus pada pengembangan terapi baru bagi penderita ulkus diabetikum.

Dio menuturkan, riset yang diajukannya memiliki keunikan karena mengusung topik dan pendekatan yang belum pernah diteliti sebelumnya. Inovasi tersebut terletak pada penggunaan metode nanokomposit, yaitu teknik menggabungkan beberapa material pada skala nanometer sehingga memunculkan sifat baru yang berbeda dari material aslinya (Renuka et al).

Dalam riset ini, Dio memilih nanopartikel magnesium oksida (MgO-NPs) yang bersifat antiinflamasi dan efektif mengurangi peradangan pada luka diabetes. Partikel tersebut dipadukan dengan nanopartikel tembaga (II) oksida (CuO-NPs) yang memiliki aktivitas antibakteri. Sebagai penstabil sekaligus bioreduktor, digunakan ekstrak kelor (Moringa oleifera) yang kaya antioksidan.

Hasil kombinasi ini menghasilkan nanokomposit MgO/CuO-Moringa oleifera dengan aktivitas antiinflamasi, antibakteri, sekaligus antioksidan. Produk ini dikembangkan dalam bentuk serbuk yang dapat diformulasikan menjadi gel untuk aplikasi topikal pada luka (Alizadeh et al., 2024).

Latar belakang penelitian ini didasari oleh tingginya kasus ulkus diabetikum, baik di Indonesia maupun dunia, yang sering sulit sembuh dan dapat menimbulkan komplikasi serius seperti gangrene. Menurut Dio, metode pengobatan konvensional seperti terapi oksigen hiperbarik atau terapi bertekanan negatif masih memiliki banyak keterbatasan, antara lain biaya yang tinggi, waktu pemulihan yang lama, serta risiko infeksi setelah terapi (Wenhui et al).

Melalui uji coba in vivo, Dio menemukan bahwa penggunaan nanokomposit MgO/CuO pada hewan uji penderita diabetes dengan luka sayatan memperlihatkan hasil lebih cepat dibandingkan terapi biasa.

Hanya dalam 1 minggu, luka mulai menutup. Keunggulan lain dari terapi berbasis nanopartikel ini adalah lebih hemat biaya, waktu pemulihan relatif singkat, dan mendapat tambahan perlindungan dari senyawa bioaktif dalam kelor, seperti kuersetin dan kaempferol, yang mampu melawan radikal bebas serta meningkatkan enzim antioksidan seperti (CAT dan SOD) (Park et al., 2022).

Meski demikian, perjalanan menuju tahap ini tidak mudah. Dio dan tim membutuhkan waktu sekitar lima hingga enam bulan untuk menyusun proposal dengan struktur yang logis, sistematis, dan lengkap dengan data pendukung serta penjabaran prosedur penelitian. Ia mengakui bahwa PKM-RE memiliki tingkat kerumitan lebih tinggi dibandingkan bidang PKM lainnya.

Bersama tiga rekannya, yakni Eva Rohmatul Azizah, Luthfia Nafidah, dan Aurellia Nur Azzahra dari FMIPA Unesa, Dio berharap temuan ini dapat menjadi pijakan bagi riset lanjutan di bidang kimia, farmasi, maupun nanoteknologi, sekaligus memberi manfaat luas, khususnya bagi penderita ulkus diabetikum di Indonesia.

Sebagai langkah keberlanjutan, tim juga berencana memperluas penelitian hingga ke tahap uji klinis dengan melibatkan tenaga medis, rumah sakit, serta laboratorium farmasi yang memiliki fasilitas lebih lengkap.

Dengan begitu, efektivitas dan keamanan nanokomposit ini dapat diuji pada skala yang lebih luas sebelum benar-benar diaplikasikan ke masyarakat. Dio menekankan pentingnya kolaborasi lintas disiplin, mulai dari ahli kimia, farmakologi, hingga tenaga kesehatan, agar inovasi ini tidak hanya berhenti sebagai penelitian akademik, melainkan dapat diimplementasikan sebagai solusi nyata di dunia medis.

Ia juga berharap dukungan dari pemerintah dan sektor industri untuk membantu produksi massal, regulasi, serta distribusi produk, sehingga terapi alternatif ini bisa diakses secara merata, khususnya oleh pasien dari kalangan menengah ke bawah yang selama ini kesulitan menjangkau metode pengobatan konvensional.

Selain itu, tim menilai bahwa keberhasilan proyek ini juga memiliki nilai tambah dalam dunia pendidikan. Bagi mahasiswa, terlibat langsung dalam riset berorientasi solusi nyata membuka wawasan sekaligus melatih keterampilan berpikir kritis, pemecahan masalah, serta kerja sama tim lintas disiplin.

Di sisi lain, universitas memperoleh reputasi positif karena mampu membuktikan kontribusi akademik pada isu kesehatan global. Ke depan, penelitian semacam ini diharapkan dapat mendorong lahirnya ekosistem riset yang lebih kuat di perguruan tinggi, di mana mahasiswa bukan hanya sebagai pembelajar pasif, tetapi juga sebagai agen perubahan yang menghadirkan inovasi dengan dampak sosial yang luas.

Dengan cara ini, PKM-RE tidak sekadar menjadi ajang kompetisi akademik, tetapi juga motor penggerak kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, sekaligus kesejahteraan masyarakat.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

EA
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.